Karakterisasi Bahan Baku .a Karakterisasi Biji Jagung

Pengolahan Jagung Terpadu dengan kapasitas 500 kg bahan baku per hari yang ada di Grobogan, Jawa Tengah. Prakiraan biaya investasi, biaya produksi, dan harga pokok produksi maupun harga jual produk tepung jagung secara enzimatis menggunakan papain pada kapasitas 500 kg bahan baku per hari dilakukan dengan menggunakan microsoft excel Gittinger 1986; Mulyadi 1998; Ibrahim 2003; Haming dan Basalamah 2003; Johar 2008.

3.3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap contoh-contoh hasil inkubasi dengan papain, diantaranya untuk mengetahui pengaruh lama waktu inkubasi dan konsentrasi papain terhadap penurunan kekerasan dan kandungan protein grits jagung yang diolah dengan menggunakan software minitab 16 pada program korelasi, dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95 α = 0.05. Jika nilai p-value lebih kecil dari 0,05 maka pengaruh variabel waktu inkubasi maupun konsentrasi papain terhadap kekerasan maupun kandungan protein grits jagung dinyatakan signifikan. Analisis data juga dilakukan untuk menentukan kondisi optimum proses inkubasi dengan variabel bebas waktu inkubasi dan konsentrasi papain menggunakan metode Response Surface Methods. Analisis juga dilakukan untuk mengetahui kenormalan data, penyebaran data, kecukupan model, uji ANOVA, pembuatan grafik kontur antara variabel, serta optimasi respon guna penentuan perkiraan model persamaan dan kondisi optimum proses. Penentuan batasan titik kekerasan ditentukan dengan mencocokkan data kekerasan grits dengan distribusi ukuran partikel tepung yang telah memenuhi persyaratan 90 lolos ayakan ukuran 80 mesh. Keseluruhan pelaksanaan analisis data dilakukan dengan menggunakan software minitab 16. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Biji Jagung

Pemilihan biji jagung hibrida varietas P21 didasarkan pada banyaknya areal pertanaman jagung petani di daerah sentra jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menggunakan varietas tersebut. Data statistik sarana pertanian tentang persentase penyebaran varietas jagung 2011 menunjukkan bahwa penggunaan benih jagung hibrida di Jawa Tengah mencapai 55,08, dimana sebagian besar didominasi oleh varietas P21 dan BISI 2, sedangkan penggunaan benih varietas lokal adalah 44,04. Sementara itu, penggunaan benih jagung hibrida di Jawa Timur sudah mencapai 77,77 dan didominasi oleh varietas P21 dan BISI 2, adapun penggunaan varietas lokal hanya 22,23 Kementan 2012. Menurut PT. DuPont Indonesia sebagai produsen benih jagung hibrida P21, Benih P21 30Y87 adalah hibrida dengan hasil memuaskan di kondisi kekeringan, mempunyai potensi hasil panen ± 13.3 tonha pipilan kering, dimana tongkol terisi penuh muput, ukuran tongkol kecil, batang kokoh, perakaran kuat sehingga tahan kerebahan, kelobot menutup biji dengan sempurna, dan ―Stay green‖ saat panen sehingga dapat dijadikan hijauan pakan ternak DuPont 2013. Sementara itu, jagung lokal varietas kodok genjah adalah jenis jagung yang banyak ditanam oleh masyarakat di kabupaten Wonogiri, khususnya di kecamatan Girimarto. Jagung tersebut telah turun temurun di tanam oleh masyarakat setempat sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. Jagung kodok tersebut mempunyai ukuran biji yang relatif besar dan produktivitas tanaman juga relatif tinggi. Menurut kepala Dusun Siroto Desa Bubakan, Parno, produktivitas jagung kodok tersebut dapat mencapai enam hingga tujuh ton per hektarnya. Jagung hibrida varietas P21 merupakan jagung hibrida yang banyak ditanam oleh masyarakat di daerah kering dan panas, seperti di kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Nganjuk, Kediri, Blora dan Grobogan. Berbeda dengan di Wonogiri maupun Grobogan yang masyarakatnya fanatik hanya mengkonsumsi jagung putih jagung Kodok, di wilayah kabupaten Bojonegoro dan kabupaten di sekitarnya, masyarakat biasa mengkonsumsi jagung hibrida sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. Salah satu pasar yang hingga saat ini masih memperdagangkan produk hasil pabrik pengolahan jagung, seperti tepung jagung, beras jagung, menir jagung adalah di pasar kecamatan Babat, kabupaten Lamongan. Di pasar tersebut ada dua hingga tiga pedagang yang menjual produk hasil olahan pabrik jagung tersebut. Produk-produk tersebut diperoleh dari pemasok yang datang dari daerah di kabupaten Lamongan maupun dari luar Lamongan, seperti Kediri, dan Bojonegoro. Biji jagung lokal varietas kodok secara fisik adalah berwarna putih, dan jagung hibrida P21 berwarna kuning kemerah-merahan Gambar 4.1. Hasil pengukuran dimensi jagung lokal dan hibrida menunjukkan bahwa biji jagung lokal Kodok lebih tebal dan lebih pendek daripada jagung hibrida P21 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.