33
3.1.6. Konsep Kemitraan
Kerjasama yang biasa terjalin dalam suatu usahatani adalah kerjasama kemitraan. Hafsah 2000 mengemukakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
membesarkan. Kemitraan merupakan solusi untuk mengatasi masalah kesejahteraan yang tidak merata dalam lapisan masyarakat terutama pada keluarga
tani. Kemitraan dapat menjadi solusi karena keberadaan maupun fungsi dan peranannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat.
Menurut Jiaravanon 2007 kemitraan atau contract farming merupakan sistem produksi dan pemasaran dimana terjadi pembagian risiko produksi dan
pemasaran diantara pelaku agribisnis dan petani kecil. Sistem ini sebagai suatu terobosan untuk mengurangi biaya transaksi yang tinggi. Adanya contract farming
memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas terhadap petani serta dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. Contract
farming memberikan kepastian kepada petani bahwa produknya akan dibeli pada saat panen. Penerapan contract farming dapat meningkatkan posisi tawar petani di
mata perusahaan. Kemudian menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun1997, kemitraan
adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha
besar dengan memperhatikan prinsip saling memperkuat dan menguntungkan. Tujuan kemitraan berdasarkan peraturan pemerintah ini adalah untuk
meningkatkan pendapatan,
kesimbangan usaha,
meningkatkan kualitas
sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, dalam rangka meningkatkan dan menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha
kelompok mitra yang mandiri. Sedangkan menurut Hafsah 2000 kemitraan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil, memberikan nilai tambah,
meningkatkan pemerataan, meningkatkan pertumbuhan ekonommi, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Kemitraan yang dijalankan dapat berbentuk berbagai macam cara atau pola. Hafsah 2000 mengemukakan pola-pola kemitraan yang telah banyak
34 dilaksanakan terdiri dari lima pola. Pola-pola tersebut adalah pola inti plasma, sub
kontrak, dagang umum, keagenan, dan waralaba. Pola inti plasma merupakan pola yang banyak digunakan oleh perusahaan
untuk bermitra dengan petani. Pola ini mengatur dimana perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung,
mengolah, dan memasarkan hasil produksi. Namun perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan. Sedangkan kelompok mitra usaha memiliki
tugas memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang disepakati. Salah satu perusahaan yang menggunakan pola ini adalah pola
Perusahaan Inti Rakyat PIR dimana kemitraan ini bergerak dalam bidang perkebunan.
Kemitraan inti plasma tidak lepas dari adanya kekurangan. Kekurangan dari pola ini adalah para petani umumnya belum memahami hak dan
kewajibannya dengan baik. Kemudian perusahaan sebagai inti belum sepenuhnya memberikan perhatian dalam memenuhi fungsi dan kewajiban seperti apa yang
diharapkan. Selain itu, belum adanya kontrak kemitraan yang benar-benar menjamin hak dan kewajiban dari komoditi yang dimitrakan juga menjadi kendala
Hafsah 2000.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional