Rancangan Arsiektur Strategik 1 Sasaran Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia

120

7.2 Rancangan Arsiektur Strategik 1 Sasaran Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia

Mengacu pada tujuan penetapan teh sebagai komoditas unggulan nasional dan Road Map Teh Indonesia tahun 2006, maka sasaran pembangunan agribisnis teh Indonesia adalah : 1. Peningkatan luas area, produksi, produktivitas, konsumsi domestik dan volume ekspor teh, 2. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, 3. Peningkatan mutu dan pengembangan produk teh, dan 4. Peningkatan upaya promosi secara intensif. 2 Tantangan Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia Berdasarkan sasaran-sasaran yang ingin dicapai, agribisnis teh Indonesia pun tidak lepas dari beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti : 1. Penurunan luas area perkebunan serta banyaknya kebun-kebun tua yang sudah tidak produktif lagi, 2. Rendahnya pengetahuan konsumen dalam negeri akan manfaat teh yang menyebabkan konsumsi teh domestik masih rendah, 3. Meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap kesehatan, pelestarian lingkungan, keselamatan kerja, dsb yang menjadi hambatan non-tarif bagi Indonesia, serta 4. Perubahan lingkungan persaingan yang begitu cepat dan agresif. 3 Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Teh Indonesia Perwujudan dari strategi yang telah diperoleh melalui analisis SWOT kemudian diturunkan ke dalam program. Program-program tersebut disusun berdasarkan pertimbangan sasaran dan tantangan yang dihadapi oleh agribisnis teh Indonesia. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 28. Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Teh Indonesia No Strategi Program Penanggung Jawab Sasaran Utama 1 Pembentukan dan penguatan kelompok tani • Penyuluhan mengenai manfaat berkelompok, • Merangsang pembentukan kelompok tani baru dan penguatan kelompok tani yang sudah ada • Pembinaan, pendampingan, pelatihan skill manajement • Pemerintah daerah • Penyuluh pertanian • Asosiasi • DTI • Petani teh rakyat • Lahirnya koperasi tani 2 Melakukan perencanaan produksi, serta mengatur, mengendalikan dan menjaga kualitas dan kuantitas stok di pasar • Penyuluhan dan pembinaan rutin mengenai perencanaan produksi dan informasi pasar • Pemerintah daerah • Penyuluh pertanian • Kelompok tani Petani teh rakyat 3 Meningkatkan peranan ATI, APTEHINDO, dan DTI bagi produsen, khususnya petani rakyat • Secara aktif dan rutin melakukan pemantauan dan survey lapang, • Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait • Asosiasi • DTI • Lembaga keuangan, • Pemerintah • Produsen • Petani 4 Mempercepat pelaksanaan industri teh berkelanjutan • Sertifikasi kebun dan pabrik • Pemberian insentif bagi perusahaan yang telah meningkatkan kualitasnya • 80 persen kebun dan pabrik tersertifikasi • Pemerintah • Kementan • PPTK • Produsen teh Produsen pada PBN, PBS, PR 5 Merancang pendirian kluster industri teh di Jawa Barat • Penyusunan rencana sekaligus koordinasi seluruh pihak • Penataan wilayah dan integrasi antar subsistem • Realisasi kluster • Pemerintah daerah Jabar • Industri teh Jabar • Industri teh Jabar • Investor 6 Meningkatkan kegiatan promosi produk teh Indonesia • Meningkatkan kegiatan promosi untuk memperluas pasar di dalam negeri • Meningkatkan brand awareness dan brand image produk teh Indonesia di LN • Asosiasi • DTI • Industri teh Konsumen teh di dalam dan luar negeri 7 Meningkatkan produksi, dan diversifikasi produk • Peningkatan luas area tanam, replanting, rehabilitasi, intensifikasi • Meningkatkan ragam produk teh • Dinas Pertanian • PPTK • Industri • Konsumen • Produsen teh 8 Meningkatkan komposisi produk teh olahan untuk diekspor dan meningkatkan alokasi teh curah 1 st grade di pasar DN • Melakukan kajian mengenai komposisi ragam produk teh yang diekspor • Meningkatkan porsi teh mutu pertama yang beredar di pasar domestik • Industri pengolahan teh • Lembaga pemasaran Konsumen dalam dan luar negeri 9 Pembatasan kuota dan nilai impor teh curah dan olahan • Melakukan kajian mengenai batas dan dampak kebijakan kuota dan nilai impor • Implementasi pembatasan kuota dan nilai impor teh ke Indonesia Pemerintah Eksportir teh ke Indonesia 121 4 Tahap Penyusunan Arsitektur Strategik Dalam menyusun rancangan arsitektur strategik bagi agribisnis teh Indonesia, penulis menggabungkan antara strategi, program dan rancang desain arsitektur yang bertujuan memberi gambaran kepada pembaca akan urutan program, prioritas serta tahapan strategi. Tidak ada pertimbangan baku dalam merancang sebuah arsitektur strategik, namun penyusunan prioritas strategi dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti waktu, sasaran yang ingin dicapai, serta tantangan yang harus dihadapi. Rancangan arsitektur strategik agribisnis teh Indonesia merupakan rancangan program kegiatan yang dibuat untuk membantu memberi gambaran mengenai tahapan-tahapan yang dapat ditempuh demi mewujudkan sasaran di masa depan. Sumbu X dan Y merupakan sumbu yang menggambarkan dimensi waktu yang diperlukan untuk suatu strategi dan program tertentu. Sumbu X merupakan periode waktu yang digunakan dalam periode tahun, sedangkan sumbu Y waktu yang menggambarkan urutan program kegiatan. Program yang akan dicetak ke dalam arsitektur strategik tersebut terbagi menjadi program bertahap dan program rutin. Berikut ini adalah pembagian program bertahap dan program rutin : 1 Program Bertahap a. Periode I i. Merangsang pembentukan kelompok tani baru dan menguatkan kelompok tani yang sudah ada ii. Penyusunan rencana sekaligus koordinasi seluruh pihak terkait dengan pendirian kluster iii. Melakukan kajian mengenai batas dan dampak dari penetapan kebijakan pembatasan kuota dan nilai teh impor b. Periode II i. DTI mulai menjalin kerjasama dengan pihak pemerintahan dan lembaga keuangan ii. Menggalakan sertifikasi kebun dan pabrik tahap I 30 persen iii. Penataan wilayah dan integrasi antar subsistem tahap I 122 123 iv. Melakukan kajian mengenai komposisi ragam produk teh yang akan diekspor v. Implementasi pembatasan kuota dan nilai teh ke Indonesia c. Periode III i. Menggalakan sertifikasi kebun dan pabrik tahap II 60 persen ii. Penataan wilayah dan integrasi antar subsistem tahap II iii. Meningkatkan ragam produk teh diversifikasi produk d. Periode IV i. Meningkatkan porsi teh mutu pertama yang beredar di pasar domestik ii. Menggalakan sertifikasi kebun dan pabrik tahap II 80 persen e. Periode V i. Pemberian insentif bagi perusahaan yang telah memiliki sertifikasi ii. Realisasi kluster industri teh di Jawa Barat 2 Program Rutin : a. Penyuluhan mengenai manfaat bertani secara kelompok, b. Pembinaan, pendampingan dan pelatihan skill management, c. Penyuluhan dan pembinaan rutin mengenai perencanaan produksi dan informasi pasar d. Asosiasi dan DTI secara aktif dan rutin melakukan pemantauan dan survey lapang e. Meningkatkan kegiatan promosi untuk memperluas pasar di dalam negeri f. Meningkatkan brand awareness dan brand image produk teh Indonesia di pasar internasional g. Peningkatan luas area tanam, replanting, rehabilitasi, intensifikasi Gambar 14. Rancangan Arsitektur Strategik Agribisnis Teh Indonesia PROGRAM RUTIN 1a. Penyuluhan mengenai manfaat bertani secara kelompok, 1c. Pembinaan, pendampingan dan pelatihan skill management, 2a. Penyuluhan dan pembinaan rutin mengenai perencanaan produksi dan informasi pasar 3a. Asosiasi dan DTI secara aktif dan rutin melakukan pemantauan dan survey lapang 6a. Meningkatkan kegiatan promosi untuk memperluas pasar di dalam negeri 6b. Meningkatkan brand awareness dan brand image produk teh Indonesia di pasar internasional 7a. Peningkatan luas area tanam, replanting, rehabilitasi, intensifikasi SASARAN 1. Peningkatan luas area, produksi, produktivitas, konsumsi domestik, dan volume ekspor teh, 2. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, 3. Peningkatan mutu dan pengembangan produk teh, 4. Peningkatan upaya promosi secara intensif. TANTANGAN 1. Penurunan luas area perkebunan serta banyaknya kebun-kebun tua yang sudah tidak produktif lagi, 2. Rendahnya pengetahuan konsumen dalam negeri akan manfaat teh yang menyebabkan konsumsi teh domestik masih rendah, 3. Meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap kesehatan, pelestarian lingkungan, keselamatan kerja, dsb yang menjadi hambatan non-tarif bagi Indonesia, serta 4. Perubahan lingkungan persaingan yang begitu cepat dan agresif. STRATEGI 1. Pembentukan dan penguatan kelompok tani 2. Melakukan perencanaan produksi; serta mengatur, mengendalikan dan menjaga kualitas dan kuantitas stok di pasar 3. Meningkatkan peranan ATI, APTEHINDO, dan DTI bagi produsen, khususnya petani rakyat 4. Mempercepat pelaksanaan industri teh berkelanjutan 5. Merancang pendirian kluster industri teh di Jawa Barat 6. Meningkatkan kegiatan promosi produk teh Indonesia 7. Meningkatkan produksi, dan diversifikasi produk 8. Meningkatkan komposisi produk teh olahan untuk diekspor dan meningkatkan alokasi teh curah 1 st grade di pasar DN 9. Pembatasan kuota dan nilai impor teh curah dan olahan 9a. Kajian mengenai batas dan dampak kebijakan tarif impor 5a. Perencanaan dan koordinasi dalam rangka pembangunan kluster industri teh Jabar 5b. Penataan wilayah dan integrasi antar subsistem tahap I 4a. Sertifikasi kebun dan pabrik tahap I 30 persen 5b. Penataan wilayah dan integrasi antar subsistem tahap II 1b. Merangsang pembentukan kelompok tani baru dan penguatan kelompok tani lama 3b. DTI melakukan kerjasama dengan pemerintah lembaga keuangan 4a. Sertifikasi kebun dan pabrik tahap III 80 persen 4a. Sertifikasi kebun dan pabrik tahap II 60 persen 8b. Meningkatkan porsi teh mutu pertama di pasar DN 5c. Realisasi pendirian kluster industri teh di Jawa Barat PERIODE I PERIODE II PERIODE III PERIODE IV PERIODE V 7b. Peningkatan ragam produk teh diversifikasi produk 8a. Kajian mengenai ragam teh yang diekspor 9b. Implementasi kebijakan impor baru 4b. Pemberian insentif bagi perusahaan yang telah tersertifikasi 124 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan