Tinjauan Empiris Pendapatan Usahatani

12 terdapat bercak-bercak cokelat, berbentuk bulat, bila diraba terasa menonjol ke arah permukaan atas. Bila serangan parah maka daun akan mati dan berguguran. Penyakit ini deisebabkan oleh angin. Salah satu cara pencegahannya yaitu dengan menanam tanaman yang resisten atau jika telah terkena serangan maka dilakukan penyemprotan dengan fungisisda. 4. White Molds atau Kapas Serangan penyakit ini tampak pada bunga, tangkai daun, cabang muda, dan buah yang seperti tersiram air panas. Penyebabnya adalah Scolorotina sclerotiorum. Bila serangan parah dan keadaan lembab maka akan tampak benang-benang cendawan warna putih seperti kapas. Serangan penyakit ini didukung oleh kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang rendah pada malam hari. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam agar aerasi per tanaman baik, tidak menanam pada curah hujan yang tingg, dan semprot dengan fungisida.

2.2. Tinjauan Empiris Pendapatan Usahatani

Pendapatan dalam usahatani yang dilakukan oleh petani sangat dipengaruhi oleh seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan dan tingkat harga saat komoditas tersebut dihasilkan sehingga pendapatan untuk tiap petani dan tiap komoditas berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Siregar 2012 tentang usahatani cabai merah keriting di Desa Cipaten, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa usahatani ini menguntungkan. Biaya usahatani terbesar yang ia dapatkan berasal dari biaya tenaga kerja yaitu untuk tenaga kerja luar keluarga dengan persentase 50,59 persen. Senada dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Irsyadi 2011 dan Sujana 2011 yang masing-masing penelitian mengenai usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan dan usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber biaya usahatani terbesar berada pada tenaga kerja. Hasil penelitian Irsyadi 2011 mendapatkan sumbangan biaya tenaga kerja keseluruhan sebesar 48,81 persen. Kemudian Sujana 2011 13 mendapatkan sumbangan biaya tenaga kerja mencapai 58,28 persen. Dari ketiga penelitian yang berbeda komoditas, tempat, dan peneliti ini menunjukkan bahwa umumnya sumber terbesar dalam biaya usahatani berasal dari tenaga kerja. Karena umumnya petani Indonesia belum menggunakan tenaga mesin sebagai pengganti tenaga manusia dalam melakukan tahapan budidaya tanaman. Dilihat dari sisi pendapatan maupun RC rasio dari penelitian ketiga peneliti ini menunjukkan hasil akhir yang tidak jauh berbeda yaitu ketiga usahatani ini menguntungkan untuk dijalankan. Penelitian Siregar 2012, Irsyadi 2011, dan Sujana 2011 mendapatkan hasil pendapatan atas biaya total per musim tanam untuk satu hektar lahan masing-masing secara berurutan sebesar Rp 86.863.853,00, Rp 9.619.652,43, dan Rp20.765.060,00. Dari pendapatan atas biaya total ditunjukkan bahwa petani mendapatkan pemasukkan nyata dari sekali musim tanam untuk satu hektar luas lahan masing-masing komoditi tersebut cukup besar. Selanjutnya, dilihat dari RC rasio atas biaya total yang dihasilkan dari penelitian Siregar 2012, Irsyadi 2011, dan Sujana 2011 dengan nilai masing-masing secara berurutan sebesar 2,46, 1,59, dan 1,30 menunjukkan bahwa usahatani ini masih cukup menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan imbalan sebesar angka rasio tersebut dalam rupiah. Ketiga penelitian di atas merupakan penelitian tentang usahatani komoditas sayuran. Ketiga penelitian tersebut menghasilkan Rc rasio atas biaya total yang bervariasi. Perbedaan RC rasio ini dapat berbeda-beda karena perbedaan komoditi, perbedaan input yang digunakan, maupun harga dari masing- masing komoditi tersebut. Hal ini dapat memberikan gambaran pada penelitian ini bahwa hasil yang didapatkan kemungkinan dapat sama dengan penelitian sebelumnya atau bahkan berbeda sama sekali. Karena yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah komoditi, tempat, dan pelaku usahataninya petani.

2.3. Tinjauan Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier