lain-lain yang tidak terukur pada saat analisis kandungan pati maupun serat kasar menjadikan  adanya  perbedaan  antara  kandungan  karbohidrat  dengan  jumlah
kandungan pati dan serat kasar. Proses degerminasi diharapkan dapat menurunkan kandungan serat kasar menjadi maksimal 1,2 USDA 2008 dan maksimal 1,5
BSN 1995.
Sementara itu, kandungan amilosa biji jagung lokal Kodok dan hibrida P21 masing-masing  adalah  38,33  dan  20,24.  Nilai  kandungan  amilosa  jagung
hibrida  lebih  rendah  bila  dibandingkan  dengan  rata-rata  kandungan  amilosa jagung  jenis  dent  corn  yang  mengandung  amilosa  25-30  dan  amilopektin  70-
75.  Namun  demikian,  seiring  dengan  kemajuan  teknologi,  komposisi  amilosa dan amilopektin dalam biji jagung dapat dikendalikan secara genetik Suarni dan
Widowati 2007.
4.2    Aktivitas Proteolitik Papain
Papain merupakan enzim proteolitik dari getah pepaya lateks, baik berasal dari  batang,  daun,  maupun  buahnya.  Menurut  Kirsch  2001,  sisi  aktif  papain
adalah  satu  gugus  sulfhidril  -SH.  Papain  harus  ditambahkan  antioksidan  untuk mencegah  terjadinya  oksidasi  yang  dapat  menurunkan  aktifitas  proteolitiknya,
sedangkan  untuk  mengaktifkan  kembali  perlu  ditambahkan  aktivator.  Aktivator yang  umum  digunakan  adalah  sisteina,  asam  askorbat,  natrium  hidrogenbisulfit,
dan  natrium  metabisulfit.  Rachdiati  2006  melaporkan  bahwa  penggunaan sisteina  0,04  M  pada  pH  6,0  menghasilkan  peningkatan  aktifitas  papain  kasar
sebesar 78,63. Hasil pengukuran aktivitas papain menggunakan metode Walter 1984 padasuhu 30
o
C dan  pH=6 ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2  Hasil pengukuran aktivitas papain
Tabel 4.2 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas enzim sebesar 20,78 setelah  ditambahkan  sisteina.  Data  di  atas  sangat  berguna  sebagai  bahan
pertimbangan  dalam  menghitung  biaya  produksi  dan  harga  jual  produk  tepung jagung  secara  enzimatis.  Pada  penelitian  ini  inkubasi  lama  larutan  papain
dilakukan dengan penambahan aktivator sisteina.
4.3  Pemilihan Degerminator
Degerminasi  dimaksudkan  untuk  menghilangkan  lembaga,  tudung  pangkal biji  dan kulit ari dari endosperma. Watson 2003 melaporkan bahwa 80,00 dari
73,40 pati terdapat pada endosperma. Komponen non pati, seperti lemak adalah 85,57  dari  4,40  lemak  terdapat  pada  lembaga  dalam  biji  jagung,  di  samping
itu,79,5 dari 1,40 abu pada biji jagung juga terdapat pada lembaga. Sementara itu, 9,50 serat pada biji jagung sebagian besar terdapat pada kulit ari dan tudung
pangkal biji, masing-masing mengandung 45,08 dan 47,22 serat. Oleh karena itu,  pemisahan  lembaga  dapat  memisahkan  sebagian  besar  lemak  dan  abu,
Perlakuan Aktivitas Protease, 30
o
C Ug
Tanpa sisteina 587
Dengan sisteina 709
sedangkan  pemisahan  tudung  pangkal  biji  dan  kulit  ari  dapat  memisahkan sebagian besar serat dari endosperma.
Penghilangan  kulit  ari  pada  proses  basah  wet  milling  process  dilaporkan dapat  mengurangi  waktu  pada  tahap  perendaman  steeping  secara  signifikan
karena  biji  jagung  tanpa  kulit  ari  dapat  terhidrasi  dengan  lebih  cepat  dan  akan terhidrasi  sempurna  setelah  perendaman  selama  6  jam  Wang  et  al.  2006.
Sementara itu, pada proses produksi tepung jagung proses kering, penghilangan kulit  ari  tersebut  dapat  merubah  sifat  fisiko  kimia  dan  memperbaiki  sifat
fungsional tepung jagung, yaitu meningkatkan daya serap air, daya pengembangan dan viskositas pasta tepung setelah didegerminasi Houssou dan  Ayernor  2002.
Keberhasilan  degerminasi  ditentukan  oleh  ketepatan  pemilihan  peralatan  yang digunakan dan kondisi proses degerminasinya.
Hasil proses degerminasi  adalah berupa grits jagung  sebagai produk utama bagian  endosperma  dan  ampok  jagung  yang  terdiri  dari  lembaga  dan  tudung
pangkal  biji  dan  kulit  ari  sebagai  produk  samping.  Pemilihan  degerminator berperan  penting  dalam  menentukan  mutu  tepung  jagung  yang  dihasilkan.
Kriteria  dalam  memilih  tipe  degerminator  yang  baik  adalah  meliputi  persentase rendemen,  persentase  produk  samping  atau  kebersihan  grits,  losses  selama
degerminasi, persentase  grits jagung berukuran besar tidak lolos ayakan ukuran 5 mesh, kandungan lemak grits, dan efisiensi penggunaan energi.
Sebelum dilakukan degerminasi, biji jagung direndam dengan air selama 20 menit.  Perendaman  tersebut  dimaksudkan  untuk  membasahi  bagian  luar  biji
jagung  supaya  mudah  dilakukan  pemisahan  endosperma  dari  germ,  tudung pangkal biji maupun kulit ari. Terjadi penambahan bobot biji jagung sekitar 10
setelah  perendaman  selama  20 menit  yang  diakibatkan  terjadinya  penyerapan  air oleh  biji  jagung  Tabel  4.3.  Terjadinya  penambahan  bobot  akibat  perendaman
tersebut  disebabkan  oleh  penyerapan  air  oleh  biji  atau  imbibisi  akibat  adanya materi koloid yang hidrofil Sadjad 1975; Leopold 1983; Suradinata 1993.
Tabel 4.3 Pertambahan bobot biji jagung setelah perendaman
Varietas Bobot
contoh Bobot
akhir Penambahan
Bobot Rata-rata
g g
g Lokal Kodok
5000 5587,0  587,0
11,74 10,67
5000 5480,0  480,0
9,60 Hibrida P21
5000 5583,5  583,5
11,67 10,45
5000 5461,0  461,0
9,22
Setelah proses degerminasi, persentase rendemen grits dan produk samping, serta  losses  untuk  ketiga  tipe  peralatan  disajikan  pada  Tabel  4.4.  Dari  Tabel  4.4
diketahui bahwa peralatan tipe B memberikan rendemen grits paling tinggi, yaitu 72,54 dan 73,10 untuk jagung hibrida P21 dan lokal Kodok, disusul peralatan
tipe  A  masing-masing  70,55  dan  65,45  untuk  jagung  hibrida  P21  dan  lokal Kodok.  Tingginya  rendemen  grits  hasil  peralatan  tipe  B  maupun  tipe  A
disebabkan  grits  yang  dihasilkan  kedua  tipe  alat  tersebut  terlihat  masih  kotor masih  tercampur  dengan  ampok  dan  kulit  ari
bila  dibandingkan  dengan  hasil peralatan  tipe  C.  Hasil  pengayakan  ulang  terhadap  grits  yang  diperoleh
menunjukkan terjadi penurunan persentase rendemen grits untuk peralatan tipe A sekitar  5-10,  tipe  B  sekitar  11-12,  dan  tipe  C  sekitar  1.  Berdasarkan  hasil