8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani Buncis
Buncis ditanam dengan menggunakan biji, pada tanah yang gembur dan cukup air tidak tergenang air sehingga pengolahan tanah harus baik dan benar.
Buncis membutuhkan pH optimum berkisar antara 6,0 dan 6,5 Rubatzky Yamagachi 1998. Tanamn ini dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di dataran
tinggi, yaitu pada ketinggian 1.000-1.500 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk ditanam pada daerah dengan
ketinggian 500-600 m di atas permukaan laut Setianingsih Khoerudin 2002. Menurut Smartt 1992 sebagian besar buncis tumbuh pada area dengan
temperatur berkisar 17,5-20-22,5-25 C. Temperatur di bawah atau di atas
suhu tersebut akan mengurangi hasil karena kematian pada suhu tinggi, mengurangi fotosintesis, dan gagalnya bunga menjadi polong dewasa 50-70
dari bunga mekar. Kondisi lain yang mendukung perkembangan tanaman adalah curah hujan 1.500-2.500 mmtahun dan penyinaran matahari yang cukup sekitar
400-800 footcandles Setianingsih Khoerudin 2002. Dengan karta lain secara moderat dan merata dibutuhkan 300-400 mm per musim tanam namun dibutuhkan
kondisi kering pada saat pemanenan Smartt 1992. Tanaman buncis dapat ditanam dengan cara monokultur maupun tumpang
sari. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu untuk membersihkan gulma dan menyiapkan areal tanam. Pada saat proses ini
dapat diberikan pupuk dasar. Pupuk dasar yang diberikan dapat berupa pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 tonha. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki struktur tanah. Pengaplikasian pupuk ini dengan cara ditebar sepanjang larikan seminggu sebelum tanam. Per lubang tanam dimasukan 2 benih
buncis. Pada saat penanaman diberikan pupuk KCL dan TSP dengan perbandinga 1:1 sebanyak 150-200 kgha. Cara pemberiannya disebar disekitar lubang tanam.
Pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur seminggu dan sebulan dengan dosis 150-200 kgha sekali pemberian pupuk. Pemberian Urea ini dengan cara
membenamkan pupuk berjarak 5-10 cm dari tanaman Setianingsih Khoerudin 2002.
9 Berdasarkan modul pelatihan yang dikeluarkan oleh pihak ICDF baby
buncis sebaiknya ditanam pada ketinggian 700-900 meter dari permukaan laut dengan suhu berkisar 15
C sampai 25 C. Kemudian bunncis cenderung lebih
mudah ditanam pada saat musim hujan dibandingkan musim kemarau karena musim kemarau biasanya lebih rawan dibandingkan musim hujan Chiu et al.
2012. Penanaman yang dianjurkan oleh pihak ICDF adalah dilakukan dengan
cara monokultur dengan jarak tanam ideal 50 cm x 50 cm. Dalam satu bedengan terdiri atas dua bari dan jarak dalam barisnya adalah 50 cm dengan bedengan yang
memiliki lebar 90 cm dan jarak antar bedengan 40 cm. Penanaman dilakukan dengan biji ataupun disemai terlebih dahulu. Penanaman dengan biji atau benih
dilakukan dengan menugal tanah untuk membuat lubang tanam kemudian diisi satu sampai dua biji dalam satu lubangnya. Sehingga diperkirakan satu kilogram
benih memerlukan luasan lahan 500 meter persegi Chiu et al. 2012. Pembersihan lahan merupakan langkah yang pertama dilakukan ketika
akan memulai proses persiapan lahan. Pembersihan lahan dimaksudkan untuk membersihkan gulma. Pembersihan gulma ini perlu dilakukan agar nantinya benih
yang ditanam tidak akan bersaing dengan gulma untuk penyerapan unsur hara atau makanan Setianingsih Khaerodin 2002. Persiapan lahan dimulai dengan
pengolahan tanah. Pengolahan lahan merupakan upaya memperbaiki kondisi tanah untuk mendapatkan struktur tanah yang baik. Pengolahan tanah yang
dilakukan oleh petani mitra dilakukan dengn cara mencangkulnya. Menurut Setianingsih Khaerodin 2002 dalam pengolahan lahan tanah dibajak dan
dicangkul satu sampai dua kali sedalam 20-30 cm. Petani melakukan pengolahan lahan dengan cara dua tahap yaitu pencangkulan pertama untuk membalik tanah.
Hal ini dimaksudkan agar aerasi tanah dapat menjadi baik. Kemudian baru dilakukan pencangkulan sekali lagi agar struktur tanah menjadi lebih kecil yaitu
berupa bongkahan kecil. Setelah dilakuakan pengolahan tanah kemudian diberikan pupuk kandang
atau pupuk kompos sebagai pupuk dasar. Dosis pupuk kandang yang dianjurkan oleh pihak ICDF adalah 2-3 kgm
2
atau setara dengan 20-30 tonha. Pupuk dasar harus ditutup kembali setelah diaplikasikan ke lahan. Pada masa pemeliharaan
10 yang harus diperhatikan adalah sanitasi atau kebersihan lahan terhadap gulma
maupun aliran air supaya tidak tergenang. Kemudian juga perlu diperhatikan masalah penyiraman dimana penyiraman yang dianjurkan oleh ICDF adalah
dilakukan pada saat pagi dan sore hari. Karena jika tanaman ini kekurangan air maka akan pertumbuhan tanaman akan terganggu dan gampang terserang penyakit
Chiu et al. 2012. Pengaplikasian pupuk lanjutan setelah pupuk dasar adalah pada saat
tanamn berumur dua minggu atau tanaman memiliki empat sampai lima helai daun yaitu pupuk urea dengan dosis 2 gramliter setara dengan 20 kgha. Pupuk
ini diberikan seminggu sekali sampai tanamn berbunga. Setelah bunga mulai keluar atau kira-kira tanaman berumur empat minggu maka diberikan pupuk
NPK Phonska 40 gramm
2
untuk merangsang pertumbuhan buah. Pupuk ini diberikan dengan cara ditugal kira-kira 10 cm dari pangkal batang lalu ditutup
tanah. Pengaplikasian yang sama dilakukan setiap empat minggu sekali. Metode lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk NPK Mutiara yang
diaplikasikan dengan dosis 5-10 gramliter atau setara dengan 500-1.000 kgha, lalu disiram pada tanah di sekitar pangkal tanaman. Pupuk tambahan lainnya yang
dapat diberikan adalah pupuk Gandasil yang diberikan bersamaan dengan penyemprotan hama penyakit.Chiu et al. 2012
Pemanenan buncis dapat dilakukan setelah tanaman berumur 55-60 hari setelah tanam HST dengan selang waktu pemetikan empat sampai lima hari
Irfan Sunarjono. Sedangkan untuk baby buncis dipanen pada saat tanaman berumur 40-45 HST dan selang pemanenan adalah satu hari. Pada permulaan
panen biasanya dilakuakn sekali semingu kemudian selanjutnya adalah selang 1 sampai dua hari. Sehingga dapat dilakukan 13-20 kali panen. Hal ini karena
persyaratan panen baby buncis haruslah buncis yang berbentuk lurus, belum memiliki bengkakkan biji pada polongnya, dan memiliki panjang sekitar 13-15
cm dengan diameter 0,5 cm dan berat satu polongnya rata-rata tiga sampai empat gram. Pihak ICDF memperkirakan produktitas baby buncis ini adalah satu
kilogram benih menghasilkan 200-250 kilogram baby buncis atau dengan 1 kilogram benih yang memakai luas lahan 500 m
2
, produktivitas baby buncis ini secara luasan lahan adalah 4-5 tonha Chiu et al. 2012.
11 Penyakit yang sering menyerang tanaman buncis adalah sebagai berikut.
1. Rebah Batang Penyakit ini menyerang tanaman muda yang berumur 12-25 HST.
Penyebabnya adalah Phytum sp dan Rhozoctania sp. Gejala yang terjadi ketika tanaman terserang penyakit ini adalah pangkal daun berubah menjadi cokelat
kehitaman, daun menjadi kuning, dan akhirnya mati. Kalaupun dapat bertahan hidup pertumbuhan akan lambat dan akan muncul akar di permukaan tanah.
Penyakit ini bersifat soil borne, artinya ditularkan melalui tanah dan dari tanah. Penyakit ini dipacu oleh kelembaban yang tinggi, drainase yang jelek, dan
olah tanah yang tidak baik rumput tidak dibuangdibenam dalam tanah. Pencegahan dilakukan ketika pengolahan tanah, rumput harus dibuang,
atau dibenamkan dalam tanah dengan kedalaman 40-50 cm. Drainase lahan harus baik, sehingga lahan tidak basah, dan sebaiknya penanaman dilakukan pada saat
curah hujan kurang dari 3500 mm. Dalam menanggulangi penyakit ini dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan fungisida. Tanaman yang terserang segera dicabut dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibuang yang jauh atau dibakar atau dapat pula
dibenamkan ke dalam tanah. 2. Bercak Daun atau Bercak Bersudut
Serangan dimulai pada umur 20-30 HST. Penyakit ini disebabkan oleh Cercospora sp. Tanda-tanda yang dapat dilihat ketika tanaman terkena pennyakit
ini adalah daun yang lebih tua terdapat bercak bersudut bewarna merah kecoklatan. Bila serangan sudah parah daun-daun sebagian besar bewarna coklat
dan sebagian kuning dan akhirnya berguguran. Serangan ini didukung oleh kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah.
Pencegahan dapat dilakukan yauti dengan menciptakan aerasi tanaman yang baik dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat. Penyemprotan
dengan fungisida−misalnya Score− dapat menjadi pilihan pengobatan ketika telah terserang.
3. Karat Daun Umur tanaman yang terserang yaitu 20-30 HST yang disebabkan oleh
Phakkospora sp dan Uromices Phaseoli. Gejala serangan terlihat pada daun,
12 terdapat bercak-bercak cokelat, berbentuk bulat, bila diraba terasa menonjol ke
arah permukaan atas. Bila serangan parah maka daun akan mati dan berguguran. Penyakit ini deisebabkan oleh angin. Salah satu cara pencegahannya yaitu dengan
menanam tanaman yang resisten atau jika telah terkena serangan maka dilakukan penyemprotan dengan fungisisda.
4. White Molds atau Kapas Serangan penyakit ini tampak pada bunga, tangkai daun, cabang muda,
dan buah yang seperti tersiram air panas. Penyebabnya adalah Scolorotina sclerotiorum. Bila serangan parah dan keadaan lembab maka akan tampak
benang-benang cendawan warna putih seperti kapas. Serangan penyakit ini didukung oleh kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang rendah pada malam
hari. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam agar
aerasi per tanaman baik, tidak menanam pada curah hujan yang tingg, dan semprot dengan fungisida.
2.2. Tinjauan Empiris Pendapatan Usahatani