Meningkatkan Peranan ATI, APTEHINDO dan DTI Pembentukan dan Penguatan Kelompok Tani

3 Strategi WO Strategi WO merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek yang muncul dari kelemahan-kelemahan pada agribisnis teh Indonesia dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Strategi WO yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dayasaing agribisnis teh Indonesia diantaranya adalah meningkatkan peranan ATI, APTEHINDO dan DTI, melakukan pembentukan dan penguatan kelompok tani serta melakukan peningkatan alokasi teh mutu pertama di pasar domestik.

a. Meningkatkan Peranan ATI, APTEHINDO dan DTI

Petani sebagai pemilik areal perkebunan teh terbesar di Indonesia justru memiliki tingkat produktivitas terendah diantara kedua tipe kepemilikan kebun lainnya. Rendahnya produktivitas petani tersebut diantaranya disebabkan oleh rendahnya posisi tawar petani teh Indonesia, maraknya konversi lahan yang dilakukan oleh produsen serta sulitnya petani dalam mengakses sumber modal. Ketiga kelemahan tersebut muncul karena kurangnya peranan pihak luar sebagai pendamping, Pembina dan fasilitator pihak yang menjembatani para stakeholder bagi produsen, khususnya petani. Adanya Asosiasi Teh Indonesia dan Asosiasi Petani Teh Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan peran tersebut. ATI dan APTEHINDO diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan teknologi serta menjadi koordinator dari seluruh elemen produsen teh. Sehingga dengan adanya koordinasi yang baik akan memperbaiki posisi tawar petani dan mengurangi tren konversi lahan karena pengetahuan produsen mengenai usahatani teh telah bertambah. Sementara adanya Dewan Teh Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai fasilitator dan negosiator antara produsen dengan lembaga-lembaga pendukung lainnya, seperti pemerintah, pihak swasta dan lembaga keuangan. Dengan demikian salah satu efek yang diharapkan adalah terbukanya akses bagi produsen teh khususnya petani menuju sumber modal. Selain itu, adanya DTI juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawas bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seluruh stakeholder, sehingga diharapkan akan mengurangi adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan merugikan produsen. 116

b. Pembentukan dan Penguatan Kelompok Tani

Permasalahan rendahnya posisi tawar petani dan sulitnya mengakses sumber modal juga disebabkan oleh lemahnya petani jika hanya memanfaatkan kekuatan individu mereka. Sempitnya luas areal yang dimiliki masing-masing individu petani menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan petani rendah. Selain itu, tidak jarang pucuk yang dihasilkan pun tidak seragam atau berkualitas rendah. Hal tersebut mengakibatkan munculnya penekanan harga dari pihak pedagang karena petani tidak dapat memenuhi jumlah maupun kualitas yang diminta. Selain itu, sulitnya petani mengakses sumber modal salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan petani dalam memenuhi persyaratan yang diminta oleh pihak lembaga keuangan. Karena itu, dengan memanfaatkan adanya asosiasi seperti ATI dan APTEHINDO, strategi pembentukan dan penguatan kelompok tani diharapkan dapat menyelesaikan atau setidaknya mengurangi efek dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki petani. Pembentukan kelompok tani baru dan penguatan kelompok tani yang sudah ada dapat menjadi wadah bagi petani untuk dapat berkumpul dan menghimpun kekuatan sehingga diharapkan posisi tawar petani akan meningkat. Ke depannya diharapkan kelompok tani dapat mandiri dan mengarah kepada pembentukan koperasi tani sebagai bentuk perusahaan milik petani.

c. Meningkatkan Komposisi Produk Teh Olahan untuk Ekspor dan