Distribusi Ukuran Partikel Tepung Jagung pada Kondisi Optimum Proses

3. Degerminator Polisher, dengan spesifikasi : - Fungsi : Memisahkan endosperma dari lembaga, tudung pangkal biji, dan kulit ari. - Bahan : plat SS 304 dan besi baja. - Dimensi p x l x t = 120 x 60 x 80 cm 1,2 x 0,6 x 0,8 m. - Kapasitas : 3,45 kgmenit 207 kgjam. - Penggerak : motor listrik 15 hp., 3 phase. - Sistem transmisi : pulley dan belt. 4. Hammer mill, dengan spesifikasi : - Fungsi : Menggiling jagung pecah grits dari hasil degerminasi. - Bahan : SS 304 dan besi baja. - Dimensi p x l x t = 70 x70 x150 cm 0,7 x 0,7 x 1,5 m. - Kapasitas : 4,48 kgmenit 268,8 kgjam. - Penggerak: motor listrik 10 hp, 3 phase. - Sistem transmisi pulley dan belt. 5. Disk mill, dengan spesifikasi : - Fungsi : Menghaluskan grits dari hasil penggilingan awal dengan Hammer mill penggilingan lanjut. - Bahan : besi cor. - Type : FFC 45 - Kapasitas : 4,74 kgmenit. - Penggerak: motor listrik 10 hp, 3 phase. - Sistem transmisi : pulley dan belt. 6. Cyclone, dengan spesifikasi : - Fungsi :Memisahkan fraksi berat grits dengan fraksi ringan tepung hasil penghalusan dengan Disk mill. - Bahan : SS 304, rangka besi siku 50 x 50 cm 0,5 x 0,5 m. - Kapasitas hopper : 50 kg - Penggerak : Turbo Blower 1,0 hp3 phase2800 3500 rpm. - Kapasitas :1,94 kgmenit 116,4 kgjam. 7. Ayakan Siever, dengan spesifikasi : - Fungsi : Membersihkan biji jagung dari pengotor batu, tongkol jagung, dan tali plastik maupun plastik bekas karung, dan memisahkan grits jagung berdasarkan ukuran grits jagung hasil penggilingan masih banyak yang kasar dan tidak seragam - Bahan : SS 304. - Dimensi p x l x t = 1500 x 80 x 80 cm 1,5 x 0,8 x 0,8 m. - Ukuran screen : 1 cm untuk memisahkan jagung dari kotoran, dan 24 mesh untuk memisahkan grits menjadi berukuran beras jagung dan menir jagung. Screen dapat diganti sesuai keperluan. - Penggerak: motor listrik 1,5 hp, 3 phase. - Sistem transmisi : vibrasi. Foto-foto peralatan disajikan pada Lampiran 12.

4.7.2 Desain Proses Produksi Tepung Jagung melalui Proses Perendaman secara Enzimatis

Proses produksi tepung jagung secara enzimatis secara garis besar hampir sama dengan proses produksi tepung jagung konvensional. Pada proses secara enzimatis, dilakukan penambahan tahapan proses, yaitu inkubasi dengan papain. Di samping penambahan, juga ada pengurangan proses, yaitu tidak dilakukannya penggilingan awal dengan hammer mill dan pemisahan grits jagung di akhir tahapan proses. Penambahan tahapan inkubasi dengan papain dimaksudkan untuk menurunkan kekerasan grits jagung, yang pada akhirnya dapat memudahkan penggilingan untuk mendapatkan tepung jagung dengan ukuran partikel yang lebih halus dan seragam. Adapun proses penggilingan awal dengan hammer mill tidak dilakukan lagi pada proses enzimatis karena terjadinya penurunan kekerasan memungkinkan grits jagung dapat langsung digiling dengan disk mill. Demikian juga, peniadaan proses pengayakan grits pada tahap akhir proses dilakukan karena ukuran tepung yang dihasilkan sudah relatif seragam. Adanya penambahan tahapan proses tersebut, berimplikasi terhadap pengadaan peralatan baru, yaitu bak inkubasi inkubator. Bak perendaman direkomendasikan terbuat dari bata merah yang diplester halus. Pemilihan tersebut dimaksudkan untuk menghemat biaya dan tahan terhadap korosif. Bak inkubasi yang dibutuhkan berjumlah 2 dua unit dengan kapasitas masing-masing bak 0,6m 3 dengan ukuran 1 x 1 x 0,6 m 3 . Di samping bak inkubasi, juga dibutuhkan 6 enam unit bak dengan ukuran yang sama untuk pencucian dan pembilasan, serta beberapa keranjang dan tray untuk penirisan dan penjemuran grits jagung sebelum dihaluskan dengan disk mill. Penggunaan papain dalam proses perendaman secara enzimatis juga membutuhkan peralatan untuk menyimpan papain supaya aktivitasnya tetap terjaga, yaitu satu unit lemari es. Hal tersebut dikarenakan aktivitas papain cepat turun apabila tidak disimpan di suhu dingin 8 o C Rachdiati 2006. Sebagai upaya pencegahan, disarankan untuk pengadaan papain secara periodik dalam jumlah tertentu, misalnya pengadaan dilakukan pada jangka waktu setiap 1 satu bulan sekali. Dengan merujuk pada ketersediaan peralatan dan data hasil optimasi proses inkubasi grits jagung lokal maupun hibrida dengan menggunakan enzim papain, maka dibuat desain teknologi proses produksi tepung jagung secara enzimatis dengan diagram alur proses disajikan pada Gambar 4.24. Dari Gambar 4.23 dan 4.24 dapat dilihat bahwa produk utama pada proses produksi tepung jagung konvensional terdiri dari beras jagung grits yang tidak lolos ayakan ukuran 24 mesh, menir jagung grits yang lolos ayakan 24 mesh dan tidak lolos ayakan 60 mesh, dan tepung jagung. Sementara itu, pada proses produksi secara enzimatis didesain untuk menghasilkan tepung jagung, yaitu fraksi tepung yang lolos saringan 60 mesh, dan menir jagung, yaitu fraksi tepung yang tidak lolos saringan 60 mesh menir jagung. Pemisahan tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan saringan berukuran 60 mesh pada Cyclone. Penambahan saringan tersebut harus diikuti dengan perubahan sistem aliran udara dalam cyclone. Dimana saat ini, aliran udara ditiup dengan blower fan, dan harus diganti dengan exhaust fan agar pemisahan lebih efektif. Dengan terpisahnya tepung jagung dari menir jagung, maka tepung jagung yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan 99 lolos