Strategi Pengembangan Agribisnis Analisis dayasaing dan strategi pengembangan agribisnis teh Indonesia

hitam berpotensi berdaya saing kuat karena memiliki keunggulan komparatif pada tahun 2004 dan 2005. Analisis keunggulan kompetitif dengan teori Berlian Porter menunjukkan bahwa komoditas teh Indonesia berdayasaing lemah karena terdapat berbagai kendala yaitu kualitas teh Indonesia yang belum memenuhi standar internasional, kualitas sumberdaya manusia yang masih lemah, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan komoditas teh Indonesia, permintaan domestik yang semakin menurun serta kebijakan pemerintah yang tidak kondusif terhadap pembangunan komoditi teh nasional. Namun, dalam penelitiannya Febriyanthi 2008 belum melakukan analisis keterkaitan antar komponen yang menentukan dayasaing suatu negara competitive advantage of nations.

2.4 Strategi Pengembangan Agribisnis

Penelitian mengenai strategi pengembangan komoditas juga pernah dilakukan oleh Puspita 2009. Puspita melakukan penelitian mengenai dayasaing serta pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa dalam sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia, masing- masing subsistem agribisnis belum saling mendukung dan terkait satu sama lain. Hal ini terlihat pada subsistem agribisnis hulu yang belum terbentuk sehingga sarana produksi berupa benih masih sulit diperoleh. Selain itu, kegiatan usahatani juga belum mampu mendukung subsistem agribisnis hilir yang telah berkembang. Dari setiap komponen dayasaing agribisnis gandum lokal, terdapat keterkaitan antar komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung. Keterkaitan yang tidak saling mendukung lebih dominan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa agribisnis gandum lokal yang baru dikembangkan di Indonesia dayasaingnya masih lemah. Sedangkan strategi yang digunakan untuk mengembangkan dan mengingkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal diantaranya adalah optimalisasi lahan gandum lokal, membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan, penguatan kelembagaan, melakukan bimbingan, pembinaan dan pendampingan bagi petani, membentuk kerjasama antara petani dengan industri makanan, menciptakan sumber permodalan bagi petani, mengatur ketersediaan benih, menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium, melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis gandum lokal, pembatasan 14 volume impor, menciptakan produk olahan gandum lokal berkualitas tinggi untuk pasar tertentu serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal. Puspita 2009 juga merumuskan rancangan arsitektur strategik agribisnis gandum lokal di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah dalam analisis dayasaing menggunakan Teori Berlian Porter, dilakukan pula analisis keterkaitan antar komponen utama dan komponen penunjang. Dengan demikian, akan tampak hubungan antara komponen yang saling mendukung dan yang belum saling mendukung. Selain itu, penelitian ini juga dilengkapi dengan analisis strategi pengembangan agribisnis teh Indonesia yang dilakukan menggunakan alat analisis matriks SWOT lalu dipetakan ke dalam arsitektur strategik agribisnis teh Indonesia. Kedua analisis tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tahapan penerapan strategi untuk mengembangkan dan meningkatkan dayasaing agribisnis teh Indonesia. 15 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pemahaman Mengenai Agribisnis