Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

VII STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ARSITEKTUR STRATEGIK AGRIBISNIS TEH INDONESIA

7.1 Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia

Setelah melakukan analisis dayasaing agribisnis teh Indonesia, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi untuk meningkatkan dayasaing tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi informasi menjadi dua kelompok, yaitu informasi yang termasuk ke dalam lingkup internal, dan informasi yang termasuk ke dalam lingkup eksternal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan yang berasal dari lingkup internal kemudian identifikasi peluang dan ancaman yang berasal dari lingkup eksternal. Sumber informasi yang digunakan berasal pembahasan mengenai sistem agribisnis teh nasional pada Bab V serta analisis dayasaing agribisnis teh Indonesia pada Bab VI. Kemudian, dilakukan proses pencocokan dengan menggunakan Matriks SWOT sehingga diperoleh strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi agribisnis teh Indonesia saat ini.

7.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi adalah melakukan identifikasi strengths, weaknesses, opportunities dan threaths SWOT. Faktor strengths dan weaknesses diperoleh dari informasi yang berasal dari lingkup internal. Dimana lingkup internal merupakan kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas usahatani dan pengolahan teh curah. Sementara faktor opportunities dan threats diperoleh dari kegiatan dan pihak-pihak yang berada di luar kegiatan budidaya dan pengolahan teh curah, termasuk lingkungan global lingkup eksternal. Untuk lebih jelasnya mengenai ruang lingkup internal dan eksternal, dapat dilihat kembali Gambar 5. Identifikasi mengenai strengths, weaknesses, opportunities dan threaths tersebut dapat dilihat pada Tabel 24. 100 Tabel 24. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Komponen Identifikasi SWOT Faktor SWOT Agribisnis Teh Indonesia Subsistem Hulu • Peluang • Adanya klon unggulan dengan tingkat produktivitas tinggi dan tahan terhadap hama penyakit Subsistem Budidaya • Kekuatan • Kekuatan • Kelemahan • Teh Indonesia unggul secara komparatif • Kandungan katekin pada varietas teh Assamica lebih tinggi dari kandungan katekin varietas Sinensis • Rendahnya posisi tawar petani dalam menentukan harga Subsistem Pengolahan • Kelemahan • Kekuatan • Mayoritas produk teh yang dihasilkan oleh PBN masih berupa teh curah • Teh hitam jenis BOP disukai di Timur Tengah Subsistem Pemasaran • Ancaman • Indonesia sebagai market follower di pasar internasional Subsistem Jasa Penunjang • Peluang • Adanya asosisasi-asosiasi ATI , APETEHINDO dan DTI Komponen Dayasaing Agribisnis Teh Indonesia A. Faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya AlamFisik • Ancaman • Kondisi cuaca yang semakin tidak menentu • Syarat, Kondisi, Luas Lahan • Kelemahan • Maraknya konversi area kebun teh oleh produsen • Aksesibilitas Terhadap Bibit • Peluang • Adanya kemudahan memperoleh bibit teh melalui PPTK • Aksesibilitas Terhadap Pupuk • Ancaman • Sering terjadi kelangkaan pupuk di kalangan produsen • Biaya-Biaya Terkait • Kelemahan • Tingginya biaya produksi di subsistem budidaya dan pengolahan teh curah • Produktivitas Lahan • Kelemahan • Rendahnya produktivitas perkebunan rakyat 2. Sumberdaya Manusia • Kelemahan • Kekuatan • Rendahnya kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi • Tenaga kerja banyak tersedia 3. Sumberdaya IPTEK • Peluang • Adanya kontribusi penelitian dari lembaga riset PPTK 4. Sumberdaya Modal • Kelemahan • Petani masih sulit mengakses sumber modal 5. Sumberdaya Infrastruktur • Kelemahan • Sebagian besar infrastruktur seperti jalan, kebun dan pabrik pengolahan teh curah sudah tidak memadai

B. Permintaan Domestik

• Komposisi Permintaan • Kelemahan • Rendahnya kualitas teh yang beredar di dalam negeri • Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan • Ancaman • Peluang • Rendahnya konsumsi teh dalam negeri. • Adanya potensi untuk meningkatkan konsumsi teh dalam negeri • Internasionlaisasi • Ancaman • Pergolakan politik yang terjadi di Timur Tengah

C. Industri Terkait dan Pendukung

• Industri terkait • Peluang • Kekuatan • Adanya industri olahan berbasis teh yang telah berkembang di Indonesia • Banyak bagian dari tanaman teh yang dapat dimanfaatkan • Industri Pendukung • Peluang • Kelemahan • Transformasi KPB menjadi PT KPBN • Industri teh curah Indonesia belum mendukung konsumsi teh domestik

D. Struktur, Persaingan dan Strategi

• Struktur Pasar • Ancaman • Struktur pasar Oligopoly Buyers Market di PT KPBN • Persaingan • Ancaman • Persaingan dengan minuman subtitusi, produk teh impor dan eksportir lain di pasar internasional • Strategi • Peluang • Strategi diversifikasi produk dan pengembangan pasar yang mulai dilakukan oleh produsen di dalam negeri

E. Peranan Pemerintah

• Peluang • Ancaman • Teh merupakan salah satu komoditas unggulan nasional • Rendahnya tarif impor bagi teh curah dan teh kemasan

F. Peranan Kesempatan

• Peluang • Kekeringan yang melanda India, Sri Langka dan Kenya • Semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan kesehatan 101 7.1.2 Analisis Faktor Strategis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 1 Analisis Faktor Strategis Internal : Kekuatan a Teh Indonesia Unggul secara Komparatif Tatakomara 2004 menyatakan bahwa teh Indonesia yang dinilai dengan menggunakan indeks REER telah memiliki keunggulan komparatif, karena sumberdaya alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia. Selanjutnya Febrianthi 2008 dengan menggunakan alat analisis Revealed Comparative Advantage RCA menyatakan bahwa Indonesia memiliki dayasaing yang kuat. Analisis keunggulan komparatif dengan metode RCA menunjukkan bahwa komoditas teh Indonesia yang berdayasaing kuat adalah teh hijau kode HS 090210 dan teh hitam kode HS 090240 dikarenakan keunggulan komparatif yang dimiliki kedua produk itu dan nilai ekspor yang cukup tinggi, serta pangsa pasar yang luas. Meskipun demikian, diperlukan usaha yang lebih keras lagi untuk meningkatkan dayasaing teh Indonesia secara kompetitif, sehingga dayasaing di pasar internasionalnya menjadi lebih kuat. b Kandungan Katekin Teh Assamica Lebih Tinggi Dibandingkan dengan Teh Sinensis Katekin adalah kandungan pada teh yang bermanfaat untuk kesehatan dan merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk menetralkan radikal bebas dalam tubuh. Kadar katekin yang terdapat pada teh Assamica teh yang dibudidayakan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kadar katekin teh yang berasal dari varietas Sinensis seperti teh yang dibudidayakan di Cina, Sri Langka dan Jepang. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa kualitas teh Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan kualitas teh dari negara lain, khususnya Cina, Sri Langka dan Jepang 39 . Kekuatan kandungan katekin teh Indonesia umumnya tampak pada kandungan teh hitam Orthodox Indonesia yang lebih tinggi 8,24 persen dibandingkan kandungan katekin teh hitam Sri Langka 7,39 persen. Begitu juga dengan kandungan teh wangi yang berasal dari Indonesia memiliki kandungan katekin sebesar 9,28 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan teh wangi Cina yang mencapai 7,47 persen dari 39 DIN. 2007. Teh Indonesia Lebih Menyehatkan dalam www.kompas.co.id [Diakses pada 18 Oktober 2010] 102 total kandungan senyawa yang terdapat di dalam teh Bambang et al 1995 dalam Indarto 2007. c Tenaga Kerja Banyak Tersedia Tingginya populasi penduduk Indonesia serta adanya kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Indonesia merupakan kekuatan karena dapat menjamin ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri teh nasional. Kebutuhan yang tinggi akan tenaga kerja membuat subsistem perkebunan teh sangat responsif terhadap ketersediaan tenaga kerja. Tenaga kerja dalam jumlah banyak terutama dibutuhkan dalam subsistem budidaya teh. Karakteristik tanaman teh yang membutuhkan perawatan yang intensif tentu menuntut perusahaan untuk dapat terus menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan. Tabel 25. Perkembangan Populasi Penduduk Indonesia No Tahun Populasi Penduduk 000 Jiwa 1 1998 204.390 2 1999 207.440 3 2000 208.000 4 2001 208.640 5 2002 211.440 6 2003 214.250 7 2004 217.080 8 2005 219.900 9 2006 222.050 10 2007 224.900 Sumber : ITC 2009 d Banyak Bagian dari Tanaman Teh yang Dapat Dimanfaatkan Berbagai bagian dari tanaman teh mulai dari akar, batang, daun tua, serat, tangkai daun, aroma, biji teh dapat diolah menjadi produk sampingan teh. Beberapa produk hasil pengolahan teh selain minuman adalah sebagai bahan makanan, bahan pewarna kain, kayu bakar, bahan baku industri furniture, minyak biji teh, serta beberapa jenis produk lainnya. Beberapa produk sudah diproduksi di Indonesia, namun beberapa yang lainnya baru sampai tahap penelitian. Hasil samping tanaman teh Indonesia umumnya belum ditangani secara profesional. Banyak produk sampingan teh yang diimpor Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industri di bidang farmasi, kosmetika, perikanan dan lain-lain 103 Purwoto, Suprihatini dan Sudaryanto 1998 dalam Suryatmo 2003. Banyaknya bagian-bagian pada tanaman teh yang dapat dimanfaatkan merupakan kekuatan bagi agribisnis teh Indonesia khususnya industri hilir teh. 2 Analisis Faktor Strategis Internal : Kelemahan a Rendahnya Posisi Tawar Petani Dalam Menentukan Harga Teh Posisi tawar bargaining power petani seringkali masih merugikan petani sebagai produsen pucuk. Posisi daya tawar yang rendah menyebabkan petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga. Pertukaran pucuk di tingkat petani seringkali didominasi oleh pembeli yang biasanya berasal dari perusahaan pengolah atau pedagang pengumpul. Lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang mendapatkanmemiliki akses pasar, informasi pasar dan terbatasnya modal yang dimiliki. Kendala mendasar bagi mayoritas petani teh dan petani Indonesia pada umumnya adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksinya. Karena itu, posisi tawar petani yang masih rendah merupakan kelemahan yang dapat menghambat kelangsungan usahatani teh yang dilakukan petani. b Mayoritas Produk Teh yang Dihasilkan PBN Masih Berupa Teh Curah Perkebunan Besar Negara PBN merupakan produsen teh dengan pangsa ekspor terbesar yakni sebesar hampir 70 persen. Kegiatan ekspor ini dilakukan melalui proses lelang yang diselenggarakan PT KPBN, dimana harga teh yang terbentuk di PT KPBN dijadikan harga acuan nasional bagi produsen teh di dalam negeri. Berdasarkan keterangan dari pihak manajemen pemasaran teh PT KPBN, mayoritas teh yang diperdagangkan melalui PT KPBN merupakan produk teh curah. Kondisi tersebut menyebabkan penerimaan yang berasal dari teh untuk Indonesia masih rendah, karena komposisi ekspor produk teh kita masih didominasi oleh teh curah. Apabila Indonesia khususnya PBN belum mampu mengkombinasikan produk teh yang diekspornya dengan teh kemasan, maka posisi Indonesia akan semakin tersingkir oleh negara lain yang telah melakukan olahan lebih lanjut terhadap produk-produknya. Beberapa negara seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab merupakan negara-negara pengimpor teh dunia, namun mereka mampu memberikan nilai tambah pada teh 104 dengan mengolahnya menjadi produk hilir dan mengekspornya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Pengolahan lanjutan yang dilakukan terhadap produk teh curah akan memberikan nilai tambah bagi produk teh itu sendiri, dan berdampak terhadap penerimaan yang diperoleh Indonesia. Selain itu, variasi komposisi tersebut akan mencegah timbulnya kejenuhan di pasar ekspor Indonesia. Tabel 26. Rasio Penambahan Nilai pada Produk Teh Jenis Industri Rasio Penambahan Nilai Teh Hijau Kemasan 0,448 Teh Hitam Kemasan 0,443 Ekstrak Teh 0,603 Flavored Tea 0,859 Sumber : BPS dalam Kustanti V.R dan Widyanti T 2007 c Maraknya Konversi Area Kebun Teh oleh Produsen Adanya tren penurunan luas area tanam teh dilatarbelakangi oleh maraknya konversi yang dilakukan petani teh merupakan kelemahan bagi perkebunan teh di Indonesia. Konversi ini juga salah satunya didasari oleh harga teh yang rendah di kalangan petani sehingga produsen khususnya petani lebih memilih mengkonversi lahan perkebunan tehnya menjadi lahan untuk mengembangkan komoditas lain seperti sayuran. Sementara untuk PBN dan PBS konversi ini juga marak dilakukan mengingat adanya tren peningkatan harga sawit, sehingga sebagian produsen lebih memilih untuk mengusahakan komoditas sawit dibandingkan dengan teh. Penurunan luas areal ini mempengaruhi volume produksi nasional. Penurunan produksi teh nasional ini juga mempengaruhi volume ekspor dan nilai ekspor teh yang diperoleh. d Petani Masih Sulit Mengakses Sumber Modal Salah satu ciri petani teh rakyat di Indonesia adalah terbatasnya modal yang dimiliki. Akibatnya, petani teh seringkali kesulitan untuk mengembangkan usaha maupun melakukan pengelolaan kebun secara intensif. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah dan lembaga keuangan adalah adanya program pinjaman modal. Namun, program ini dinilai masih kurang tepat karena pada kenyataanya petani teh masih kesulitan dalam mengakses pinjaman yang berasal dari lembaga keuangan yang ada. Hal ini disebabkan oleh sulitnya persyaratan 105 pengajuan kredit yang harus dipenuhi petani secara individu. Petani teh umumnya tidak memiliki jaminan sehingga mereka kesulitan memperoleh bantuan pinjaman kredit yang mereka butuhkan. Karena itu, kemampuan petani teh yang rendah dalam mengakses sumber modal ini merupakan kelemahan yang harus dicarikan solusinya. e Rendahnya Kualitas Teh yang Beredar di Dalam Negeri Teh yang beredar di dalam negeri terdiri dari teh berkualitas sedang sampai rendah. Sementara teh dengan mutu pertama lebih diutamakan untuk pasar ekspor. Komposisi produk yang didominasi oleh kualitas rendah justru tidak akan mengedukasi masyarakat kita. Masyarakat tidak diberikan pilihan akan produk- produk teh berkualitas produksi dalam negeri, sehingga memungkinkan terjadinya permintaan produk berkualitas ke luar negeri. Hal tersebut tentunya akan semakin meningkatkan volume impor teh Indonesia. 3 Analisis Faktor Strategis Eksternal : Peluang a Adanya Asosisasi-Asosiasi ATI dan APTEHINDO serta Dewan Teh Indonesia yang Mewadahi Para Stakeholder Asosiasi Teh Indonesia ATI dan Asosiasi Petani Teh Indonesia APTEHINDO merupakan suatu bentuk asosiasi yang memberikan peluang bagi kemajuan agribisnis teh Indonesia. Keberadaan asoiasi-asosiasi ini mampu mendorong dan meningkatkan kualitas masing-masing komunitas anggotanya. ATI ataupun APTEHINDO merupakan perpanjangan tangan dari pengusaha dan petani teh Indonesia. Sementara Dewan Teh Indonesia berperan sebagai fasilitator, koordinator dan pihak yang mengawasi jalannya kegiatan bisnis di industru teh di Indonesia. Keberadaan asosiasi dan lembaga ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan penyebaran informasi teknologi secara cepat dan merata akan semakin terbuka. b Adanya Kontribusi Penelitian dari Lembaga Riset PPTK Lembaga riset Pusat Penelitian Teh dan Kina merupakan salah satu lembaga yang menjadi pendukung kegiatan agribisnis teh Indonesia. Hal tersebut dikarenakan selama ini PPTK telah berhasil menciptakan berbagai macam jenis teknologi yang terbukti bermanfaat bagi industri teh Indonesia. Selain itu, PPTK 106 juga melakukan pengkajian terhadap kondisi pasar, prospek dan tantangan yang akan dihadapi agribisnis teh Indonesia serta kajian mengenai kesesuaian kebijakan yang telah dilakukan pemerintah terkait dengan teh. Pengembangan lembaga riset merupakan peluang yang dapat memajukan agribisnis teh Indonesia. c Adanya Potensi untuk Meningkatkan Konsumsi Teh Dalam Negeri Meskipun saat ini konsumsi teh Indonesia masih tergolong rendah, namun Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan konsumsi teh dalam negeri. Potensi tersebut berasal dari jumlah populasi penduduk Indonesia yang tinggi dan memiliki kecenderungan meningkat setiap tahun. Populasi penduduk yang tinggi menggambarkan potensi pasar yang dapat diperoleh. Selain itu, teh telah menjadi salah satu minuman pilihan bagi masyarakat Indonesia. Adam 2006 mengungkapkan bahwa kedudukan teh sebagai bahan minuman telah menjadi salah satu pilihan utama keluarga baik di rumah, di luar rumah, maupun sebagai hidangan bagi tamu yang berkunjung. Di beberapa provinsi di Indonesia, menyajikan teh untuk tamu maupun sebagai teman hidangan makanan ringan merupakan hal yang biasa. Salah satunya tampak pada pola masyarakat Jawa Barat yang terbiasa menyajikan teh secara cuma-cuma di rumah makan sunda ataupun warung-warung tenda kaki lima. Hal tersebut mengindikasikan adanya peluang peningkatan konsumsi teh dalam negeri. d Adanya Industri Olahan Berbasis Teh yang Telah Berkembang Kondisi agroindustri minuman teh kemasan dan produk turunan teh lainnya merupakan peluang yang baik bagi industri perkebunan teh Indonesia. Selama ini, nilai tambah yang dihasilkan dari industri hilir teh Indonesia pada tahun 2005 saja mancapai 1,2 triliun dan menyerap sekitar 51.500 tenaga kerja. Karena itu, pengembangan agroindustri teh kearah produk-produk turunan teh lainnya akan membuka kesempatan bagi komoditas teh nasional. Industri minuman teh kemasan di Indonesia merupakan sektor yang sedang berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya produk-produk diversivikasi teh dalam bentuk kemasan kotak, botol, celup, dan sebagainya, dimana berbagai produk tersebut dilengkapi oleh variasi rasa dan kemasan yang menarik. Selain itu, perusahaan-perusahaan pada sektor ini umumnya telah melakukan upaya 107 promosi yang lebih baik dibandingkan pada perusahaan teh curah. Karena itu, dengan adanya industri olahan berbasis teh yang semakin berkembang, maka secara tidak langsung akan mendorong pengembangan supplier bahan bakunya industri teh curah. e Semakin Tingginya Kesadaran Masyarakat akan Kesehatan Maraknya isu kesehatan di lingkungan pasar global merupakan peluang bagi industri teh nasional. Kandungan katekin yang tinggi, kebun-kebun yang mulai dilengkapi dengan serifikasi internasional akan semakin memperkuat kualitas teh yang ditawarkan Indonesia. Di sisi lain, tuntutan konsumen dunia akan isu kesehatan juga akan menular kepada konsumen domestik, sehingga akan ada peluang peningkatan konsumsi teh sebagai minuman multifungsi di pasar domestik. 4 Analisis Faktor Strategis Eksternal : Ancaman a Kondisi Cuaca yang Semakin Tidak Menentu dan Sulit Diprediksi Tanaman teh yang sangat responsif terhadap alam terutama perubahan kondisi cuaca menyebabkan produsen harus melakukan perlakuan khusus agar tidak mempengaruhi baik volume maupun kualitas produksi. Dengan kondisi perubahan cuaca yang ekstrim dan tidak menentu, tentu akan mempengaruhi kelangsungan usaha perkebunan teh. Salah satu contoh adalah perubahan alam yang terjadi di India dan Kenya berupa kekeringan yang pada akhirnya mempengaruhi produksi teh basah dari kedua negara tersebut. Saat ini, kondisi cuaca di Indonesia juga tengah mengalami ketidakpastian yang tinggi. Curah hujan yang tinggi di saat musim kemarau dan sebaliknya mulai mempengaruhi produktivitas produsen. c Kelangkaan Pupuk yang Sering Terjadi di Kalangam Produsen Pupuk merupakan komponen penting dalam kegiatan usahatani teh. Pemupukan perkebunan teh idealnya dapat dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Kelangkaan pupuk di kalangan produsen akan mempengaruhi kualitas tanah dan pucuk, serta akan mengurangi ketahanan tanaman terhadap hama penyakit. Karena itu apabila ketersediaan pupuk di kalangan produsen masih sulit diakses 108 akibat adanya kelangkaan, maka hal tersebut merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis teh Indonesia. d Persaingan dengan Minuman Subtitusi Lain, Produk Teh Impor dan Eksportir lain di Pasar Internasional Bentuk persaingan dengan produsen minuman subtitusi lain merupakan sebuah ancaman bagi industri teh di dalam negeri. Teh masih merupakan produk sekunder di Indonesia, sehingga prioritas konsumen terhadap konsumsi teh masih dapat dengan mudah tersubtitusi dengan minuman sejenis lainnya. Ditambah lagi, promosi yang dilakukan produsen minuman seperti kopi dan susu semakin memperketat persaingan antara produk subtitusi. Sementara itu, persaingan dengan produk teh impor akan menjadi suatu bentuk ancaman bagi produk teh domestik. Peningkatan volume dan nilai impor dari tahun ke tahun menunjukkan permintaan akan produk teh impor yang semakin meningkat dari konsumen domestik. Hal tersebut akan semakin diperburuk apabila peredaran produk teh di dalam negeri masih didominasi oleh produk bermutu rendah dan mahal. Karena produk impor hanya harus membayar tarif impor sebesar 5 persen, sementara produsen teh kemasan lokal dikenai pajak pertambahan nilai PPN sebesar 10 persen. Pada persaingan di pasar internasional, persaingan dengan eksportir lain jelas merupakan ancaman bagi kelangsungan agribisnis teh nasional, khususnya bagi eksportir dan produsen teh dalam negeri. Dengan semakin ketatnya persaingan diantara eksportir luar negeri akan semakin menekan Indonesia apabila tidak diiringi dengan dayasaing yang kuat. Persaingan ini juga akan mempengaruhi pangsa pasar teh Indonesia yang kemudian berujung kepada perolehan devisa negara dari teh. e Rendahnya Tarif Impor bagi Teh Curah dan Teh Kemasan Penetapan tarif impor sebesar 5 persen bagi produk teh curah maupun teh kemasan merupakan ancaman bagi produsen teh dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah kualitas teh impor lebih baik dibandingkan dengan teh yang beredar di dalam negeri. Selain itu, beban pajak dari produk teh impor relatif lebih murah apabila dilihat dari persentase jumlah pajak yang harus dibayarkan. 109 110 Produsen teh kemasan dalam negeri diharuskan membayar PPN sebesar 10 persen, sementara produk teh kemasan impor hanya dikenakan tarif impor sebesar 5 persen. Rendahnya tarif impor tersebut mengakibatkan adanya peningkatan jumlah teh yang diimpor setiap tahunnya. 7.1.3 Perumusan Matriks SWOT Agribisnis Teh Indonesia Tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi berdasarkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah dianalisis sebelumya. Dalam merumuskan strategi pengembangan agribisnis teh Indonesia alat yang digunakan adalah Matriks SWOT. Rumusan strategi yang dihasilkan merupakan kombinasi antara beberapa faktor SWOT. Dengan menggunakan Matriks SWOT strategi yang dihasilkan terdiri dari strategi SO penggunaan kekuatan dari agribisnis teh nasional untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi WO memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan dari agribisnis teh Indonesia, strategi ST penggunaan kekuatan agribisnis teh nasional untuk mengatasi ancaman dan strategi WT meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. Tabel 27. Matriks SWOT Agribisnis Teh Nasional Kekuatan Strengths-S 1. Teh Indonesia unggul secara komparatif 2. Kandungan katekin teh Assamica lebih tinggi dibandingkan dengan teh Sinensis 3. Tenaga kerja banyak tersedia 4. Banyak bagian dari tanaman teh yang dapat dimanfaatkan Kelemahan Weaknesses-W 1. Rendahnya posisi tawar petani dalam menentukan harga 2. Sebagian besar PBN masih mengekspor teh dalam bentuk teh curah 3. Maraknya konversi lahan yang dilakukan oleh produsen 4. Petani masih sulit mengakses sumber modal 5. Rendahnya kualitas teh yang beredar di dalam negeri Peluang Opportunitties-O 1. Adanya asosisasi- asosiasi ATI, APTEHINDO dan DTI 2. Adanya kontribusi penelitian dari lembaga riset PPTK 3. Adanya potensi peningkatan konsumsi teh dalam negeri 4. Adanya industri olahan berbasis teh yang telah berkembang 5. Semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia akan kesehatan SO Strategy 1. Meningkatkan kegiatan promosi produk teh Indonesia S2, S3, O1, O3,O5 2. Meningkatkan produksi dan diversifikasi produk teh S1, S3, S4, O2, O4, O5 3. Mempercepat pelaksanaan industri teh berkelanjutan S1, S3, O2, O4, O5 WO Strategy 1. Meningkatkan peranan ATI, APTEHINDO, dan DTI bagi produsen, khususnya petani rakyat W1, W3, W4, O1, O2 2. Pembentukan dan penguatan kelompok tani WI, W3, W4, O1 3. Meningkatkan komposisi produk teh olahan untuk diekspor dan meningkatkan alokasi teh curah 1 st grade di pasar DN W2, W5, O3, O4, O5 Ancaman Threats-T 1. Kondisi cuaca yang semakin tidak menentu 2. Kelangkaan pupuk di kalangan produsen 3. Persaingan antara minuman subtitusi, produk impor, eksportir internasional 4. Rendahnya tarif impor bagi teh curah dan teh kemasan ST Strategy 1. Merancang pendirian kluster industri teh di Jawa Barat S1, S3, S4, T2, T3, T4 WT Strategy 1. Pembatasan kuota dan nilai impor teh curah dan olahan W5, T3, T4 2. Melakukan perencanaan pola tanam, serta kompak mengatur, mengendalikan dan menjaga kualitas dan kuantitas stok di pasar WI, W3, W4, T1, T2 111 1 Strategi SO Strategi SO merupakan strategi yang dirumuskan dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki agribisnis teh nasional untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada seoptimal mungkin. Dengan menggunakan faktor-faktor kekuatan dan peluang yang telah diperoleh dari analisis faktor strategis sebelumnya, maka rumusan strategi SO yang dapat diterapkan untuk meningkatkan dayasaing agribisnis teh Indonesia adalah meningkatkan kegiatan promosi produk teh Indonesia, meningkatkan produksi dan diversifikasi produk teh Indonesia serta mempercepat pelaksanaan indutri teh berkelanjutan.

a. Meningkatkan Kegiatan Promosi Produk Teh Indonesia