87
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BABY BUNCIS
PADA PETANI MITRA ICDF BOGOR
8.1. Penerimaan Usahatani Baby Buncis Petani Mitra ICDF Bogor
Analisis terhadap penerimaan usahatani baby buncis oleh petani mitra ICDF Bogor adalah analisis atas penerimaan tunai. Penerimaan tunai merupakan
penerimaan yang langsung diperoleh oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan baby buncis ke pihak ICDF dan ke pasar traisional untuk baby
buncis yang tidak sesuai standar dari ICDF. Baby buncis yang sesuai standar ICDF akan dibeli oleh ICDF dengan harga Rp 9.000,00 per kilogram. Sedangkan
yang tidak sesuai standar ICDF maka petani akan menjualnya ke pasar tradisional yang ada di wilayah petani tersebut berada. Harga rata-rata pasaran untuk buncis
di pasar tradisional adalah Rp 2.500,00 per kilogram. Penerimaan usahatani baby buncis dapat dihitung dari hasil perkalian
antara jumlah hasil produksi dengan harga yang berlaku. Jumlah rata-rata baby buncis yang dihasilkan tiap petani adalah 3.293,42 kgha. Baby buncis yang sesuai
standar ICDF yang dihasilkan oleh petani mitra rata-rata per orang adalah 2.820,6 kgha. Sedangkan baby buncis yang tidak sesuai dengan standar dari ICDF adalah
sebanyak 472,57 kgha. Maka penerimaan tunai per hektar untuk baby buncis yang sesuai standar ICDF adalah 2.820,6 kg dikali Rp 9.000,00 yaitu Rp
25.387.700,00. Kemudian penerimaan tunai per hektar untuk baby buncis yang dijual ke pasar tradisional adalah 472,57 kg dikali Rp 2.500,00 yaitu Rp
1.181.422,00. Berarti dari hasil perhitungan tersebut didapatkan penerimaan tunai total baby buncis untuk setiap hektarnya dari petani mitra adalah Rp
26.569.122,00.
8.2. Biaya Usahatani Baby Buncis Petani Mitra ICDF Bogor
Biaya usahatani baby buncis petani mitra ICDF terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh
petani mitra ICDF, meliputi pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK, dan pajak lahan. Sedangkan, biaya yang diperhitungkan adalah biaya
yang harus dikeluarkan petani untuk kegiatan usahatani baby buncis. Biaya diperhitungkan meliputi benih, biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK, biaya
88 penyusutan, dan biaya sewa lahan milik. Tabel 18 yang menyajikan gambaran
biaya usahatani baby buncis baik biaya tunai maupun biaya diperhitungkan.
Tabel 18. Biaya Usahatani Per Hektar Baby Buncis Petani Mitra ICDF Bogor
Musim Tanam Tahun 2011-2012
Keterangan Jumlah
Harga Satuan Rp
Nilai Rp atas
Biaya Biaya Tunai
TKLK HOK 168,47
27.200,00 4.582.512,44
22,25 Urea kg
124 3.250,00
403.000,00 1,96
Ponska kg 151,56
3.000,00 454.666,67
2,21 NPK kg
22,667 3.500,00
79.333,33 0,39
KCl kg 5,3333
200,00 1.066,67
0,01 Pupuk daun kg
5,4511 7.000,00
38.157,78 0,19
Pupuk buah kg 4,6578
7.000,00 32.604,44
0,16 Pupuk
Kandang ton
22,267 199.980,00
4.452.888,00 21,62
Insektisida liter 1,67
107.777,78 180.288,27
0,88 Fungisida Kg
2,80 64.391,56
180.153,26 0,87
Pajak lahan ha3 bulan
1 35.000,00
35.000,00 0,17
Total biaya tunai 10.439.670,87
50,68
Biaya Diperhitungkan
Benih kg 15,744
30.000,00 472.333,33
2,29 TKDK HOK
305,76 27.200,00
8.316.672,00 40,37
Sewa Lahan ha3 bulan
1 1.250.000,00
1.250.000,00 6,07
Penyusutan 121.111,11
0,59 Total biaya diperhitungkan
10.160.116,44 49,32
Total Biaya 20.599.787,31
100,00
Biya terbesar yang dikeluarkan petani mitra ICDF dalam usahatani baby buncis adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK yaitu sebesar Rp
8.316.672,00 atau 40,37 persen dai total biaya. Biaya untuk TKDK menjadi biaya terbesar dalam melaksanakan kegiatan usahatani baby buncis petani mitra ICDF
karena lebih dari 50 persen petani yang menggunakan TKDK saja dalam pengusahaan usaha tani. Hal ini menunjukkan bahwa petani mitra dalam
melakukan usahatani lebih memilih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibandingkan mengeluarkan modal untuk membayar upah tenaga kerja luar
keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga banyak digunakan dalam perawatan,
89 pemupukkan, penyemprotan pestisida, dan terutama pada saat pemanenan. Tenaga
kerja luar keluarga TKLK menjadi komponen biaya terbesar kedua, yaitu sebesar 22,25 persen atas biaya total. Tenaga kerja luar keluarga biasa digunakan
dalam proses penyiapan lahan dan penanaman serta tambahan tenaga untuk pemanenan. Dalam penelitian Astuti 2003 tentang komoditas buncis perancis
juga mendapatkan tenaga kerja sebagai pengeluaran usahatani yang cukup besar dimana tenaga kerja dalam keluarga menyumbang 7,64 persen dan tenaga kerja
luar keluarga menyumbang 20,46 persen dari total biaya. Hal ini juga menunjukkan secara keseluruhan usahatani ini membutuhkan banyak tenaga kerja
dan belum menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga kerja manusia sehingga masih padat tenaga kerja.
Biaya terbesar ketiga dalam kegatan usahatani baby buncis adalah biaya tunai yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk kandang yaitu sebesar Rp
4.452.888,00 atau 21,62 persen. Pengeluaran ini cukup besar karena jumlahnya yang jauh lebih besar dibandingkan pupuk kimia yang digunakan petani mitra
yaitu rata-rata sebannyak 22,67 ton per hektar. Kegunaan pupuk kandang diantaranya adalah memperbaiki sifat-sifat fisik tanah, porositas tanah, struktur
tanah, dan daya menahan air. Pupuk kandang yang biasa digunakan petani mitra adalah campuran dari sekam dan kotoran sapi, tetapi terkadang juga ditambah
dengan kotoran kambing atau kotoran ayam. Penggunaan berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan petani tetapi mayoritas yang digunakan adalah campuran
sekam dan kotoran sapi. Biaya pemupukan untuk pupuk kimia menjadi penyumbang biaya tunai
yang tidak terlalu besar dibandingkan lainnya, yaitu berkisar antara 0,01-2,21 persen. Pupuk kimia yang digunakan oleh petani belum terlalu banyak.
Sumbangan biaya pupuk kimia lebih rendah dibandingkan dengan biaya diperhitungkan dari sewa lahan milik petani yaitu sebesar 6, 07 persen. Sedangkan
biaya untuk pestisida yaitu insektisida dan fungisida masing-masing menyumbang biaya tunai sebesar 0,88 dan 0,87 persen. Hal ini karena tidak
semua petani yang menggunakan pestisida.
90
8.3 Pendapatan Usahatani Baby Buncis