Gambar 4.5 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Berdasarkan gambar 4.5, dapat terlihat bahwa nilai t
hitung
yaitu 4,45 lebih besar dari t
tabel
yaitu 2,00. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa �
ditolak, sedangkan
�
1
diterima. �
1
menyatakan bahwa rata-rata kemampuan penalaran adaptif matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran metode thinking aloud pair problem solving TAPPS lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan metode konvensional dengan taraf
signifikans 5.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
Terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif matematik Siswa
Dari hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan rata-rata kemampuan penalaran adaptif matematik siswa antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
lebih baik dari pada pembelajaran dengan metode konvensional. Ini dikarenakan metode TAPPS memuat beberapa langkah dalam pelaksanaannya
yang mengharuskan siswa untuk menyampaikan dan mengembangkan ide matematikanya dalam memerani tugasnya sebagai problem solver dan
listener. Temuan penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lia Kurniawati 2006 tentang
“Pembelajaran Dengan
2,00 4,45
= 0,05
Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematika Siswa SMP” yang mengungkapkan
bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan pemecahan masalah memiliki skor rata-rata yang lebih besar dalam semua aspek baik
pemahaman, penalaran, maupun secara keseluruhan dari pada siswa yang pembelajarannya secara biasakonvensional.
1
Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode TAPPS, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Siswa hanya
mendengarkan, mencatat kemudian menghafalkan. Pembelajaran tersebut membuat siswa menjadi pasif sehingga kurang mengembangkan ide-ide
pikiran mereka. Ini mengakibatkan kemampuan penalaran adaptif siswa kurang berkembang dengan baik. Ketika siswa diminta mengerjakan soal di
papan tulis banyak siswa yang mengeluh “tidak mengerti” atau “tidak bisa”. Selain itu, karena pembelajaran bersifat monoton beberapa siswa terlihat tidak
tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar. Terlihat dari adanya siswa yang lebih memilih mengobrol dengan teman dibandingkan bertanya pada guru saat
mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode
TAPPS pada setiap pertemuannya diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang di dalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian masalah. Penemuan
rumus yang terdapat dalam LKS harus diselesaikan sesuai dengan tugasnya masing-masing sebagai problem solver dan listener. Metode TAPPS
memfasilitasi siswa untuk menuangkan ide dan gagasannya pada LKS, inilah yang menstimulus siswa untuk bernalar. Terbukti kemampuan penalaran
adaptif matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Pembelajaran menggunakan metode TAPPS membuat siswa antusias dan tertantang dalam menemukan rumus trigonometri secara mandiri dengan
bantuan langkah-langkah yang tertera pada LKS. Akan tetapi tidak sedikit
1
Lia Kurniawati, Pembelajaran Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematika Siswa SMP, dalam
Algoritma, 2006, h. 91