pengapalan, customer service termasuk dalam bantuan penyelesaian klaim. Pada PT KPBN ini, masing-masing komoditas dikelola oleh direktur pemasaran
komoditas.
5. Asosiasi-Asosiasi
Lembaga lain yang mendukung agribisnis teh di Indonesia diantaranya adalah asosiasi dari berbagai komunitas teh. Beberapa asosisasi yang telah ada di
Indonesia diantaranya Asosiasi Teh Indonesia ATI, Asosiasi Petani Teh Indonesia APTEHINDO, Koperasi Teh Indonesia, Indonesia Tea Lovers,
Jakarta Tea Buyers Association JBTA dan beberapa asosiasi lainnya. Diantara
semuanya, Asosiasi Teh Indonesia merupakan asosiasi teh terbesar di Indonesia, asosiasi ini terdiri dari pengusaha-pengusaha teh di Indonesia dan beberapa
stakeholder lainnya. ATI juga merupakan asosiasi teh di Indonesia yang diakui
secara internasional. APTEHINDO merupakan asosiasi petani yang berfungsi mengkoordinasikan kendala-kendala yang dirasakan petani di kebun dengan pihak
pemerintah ataupun pengusaha besar lainnya. Indonesia Tea Lovers merupakan komunitas pecinta dan peduli teh nasional, komunitas ini juga melakukan kegiatan
promosi teh berupa festival dan bentuk kegiatan lainnya. Sedangkan JBTA merupakan asosiasi yang mewadahi aspirasi pembeli teh di Jakarta Tea Auction.
Seluruh asosiasi teh di Indonesia merupakan peluang apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sesuai visi-misinya.
6. Pemerintah
Pemerintah membentuk Dewan Teh Indonesia yang dideklarasikan pada tanggal 19 April 2007 dan dihadiri oleh perwakilan stakeholder teh nasional yang
terdiri dari Asosiasi Petani Teh Indonesia APTEHINDO, Asosiasi Teh Indonesia ATI, Asosiasi Koperasi Teh Indonesia, OPS Teh Wangi, Perusahaan
Negara BUMD-BUMN, perusahaan swasta, dan pemerintah sebagai regulator dan fasilitator pembangunan agribisnis teh di Indonesia. Dewan Teh Indonesia
didirikan untuk mengkoordinasikan dan memadukan kepentingan para pelaku usaha agribisnis teh Indonesia. Bertujuan untuk mempercepat peningkatan
dayasaing teh Indonesia.
56
Salah satu bentuk program yang diperjuangkan oleh Dewan Teh Indonesia adalah program Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional GPATN,
khususnya teh rakyat. Gerakan ini merupakan upaya percepatan peningkatan kualitas, produktivitas, harga, supply chain dan tingkat pendapatan khususnya di
tingkat petani. Berikut ini adalah poin-poin inti dari program GPATN : 1.
Perbaikan Perkebunan Teh rakyat yang terletak di lima provinsi, 21 Kabupaten, dengan total luas area 57.837 ha yang terbagi menjadi :
a. Peremajaan kebun teh tua dan rusak seluas 14.000 ha;
b. Rehabilitasi kebun teh seluas 20.000 ha; dan
c. Intensifikasi kebun teh seluas 23.837 ha
2. Revitalisasi kelembagaan kelompok tani bagi 103.971 KK 2000 Kelompok
Tani 3.
Penguatan Lembaga Riset Teh a.
Pembangunan 2 unit laboratorium pengujian mutu teh, b.
Pembangunan 15 laboratoriun lapangan, dan c.
Pembangunan 15 stasiun meteorologi di sentra produksi teh rakyat. 4.
Penyempurnaan SNI yang mengakomodasi standar-standar yang berlaku di dunia
5. Pembangunan 15 pabrik teh hijau dan 5 pabrik teh hitam
6. Penguatan lembaga pemasaran Bandung Tea Auction BTA dan Jakarta Tea
Auction JTA.
57
VI DAYASAING AGRIBISNIS TEH INDONESIA
Pada bab sebelumnya, penulis telah menjelaskan mengenai kondisi sistem agribisnis teh Indonesia. Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai
analisis dayasaing agribisnis teh Indonesia berdasarkan informasi yang telah dibahas pada bab sebelumnya serta pendalaman pada poin-poin yang termasuk
pada komponen penentu dayasaing Sistem Berlian Porter. Komponen-komponen tersebut adalah komponen kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan
domestik, dukungan industri terkait dan industri pendukung teh serta kondisi struktur, strategi dan persaingan yang dihadapi oleh agribisnis teh Indonesia.
Selain itu ditinjau pula sejauh apa peranan pemerintah dan kesempatan- kesempatan yang ada dalam meningkatkan posisi dayasaing agribisnis teh
Indonesia.
6.1 Analisis Komponen Sistem Berlian Porter 6.1.1 Kondisi Faktor Sumberdaya