Uji Homogenitas Pengujian Persyaratan Analisis
Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematika Siswa SMP” yang mengungkapkan
bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan pemecahan masalah memiliki skor rata-rata yang lebih besar dalam semua aspek baik
pemahaman, penalaran, maupun secara keseluruhan dari pada siswa yang pembelajarannya secara biasakonvensional.
1
Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan metode TAPPS, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Siswa hanya
mendengarkan, mencatat kemudian menghafalkan. Pembelajaran tersebut membuat siswa menjadi pasif sehingga kurang mengembangkan ide-ide
pikiran mereka. Ini mengakibatkan kemampuan penalaran adaptif siswa kurang berkembang dengan baik. Ketika siswa diminta mengerjakan soal di
papan tulis banyak siswa yang mengeluh “tidak mengerti” atau “tidak bisa”. Selain itu, karena pembelajaran bersifat monoton beberapa siswa terlihat tidak
tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar. Terlihat dari adanya siswa yang lebih memilih mengobrol dengan teman dibandingkan bertanya pada guru saat
mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode
TAPPS pada setiap pertemuannya diberikan Lembar Kerja Siswa LKS yang di dalamnya memuat langkah-langkah penyelesaian masalah. Penemuan
rumus yang terdapat dalam LKS harus diselesaikan sesuai dengan tugasnya masing-masing sebagai problem solver dan listener. Metode TAPPS
memfasilitasi siswa untuk menuangkan ide dan gagasannya pada LKS, inilah yang menstimulus siswa untuk bernalar. Terbukti kemampuan penalaran
adaptif matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Pembelajaran menggunakan metode TAPPS membuat siswa antusias dan tertantang dalam menemukan rumus trigonometri secara mandiri dengan
bantuan langkah-langkah yang tertera pada LKS. Akan tetapi tidak sedikit
1
Lia Kurniawati, Pembelajaran Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematika Siswa SMP, dalam
Algoritma, 2006, h. 91
siswa yang kaku dengan pembelajaran ini. Pada saat mengerjakan LKS siswa kurang percaya diri, hal ini terlihat dari seringnya siswa bertanya pada guru
jawaban tersebut benar atau salah. Serupa dengan hal tersebut, saat memaparkan kepada listener-nya siswa masih kesulitan karena siswa belum
terbiasa aktif dalam mengemukakan gagasan matematikanya. Selain itu, siswa juga belum terbiasa dalam menemukan konsep rumus secara mandiri karena
sebelumnya diperoleh informasi bahwa pada pembelajaran matematika biasanya menerima rumus secara langsung dari guru, siswa hanya diberikan
setumpuk latihan soal yang penyelesaiannya serupa dengan contoh-contoh soal yang diberikan guru. Selain itu banyak siswa yang kemampuan dasar
trigonometrinya masih kurang. Pembelajaran menggunakan metode TAPPS pada setiap pertemuannya
mengangkat dua permasalahan yang harus diselesaikan oleh problem solver dan listener. Berikut adalah gambaran jawaban siswa dalam memecahkan
permasalahan dan dalam memberi tanggapan pada salah satu LKS. Contoh jawaban problem solver dalam memecahkan masalah dan listener
dalam memberi pertanyaan atau tanggapan saat membahas permasalahan I
Gambar 4.6.1