20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Usahatani
Usahatani merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Suatu usahatani dikatakan efektif jika petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka
miliki secara baik, sedangkan usahatani dikatakan efisien jika pemanfaatan sumberdaya yang mereka miliki dapat menghasilkan keluaran yang melebihi
masukan Soekartawi et al. 1986. Menurut Hernanto 1989 ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari dengan lebih terperinci tentang masalah-masalah
yang relatif sempit. Sedangkan menurut Daniel 2001, usahatani merupakan kegiatan mengorganisasikan mengelola aset dan cara dalam pertanian. Diartikan
pula sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian. Pernyataan
tentang usahatani dari beberapa pakar di atas kita dapat melihat usahatani sebagai sebuah bentuk kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya yang terdiri atas tanah,
tenaga kerja, dan modal termasuk teknologi untuk menghasilkan komoditi pertanian. Kegiatan usahatani yang membutuhkan input dan menghasilkan output
harus dikelola secara efektif dan efisien agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal bagi para petani.
Soeharjo 1973 membuat klasifikasi usahatani berdasarkan empat hal. Pertama, menurut bentuknya yaitu berdasarkan cara penguasaan unsur-unsur
produksi dan pengelolaan dalam kegiatan usahatani, dibedakan atas penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani seperti usahatani perorangan, kolektif, dan
kooperatif. Usahatani perorangan merupakan usahatani yang penyusunan unsur- unsur produksi dan pengelolaannya dilakukan oleh satu orang. Usahatani kolektif
merupakan bentuk usahatani yang unsur-unsur produksinya dimiliki oleh organisasi secara kolektif baik dengan cara membeli, menyewa, menyatukan
miliki perorangan, atau berasal dari pemberian pemerintah. Usahatani koperatif merupakan bentuk peralihan antara usahatani perorangan dan kolektif. Pada
21 usahatani koperatif tidak semua unsur-unsur produksi dikuasai bersama, misalkan
lahan yang masih milik perorangan. Kedua, menurut coraknya yaitu berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari
hasil kegiatan usahannya. Usahatani ini seperti usahatani subsisten yang bertujuan untuk pemenuhan keebutuhan rumah tangga tani tidak dijual.
Kemudian usahatani komersil yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Ketiga, menurut polanya yaitu pola usahatani ditentukan menurut banyaknya cabang usahatani yang diusahakan. Berdasarakan hal tersebut maka
dapat dibedakan menjadi usahatani khusus yaitu apabila usahatani tersebut hanya mengusahakan satu cabang usaha, usahatani tidak khusus saat petani
mengusahakan beragam usahatani, dan usahatani campuran yaitu ketika usahatani yang diusahakan merupakan campuran antara sesama tanaman maupun dengan
ternak. Keempat, menurut tipennya yaitu usahatani yang digolongkan ke dalam
beberapa jenis tanaman atau hewan yang diusahakan. Klasifikasi ini dilkelompokan berdasarkan nama tanaman atau hewan yang diusahakan, seperti
usahatani padi, buncis, paprika, sapi potong, dan lain lain. Hernanto 1996 menyatakan bahwa keberhasilan usahatani dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor-faktor pada usahatani itu internal dan faktor- faktor di luar usahatani eksternal. Adapun faktor internal tersebut antaralain
petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga, dan kemampuan petani dalam mengaplikasikan penerimaan keluarga.
Sedangkan faktor eksternal terdiri atas sarana transportasi dan komunikasi, aspek- aspek pemasaran hasil, fasilitas kredit, dan adanya penyuluhan bagi petani.
Menurut Hernanto 1996 ada empat unsur pokok yang harus ada dalam usahatani.
1. Lahan Lahan usahatani dapat berupa sawah, ladang, dan lahan pekarangan. Lahan
dapat diperoleh dengan cara membuka lahan , membeli, menyewa, menyakap, hibah dan wakaf. Dengan mengetahui keadaan lahan maka
usahatani dapat dilakukan dengan baik. Lahan terdiri atas beberapa faktor
22 alam yang mempengaruhinya seperti air, udara, temperatur udara, sinar
matahari, dan lainnya. Keberadaan unsur ini tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya namun juga dari segi jenis tanah, jenis penggunaan
lahan, topografi, kepemilikan atau penguasaan lahan, fragmentasi lahan, dan konsolidasi lahan.
2. Tenaga Kerja Ada tiga jenis tenaga kerja yang dikenal dalam usahatani, yaitu manusia,
ternak, dan mesin. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani harus diukur efisiensinya. Tenaga kerja dapat diperoleh dari dalam rumah tangga
tani mupun dari luar. Mempekerjakan tenaga kerja di luar rumah tangga tani harus memberikan imbalan jasa berupa upah. Upah tersebut dapat
berupa uang tunai maupun bawon. 3. Modal
Modal adalah barang atau uang yang digunakan bersama faktor produksi yang lainnya untuk menghasilkan barang-barang baru yaitu produk
pertanian. Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi
yang dapat digunakan beberapa kali, seperti mesin, pabrik, dan gedung. Modal bergerak adalah barang-barang yang dapat digunakan hanya satu
kali saja atau barang-barang yang habis digunakan dalam proses produksi, seperti pupuk, obat-obatan, dan bahan bakar. Sumber modal dapat
diperoleh dari milik , pinjaman atau kredit, hibah, warisan, usaha lain atau kontrak sewa. Keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau jenis
teknologi yang akan digunakan serta dapat berakibat positif maupun negatif terhadap usahatani. Penggunaan modal berfungsi membantu
meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani. 4. Pengelolaan
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan dan mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi sebaik
mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan. Ukuran keberhasilan pengelolaan adalah peningkatan produktivitas setiap faktor maupun
produktivitas dari usahanya.
23
3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani