menanamkan rumus dan cara menjawab soal membuat kemampuan penalaran siswa menjadi terlupakan.
Lebih spesifik lagi bahwa kemampuan penalaran yang dimaksud dalam penelitian adalah kemampuan penalaran adaptif
.
Pada tahun 2001, National Research Council NRC memperkenalkan suatu penalaran yang merupakan
cakupan dari kemampuan penalaran induksi dan deduksi. Kemampuan penalaran tersebut diperkenalkan dengan istilah penalaran adaptif. Penalaran adaptif adalah
kompetensi untuk berpikir secara logis, merefleksikan, memberikan penjelasan mengenai konsep dan prosedur jawaban yang digunakan, dan menilai
kebenarannya secara matematika.
9
Untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa diperlukan metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dengan tujuan agar dapat melatih
daya penalaran siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Silberman dalam bukunya bahwa pembelajaran tidak dapat ditelan secara keseluruhan. Untuk mengingat apa
yang telah diajarkan, peserta didik harus mencernanya. Belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi tanpa ada kesempatan untuk berdiskusi, membuat
pertanyaan, mempraktekkan, bahkan mengajarkan kepada orang lain.
10
Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS adalah metode yang menekankan
siswa untuk berpikir secara keras dan logis. Permasalahan yang diberikan berupa soal pemecahan masalah. Soal-soal pemecahan masalah dirasa mampu
mengembangkan kemampuan peralaran siswa. Dengan TAPPS, siswa dilatih untuk menganalisa sebuah permasalahan, lalu menyampaikan kepada
pasangannya. Aktivitas metode TAPPS dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen sehingga menuntut siswa untuk aktif dan berpendapat. Selain itu pada
metode ini juga terjadi interaksi antar anggota kelompok. Kelompok yang hanya dibagi menjadi dua orang anggotanya menuntut siswa untuk aktif sebagai
pembicara dan sebagai pendengar. Siswa dirasa mampu memberikan
9
Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford, Bradford Findell. 2001. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
10
L Silberman. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
penalarannya terhadap permasalahan dan siswa juga diharap dapat belajar menganalisa pekerjaan teman kelompoknya.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa adanya hubungan antara tujuan pencapaian kemampuan penalaran adaptif matematika siswa yang berupa
penyelesaian masalah menggunakan dugaan secara logis dan mampu memeriksa pekerjaan orang lain merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan dengan
menggunakan metode TAPPS. Dari latar belakang diatas, maka peneliti memilih judul penelitian:
“Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif
Matematik Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang ditemui yaitu :
1. Rata-rata kemampuan penalaran peserta didik Indonesia pada tiap domain
masih jauh dibawah Negara tetangga. 2.
Kebanyakan siswa berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami.
3. Guru terlalu berkonsentrasi pada hal-hal prosedural, pembelajaran masih
berpusat pada guru, dan siswa dilatih menyelesaikan soal tanpa pemahaman yang mendalam.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah
yang akan dibahas, maka diberikan batasan sebagai berikut :
1. Kemampuan penalaran adaptif matematik siswa yang diukur difokuskan pada
3 indikator yaitu berisikan kemampuan memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan, kemampuan menarik kesimpulan dari sebuah pernyataan, dan
kemampuan menemukan pola dari suatu masalah matematika. Hasil penalaran adaptif matematik siswa tersebut diperoleh dari nilai posttest siswa
2. Pembahasan kemampuan penalaran adaptif matematik siswa yaitu yang diberi
permasalahan pemecahan masalah dengan pembelajaran menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS dan metode
konvensional. 3.
Sikap siswa terhadap penerapan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
4. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 25
Pamulang. 5.
Materi yang dibahas adalah Trigonometri.
D. Rumusan Masalah
Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah, bahwa perlu adanya peningkatan kemampuan penalaran adaptif matematik siswa. Dengan demikian
yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS terhadap kemampuan penalaran adaptif matematik
siswa? 2.
Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Eksperimen ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving TAPPS terhadap kemampuan penalaran adaptif matematik siswa.
2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
F. Manfaat Penelitian
Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode TAPPS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan penalaran adaptif
matematik siswa, maka diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi Siswa
Hasil dari pembelajaran siswa dengan menggunakan metode TAPPS dapat meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.
2. Bagi Guru
Metode TAPPS dapat digunakan sebagai metode alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa pada proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Sekolah dapat merekomendasikan penggunaan metode TAPPS untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa bahkan untuk mata
pelajaran lain 4.
Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah wawasan tentang metode TAPPS dalam
meningkatkan penalaran adaptif 5.
Bagi Pembaca Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pembaca untuk diteliti lebih
lanjut
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Kemampuan Penalaran Adaptif Matematik
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike, yang mengandung pengertian hal-hal yang berhubungan dengan belajar
relating to learning. Kata tersebut mempunyai akar kata mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu. Kata ini pun berhubungan erat dengan kata
lain yaitu mathanein yang maknanya adalah belajar learning.
1
Menurut Turmudi, pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian
pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah
pada suatu kesimpulan berupa sejumlah konsep matematika. Agar konsep- konsep matematika yang telah terbentuk itu dapat dipahami oleh orang
lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat maka digunakan notasi dan istilah yang cermat serta disepakati bersama secara global yang
dikenal dengan bahasa matematika.
2
Selanjutnya, Kline dalam Suherman mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi matematika utamanya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
3
Berdasarkan beberapa pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan
oleh cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain karena matematika
1
Suhendra, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka , 2007 h. 7.4
2
Ibid., h.7.4
3
Erman Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI, 2003. h. 18