67 Setelah dilakukan pemetikan maka petani akan menyusun hasil panen
dalam sebuah wadah yang berbentuk keranjang. Setelah pemanenan petani tidak melakukan pencucian polong karena polong tersebut tidak kotor karena tidak
menyentuh tanah. Setelah itu petani ada yang langsung mendistribusikan hasil panen pada saat setelah panen ke ICDF dan ada juga yang melakukan
penyimpanan terlebih dahulu selama satu hari. Karena pemanenan dilaksanakan pada saat pagi hari sampai dengan tengah hari tergantung dari jumlah panen dan
jarak petani ke ICDF yang cukup jauh membutuhkan waktu rata-rata dua jam. Tenaga kerja yang digunakan untuk pemanenan dan pasca panen
umumnya adalah tenaga kerja luar keluaraga. Sebanyak 70 persen petani memilih untuk menggunakan tega kerja luar keluarga saja. Kemudian sebanyak 33,33
persen petani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga saja dan sisanya menggunakan campuran kedua asal tenaga kerja tersebut. Namun secara rata-rata
tenaga kerja keluarga yang digunakan adalah 108,36 HOK untuk setiap hektarnya. Karena petani yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga ini memiliki luas
lahan budidaya baby buncis yang lebih luas serta yang menggunakan gabungan kedua tenaga kerja tersebut juga banyak yang berasal dari tenaga kerja dalam
keluarga. Secara rata-rata tenaga kerja luar keluarga yang digunakan adalah sebanyak 76,9 HOK per hektarnya.
6.2. Analisis Penggunaan Sarana Produksi
Analisis penggunaan sarana produksi merupakan analisis penggunaan input- input produksi yang digunakan petani dalam melakukan kegiatan usahatani baby
buncis seperti penggunaan benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Analisis dilakukan berdasarkan penggunaan input-input yang dipakai petani pada musim
tanam terakhir.
6.2.1. Penggunaan Benih
Benih yang dibutuhkan untuk kegiatan usahtani buncis tergantung dari areal jarak tanam, varietas, dan cara tanam. Benih yang digunakan petani
keseluruhan berasal dari ICDF dengan varietas french bean. Benih ini bukanlah benih bersertifikat jadi tidak memiliki jaminan berapa daya tumbuhnya. Sehingga
68 tidak diketahui pasti berapa banyak dibutuhkan penyulaman. Rata-rata petani
melakukan penyulaman 25 persen dari total benih yang ditanam. Rata-rata penanaman benih per hektar oleh petani adalah 15,74 kilogram. Penggunaan benih
terendah adalah lima kilogram dan tertinggi adalah 25 kilogram per hektarnya. Perbedaan ini karena banyaknya tanaman yang disulam dan jarak tanam yang
berbeda-beda antar petani. Di bawah ini adalah Tabel 10 yang menunjukkan sebaran penggunaan benih petani baby buncis mitra ICDF.
Tabel 10.
Sebaran Petani Baby Buncis Mitra ICDF berdasarkan Penggunaan Benih per Hektar Pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2011-2012
Jumlah Benih kgha Jumlah Petani orang
Persentase
6 2
13,33 6-10
2 13,33
11-20 10
66,67 20
1 6,67
Total 15
100
Rata-rata 15,74 kgha
Minimum 25 kgha
Maximum 5 kgha
6.2.2. Penggunaan Pupuk
Pupuk yang digunakan petani dalam usahatani baby buncis terdiri atas pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang yang banyak digunakan oleh
petani adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi yang dicampur dengan sekam dan ada juga petani yang menggunakan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran kambing atau kotoran ayam. Rata-rata penggunaan pupuk kandang per petani mencapai 22,27 ton per hektar.
Pupuk kandang ini diberikan sebagai pupuk dasar setelah dilakukan pengolahan tanah dan pembuatan bedengan. Pupuk kandang memiliki manfaat
diantaranya memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, porositas tanah, struktur tanah, dan daya menahan air. Pupuk kandang didapatkan petani dengan cara memesan
kepada pihak yang telah biasa menjual pupuk kandang atau memesannya ke toko saprotan sarana produksi pertanian. Harga pupuk kandang di masing-masing
wilayah petani berbeda-beda. Harga pupuk kandang bervariasi dari Rp 4.000,00 per karung hingga Rp 15.000 per karung. Dengan berat per karungnya adalah 30
kilogram.
69 Selain menggunakan pupuk kandang petani juga menggunakan pupuk
kimia. Pupuk kimia yang digunakan oleh petani adalah NPK, urea, KCL, dan ponska. Selain itu juga ada beberapa petani yang menggunakan pupuk tambahan
seperti pupuk untuk daun dan pupuk untuk buah dalam kegiatan budidaya. Pupuk- pupuk tersebut didapatkan petani dari toko sarana produksi pertanian saprotan
yang berda di sekitar daerah mereka masing-masing. Rata-rata petani menggunakan pupuk kimia per hektarnya adalah 395,59
kilogram. Pemupukkan terendah yang diberikan petani adalah 20 kilogram per hektar dan tertinggi adalah 1.000 kilogram per hektar. Secara rata-rata pupuk
kimia yang diberikan masih sesuai dengan pemupukan seharusnya yaitu 300-400 kilogram per hektar Setianingsin Khaerodin 2002. Penggunaan pupuk kimia
yang disarankan oleh pihak ICDF per hektarnya adalah 820 kg atau dapat berkisar antara 500-1.000 kgha Chiu 2012. Berdasarkan hal ini rata-rata penggunaan
petani masih kurang dari apa yang disarankan oleh pihak ICDF. Harga pupuk NPK per kilogramnya rata-rata pada setiap petani adalah Rp 3.750,00. Kemudian
pupuk Urea, KCL, dan Ponska rata-rata harganya secara berurutan adalah Rp 2.814,29, Rp 2.000, dan Rp 3.000,00. Perbedaan harga pupuk ini karena wilayah
petani yang berbeda-beda jadi membuat harga pupuk yang dibayarkan petani juga berbeda.
Tabel 11. Sebaran Petani Baby Buncis Mitra ICDF berdasarkan Penggunaan
Pupuk Kandang dan Pupuk Kimia per Hektar pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2011-2012
Pupuk Kandang Pupuk Kimia
Dosis Pupuk
tonha Jumlah
Petani orang
Persentase Dosis Pupuk
kgha Jumlah
Petani orang
Persentase
10 2
13,33 250 6
40,00 10-25
10 66,67 251-500
5 33,33
26-40 2
13,33 501-750 2
13,33 40
1 6,67 750
2 13,33
Total 15
100 15
100
Rata-rata 22,27 tonha
395,592 kgha
Minimum 25 tonha
20 kgha
Maximum 5 tonha
1.000 kgha
70
6.2.3. Penggunaan Pestisida