Alat-Alat Pertanian Lahan Modal

71 tenaga kerja yang berasal dari dalam rumah tangga tani TKDK dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga tani TKLK. TKDK ini dapat berasal dari bantuan suami, istri, dan anak. Jam kerja seharinya rata-rata adalah lima jam yaitu dari pukul tujuh pagi hingga dua belas siang. Tetapi kadang-kadang untuk pengolahan lahan pekerjaan baru selesai sampai jam empat sore. Upah per hari kerja untuk TKLK laki-laki berkisar antara Rp 30.000,00 sampai dengan Rp 40.000,00. Uapah ini bergantung pada daerah petani mitra, karena masing-masing daerah memiliki patokan upah yang berbeda-beda. Untuk TKLK perempuan dibayar dengan upah per hari kerja yang berkisar diantara Rp 12.000,00 sampai dengan Rp 25.000,00. Rata-rata tenaga kerja per hektar yang dibutukan petani baby buncis mitra ICDF untuk kegiatan usahataninya adalah 474,23 per hektarnya dengan komposisi TKDK 305,76 HOK dan TKLK 168,47 HOK. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga karena mayoritas petani bekerja sebagai petani. Berikut adalah Tabel 13 yang menyajikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan usahatani baby buncis. Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar Usahatani baby Buncis Petani Mitra ICDF pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2011-2012 Aktivitas TKDK HOK TKLK HOK Total HOK Penyiapan lahan dan penanaman 54,8 63,94 118,74 Perawatan tanaman 84,53 12,39 96,92 Pemupukan 26,34 13,96 40,3 Pemberian Pestisida 31,73 1,29 33,02 Pemanenan dan pasca panen 108,36 76,9 185,26 Total Keseluruhan 305,76 168,48 474,24

6.2.5. Alat-Alat Pertanian

Alat-alat yang digunakan dalam usahatani baby buncis tidak terlalu banyak dan mudah diperoleh. Alat-alat tersebut adalah cangkul, koret, garpu, ember, sprayer, dan parang. Peralatan tersebut umumnya adalah milik petani dan juga ada yang milik pekrja yang diupah untuk bekerja. Kemudian juga ada yang berasal dari kelompok seperti spayer. Petani membeli peralatan ini dari toko saprotan dan pasar yang ada di masing-masing eilayah petani mitra. Petani tidak 72 membeli alat-alat pertanian setiap musimnya melinkan baru membeli lagi jika peralatan sebelumnya telah rusak.

6.2.6. Lahan

Lahan yang digunakan oleh petani adalah berupa lahan milik sendiri, sewa, gadai, dan ada yang sakap atau bagi hasil. Tetapi mayoritas petani adalah memiliki lahan . Lahan sewa bervariasi harganya untuk setiap daerah dan tergantung dari letak, dan sarana prasarana yang ada di sekitar lahan.harga sewa petani mitra berkisar antara Rp 4.000.000,00 sampai Rp 5.000.000,00 per hektar untuk setiap tahunnya. Rata-rata luas lahan yang digunakan petani mitra untuk mengusahakan buncis adalah 0,1 hektar atu sekitar 1.000 m 2 . Berikut adalah Tabel 14 yang menyajikan sebaran petani berdsalkan luas lahan yang diusahakan. Tabel 14. Sebaran Petani Baby Buncis Mitra ICDF berdasarkan Penggunaan Luas Lahan pada Musim Tanam Terakhir Tahun 2011-2012 Luas Lahan m 2 Jumlah Petani orang Persentase 500 3 20,00 500-1.000 9 60,00 1001-2.000 1 6,67 2.000 2 13,33 Total 15 100 Rata-rata 1.000 m 2 Minimum 100 m 2 Maximum 3.000 m 2

6.2.7. Modal

Modal yang digunakan petani hampir keseluruhannya adalah modal sendiri. Petani mitra tidak melakukan peminjaman atau pun berhutang untuk mendapatkan modal. Umunya mereka memanfaatkan hasil dari pendapatan pada musism tanam sebelumnya baik dari komoditas yang sama maupun komoditas lain yang diusahakan. Tetapi ada dua orang petani yang memiliki lahan yang luas dan mampu untuk melakukan peminjaman. Keterbatasan modal juga menjadi kendala bagi petani. Terutama modal untuk proses pembudidayaan terutama untuk pupuk dan pestisida. Hal ini mengakibatkan petani kurang optimal dalam melakukan kegiatan usahataninya. 73 VII ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI USAHATANI BABY BUNCIS

7.1. Analisis Faktor faktor yang Berpengaruh