79 Sedangkan penggunaan pupuk komposkandang yang dianjurkan pihak ICDF
adalah 2-3 kgm
2
atau setara dengan 20-30 tonha. Ini menunjukkan penggunaan saat ini 22,7 tonha telah melebihi kapasitas penggunaan pupuk kandang. Berarti
pihak ICDF
harus menelaah
kembali kuantitas
penggunaan pupuk
komposkandang yang optimal. Penggunaan yang berlebihan inilah yang menyebabkan t-hitung pupuk kandang tidak berpengaruh nyata.
7.2. Analisis Efisiensi Teknis
7.2.1. Sebaran Efisiensi Teknis
Analisis efisiensi teknis baby buncis didapat dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-douglas Stochastic Frontier. Seorang petani dikatakan efisien jika
memiliki nilai indeks efisiensi lebih dari 0,7 Sumaryanto 2001 dalam Astuti 2003. Berikut adalah Tabel 16 yang menyajikan sebaran niali efisiensi teknis
petani mitra.
Tabel 16. Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Baby Buncis Petani Mitra ICDF
Tahun 2011-2012
Indeks Efisiensi Jumlah Petani orang
Persentase
0=0,2 0,2 =0,3
0,3=0,4 1
6,67 0,4=0,5
2 13,33
0,5=0,6 2
13,33 0,6=0,7
3 20,00
0,7=0,8 1
6,67 0,8=0,9
3 20,00
0,9=1 3
20,00
Total
15 100
Rata-rata
0,714
Maksimum
0,999
Minimum
0,384 Hasil pendugaan efisiensi teknis petani baby buncis mitra ICDF berada
pada kisaran 0,384 dan 0,999 dengan rata-rata sebesar 0,714 atau 71,4 persen. Secara rata-rata petani telah mencapai efisiensi teknis walaupun masih rendah.
Hal ini juga menujukkan bahwa masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksi sebesar 28,6 persen untuk mencapai produksi maksimum. Proporsi
80 petani yang belum mencapai efisiensi teknis yaitu dengan nilai indeks TE
Tecnichal Efficiency yang kurang dari 0,7 adalah sebanyak 53,3 persen. Para petani yang memiliki tingkat efisiensi yang kurang dari 0,7 ini keseluruhan
berumur diatas empat puluh tahun dengan pendidikan formal terakhir paling banyak adalah sekolah dasar dan lainnya adalah SMP dan SMA. Para petani yang
belum mencapai efisiensi teknis ini perlu meningkatkan efisiensi dengan bantuan dari ICDF maupun melihat dari variabel-variabel yang mempengaruhi efisiensi
teknis yang akan dijabarkan pada sub bab berikutnya.
7.2.2. Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis
Hasil analisis fungsi produksi Cobb-douglas Stochastic Frontier menunjukkan adanya pengaruh inefisiensi teknis pada petani mitra dalam
usahatani baby buncis. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani baby buncis adalah umur petani Z
1
, pengalaman bertani Z
2
, pendidikan formal Z
3
, lama bermitra dengan ICDF Z
4
, dan dummy bertani pekerjaan utama atau tidak d.
Tabel 17. Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Usahatani Baby Buncis Petani Mitra
ICDF Tahun 2011-2012
Variabel Koefisien
t-hitung
Intersep -0,0136
-0,0312 Z
1
umur 0,0156
1,3409 Z
2
Pengalaman bertani baby buncis 0,0297
3,1479 Z
3
Pendidikan formal -0,0304
-1,2347 Z
4
Lama bermitra dengan ICDF -0,4469
-3,2743 d Dummy bertani pekerjaan utama atau tidak
0,4991 1,7198
Keterangan: nyata pada α = 1
nyata pada α = 10 nyata pada α = 15
Variabel yang berpengaruh nyata pada inefisiensi teknis petani baby buncis mitra ICDF adalah keseluruhan variabel penduga yaitu umur, pengalaman
beratani baby bucis, lama bermitra dengan ICDF, dan dummy bertani pekerjaan utama atau bukan pekerjaan utama pada taraf nytata 1, 10, 15. Variabel
umur diduga pada hipotesis awal akan meningkatkan inefisien dan kemudian parameter dugaan yang didapat adalah positif hal ini berarti sesuai dengan
81
10 20
30 40
50 60
Um ur
Efisensi Teknis
hipotesis awal. Variabel ini berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 85 persen terhadap efek inefisiensi teknis usahatani baby buncis. Maka didapatkan bahwa
semakin tua petani maka penggunaan input produksi semakin tidak efisien. Pertamabahan umur akan membuat petani semakin enggan untuk menerapkan
teknologi baru karena mereka telah terbiasa dengan cara yang telah lama mereka lakukan. Dari sudut pandang teori, kesimpulan ini konsisten karena semakin tua
usia seorang petani maka semakin rendah kemampuan mengadopsi teknologi yang lebih baik, sehingga berdampak meningkatkan ketidakefisienan teknis
Saptana et al. 2010. Dengan demikian untuk menciptakan tingkat tingkat efisiensi lebih optimal diperlukan regenerasi pada petani mitra atau ICDF dapat
melakukan perekrutan mitra yang lebih muda. Pada Gambar 5 dapat dilihat grafik yang menunjukkan hubungan antara
umur dan tingkat efisiensi teknis petani mitra. Dari grafik tersebut terlihat bahwa tingkat efisiensi teknis petani semakin meningkat dengan umur yang semakin
muda. Kemudian tingkat efisiensi teknis tertinggi 0,999 dicapai oleh petani mitra yang berumur 28 tahun dan terendah petani yang berumur 40 tahun. Petani
dengan umur tertua adalah 55 tahun dan ia memiliki tingkat efisiensi terendah kedua dengan tingkat efisiensi teknisnya adalah 0,496. Karakteristik umur ini
cukup menggambarkan apa yang mempengaruhi inefisiensi tekni petani mitra. Sebagaimana disampaikan di atas hal ini dapat menjadi masukan dan
pertimbangan bagi pihak ICDF.
Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Umur dan Efisiensi Teknis Petani Mitra
ICDF Bogor
82 Hasil pendugaan parameter di atas menunjukkan bahwa variabel
pengalaman bertani baby buncis berpengaruh positif terhadap inefisiensi yang berarti variabel ini dapat meningkatkan inefisiensi pada selang kepercayaan 99
persen. Pada petani mitra cenderung yang telah lama mengusahakan baby buncis tidak mencoba perubahan pemakaian input untuk produksi. Mereka merasa
nyaman dan untung dengan apa yang telah mereka hasilkan karena mereka menganggap harga dari ICDF telah bagus dari pasaran dan mereka tidak terlalu
berusaha untuk meningkatkan produksi karena mereka telah merasa cukup dengan apa yang telah mereka produksi. Ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yakni
pengalaman bertani buncis akan memperkecil tingkat inefisiensi. Pada kondisi lapang memang para petani yang telah lebih lama mengusahakan baby buncis
lebih banyak tidak sesuai anjuran pihak ICDF dalam melakukan proses budidaya dibandingkan mereka yang masih baru ataupun belum terlalu lama dalam
mengusahakan baby buncis. Pada Gambar 6 tersaji grafik hubungan tingkat efisiensi teknis dan
pengalaman bertani baby buncis. Dari grafik ini terlihat efisiensi teknis tertinggi dicapai oleh petani yang baru memiliki pengalaman selama enam bulan dan
terendah dicapai oleh petani dengan pengalaman selama 24 bulan. Petani yang memiliki pengalam tertinggi yaitu 60 bulan adalah dua orang dengan tingkat
efisiensi teknis yang berbeda. Petani pertama tingkat efisiensi teknisnya adalah0,656 dan petani kedua adalah 0,756. Walaupun pengalaman bertani baby
buncisnya sama namun efisiensi teknis yang dicapai oleh dua petani ini berbeda karena ada faktor lain selain pengalaman bertani baby buncis yang mempengaruhi
tingkat efisiensi teknis.
83
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Pengalaman Bertani Baby Buncis dan
Tingkat Efisiensi Teknis Petani Mitra ICDF Bogor Tingkat pendidikan formal yang digambarkan melalui lama pendidikan
menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap inefisiensi teknis yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan formal dapat mengurangi tingkat inefisiensi
teknis pada selang kepercayaan 85 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Tingginya tingkat pendidikan formal akan membuat petani memiliki pola pikir
yang lebih baik dan mampu menerima teknologi baru dan menyerap informasi tentang input-input produksi yang lebih baik. Dengan kata lain semakin tinggi
pendidikan formal petani mitra maka akan dapat meningkatkan efisiensi teknis petani mitra tersebut. Hal ini juga terlihat di lapang bahwa para petani yang
memiliki latar belakang D3 ataupun S1 lebih mau dalam menerapkan teknologi baru seperti penggunaan mulsa dan lebih tepat dalam mealkukan budidaya karena
melakukan perhitungan terhadap input yang diguakan secara lebih baik dibandingkan petani yang latar belakang pendidikannya di bawah mereka serta
mereka juga mau mengikuti apa yang direkomendasikan pihak ICDF. Pada Gambar 7 tersaji grafik hubungan antara lama pendidikan formal
dengan tingkat efisiensi teknis petani mitra ICDF bogor. Efisiensi teknis tertinggi dicapai oleh petani dengan lama pendidikan formalnya adalah 16 tahun. Petani ini
menempuh jenjang pendidikan sampai sarjana. Kemudian tingkat efisiensi teknis terendah adalah petani dengan lama pendidikan formalnya adalah 6 tahun atau
sampai dengan Sekolah Dasar SD. Terdapat dua orang petani yang memiliki
10 20
30 40
50 60
70
P eng
a la
m a
n B
er ta
ni B
a by
B un
cis
bu la
n
Tingkat Efisiensi Teknis
84 efisiensi teknis yang cukup tinggi walaupun lama pendidikan formalnya hanya 6
tahun atau sampai SD. Petani pertama memiliki tingkat efisiensi teknis 0,934 dan yang kedua adalah 0,832. Hal ini dapat terjadi karena kedua petani ini memiliki
kelebihan dalam karakteristik lainnya yang mempengaruhi efisiensi teknis.
Gambar 7.
Grafik Hubungan antara Lama Pendidikan Formal dan Tingkat Efisiensi Teknis Pada Petani Mitra ICDF Bogor
Variabel lama bermitra dengan ICDF merupakan variabel yang berpengaruh nyata pada tingkat inefisiensi teknis petani pada selang kepercayaan
99 persen. Lama bermitra memiliki hubungan negatif terhadap tingkat inefisiensi teknis. Semakin lama petani bermitra dengan ICDF maka semakin rendah tingkat
inefisensi tekni petani. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Semakin lama bermitra dengan ICDF maka semakin banyak teknologi yang diserap oleh petani
sehingga dapat menerapkan teknologi tersebut dalam usahatani dan menurunkan inefisiensi teknis. Kemudian juga semakin banyak informasi yang didapatkan
petani tentang penanganan produksi yang baik. Pada Gambar 8 tersaji grafik hubungan antar lama bermitra dengan ICDF
dan tingkat efisiensi teknis petani mitra ICDF. Secra keseluruhan dapat dilihat bahwa yang memiliki tingkat efisiensi teknis lebih dari 0,7 adalah petani yang
bermitra selama dua tahun atau lebih dengan ICDF. Walaupun memang efisiensi teknis tertinggi dimiliki oleh petani yang bermitra selama satu tahun dengan pihak
2 4
6 8
10 12
14 16
18
L a
m a
P endid
ik a
n F
o rm
a l
t a
hu n
Tingkat Efisiensi Teknis
85 ICDF. Walaupun baru bermitra selama satu tahun namun jika dilihat dari faktor
inefisiensi sebelumnya petani ini memiliki umur yang masih muda dan memiliki latar belakang pendidikan sarjana sehingga hal ini juga menyumbang peranan
dalam hal tingkat efisiensi teknis yang ia miliki.
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Lama bermitra dengan ICDF dan Tingkat
Efisiensi Teknis Petani Mitra ICDF Bogor Variabel dummy bertani pekerjaan utama atau tidak dibagi menjadi dua
kelompok dimana petani yang menjadikan bertani sebagai pekerjaan utama diberi nilai satu dan petani yang tidak menjadikan bertani menjadi pekerjaan utama
diberi nilai nol. Variabel dummy ini menunjukkan nilai yang positif yang menunjukkan bahwa petani yang menjadikan bertani sebagai pekerjaan utama
lebih inefisien secara teknis dibandingkan yang bukan pekerjaan utamanya bertani. Dengan kata lain petani yang pekerjaan utamanya bukan bertani lebih
efisien secara teknis dibandingkan petani yang bertani merupkan pekerjaan utama. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini dapat terjadi diduga karena
petani yang pekerjaan utamanya sebagai petani memiliki lahan yang lebih luas dan mengusahakan lebih dari satu komoditi yaitu berkisar antara empat sampai
lima sehingga hal ini akan membuat mereka menghabiskan waktu bukan hanya untuk usahatani baby buncis tetapi juga yang usahatani komoditas lainnya
sehingga ini akan memicu ketidakefisienan petani dalam mengelola input-input
1 2
3 4
5 6
L a
m a
B er
m it
ra deng
a n ICDF
ta hu
n
Tingkat Efisiensi Teknis
86 produksi. Berbeda dengan petani yang merupakan bertani sebagai pekerjaan
sampingan yang cenderung tidak memiliki lahan yang seluas patani yang pekerjaan utamanya bertani dan juga hanya mengusahakan maksimal dua
komoditi pada satu musim tanam yang sama. Sehingga mereka lebih dapat memanfaatkan waktu untuk pengelolaan usahatani baby buncis sehingga lebih
efisien secara teknis. Hal ini kembali menjadi masukkan bagi pihak ICDF dengan mempertimbangkan kuota tanam yang berhubungan dengan jumlah benih
sebelumnya pada faktor produksi untuk lebih meningkatkan kuota tanam per petani mitra. Dari sisi petani pun sebaiknya mengikuti jadwal penanaman yang
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pihak ICDF sehingga tidak akan ada produksi yang berlebih maupun kekurangan. Pihak ICDF juga sebaiknya lebih
berani mengambil risiko dengan memberikan kuota yang lebih besar dari apa
yang direncanakan berdasarkan permintaan.
Pada Gambar 9 tersaji grafik hubungan antara status pekerjaan petani dengan tingkat efisiensi teknis petani mitra ICDF Bogor. Petani yang pekerjaan
usahataninya merupakan pekerjaan sampingan memiliki efisiensi teknis tertinggi yaitu 0,999. Sementara petani yang pekerjaan utamanya adalah bertani memiliki
efisiensi teknis terendah yaitu 0,384. Banyaknya petani yang pekerjaan utamanya bertani memiliki efisiensi teknis lebih kecil dari 0,7 membuat status pekerjaan
bertani menjadi pengaruh yang negatif terhadap efisiensi teknis petani.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
Ti n
g kat
E fi
si e
n si
Tek n
is
Status Pekerjaan Petani
Bertani Pekerjaan Utama Bertani Pekerjaan
Sampingan
Gambar 9. Grafik Hubungan antara Status Pekerjaan Petani dengan Tingkat
Efisiensi Teknis Petani Mitra ICDF Bogor.
87
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BABY BUNCIS
PADA PETANI MITRA ICDF BOGOR
8.1. Penerimaan Usahatani Baby Buncis Petani Mitra ICDF Bogor