Prakiraan Biaya Investasi Desain Teknologi Proses Produksi Tepung Jagung secara Enzimatis

dengan volume air untuk pencucian. Dengan ulangan pencucian hingga 3 tiga kali, maka dibutuhkan air sejumlah 900 l. Dengan demikian, jumlah air yang dibutuhkan pada proses produksi secara enzimatis adalah 1616,7 l per hari dan untuk proses konvensional adalah 416,7 l per hari Tabel 4.24. Dengan rata-rata harga air PDAM di Jawa Tengah Rp.2.000,- per m 3 PDAM 2013, maka biaya pengadaan air untuk proses konvensional adalah Rp.20.800,- per bulan atau Rp. 249.600,- per tahun. Sementara itu, biaya pengadaan air untuk proses enzimatis adalah Rp.80.800,- per bulan atau Rp. 969.600,-. Tingginya perbedaan biaya pengadaan air tersebut berkontribusi langsung terhadap kenaikan biaya produksi pada proses enzimatis. Prakiraan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Jumlah tenaga kerja tidak langsung pada UPT pengolahan jagung terpadu di Grobogan adalah 2 dua orang, yaitu satu orang manager pabrik dan satu orang tenaga administrasi. Gaji untuk manager pabrik adalah Rp. 2.000.000,- dua juta rupiah per bulan dan untuk tenaga administrasi adalah Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah per bulan. Dengan demikian biaya tenaga kerja tidak langsung selama satu tahun adalah Rp. 36.000.000,- tiga puluh enam juta rupiah. Prakiraan Biaya Penyusutan Adapun biaya penyusutan adalah 10 dari nilai sisa dibagi umur ekonomis proyek, sehingga diperoleh penyusutan 6 per tahun. Jadi nilai penyusutan bangunan dan mesin peralatan adalah Rp.14.730.000,- per tahun untuk proses konvensional dan Rp.15.270.000,- per tahun untuk proses enzimatis. Perincian biaya penyusutan disajikan pada Tabel 4.36 . Tabel 4.36 Rincian prakiraan biaya penyusutan proses konvensional dan enzimatis Fasilitas Umur Th Nilai Awal Rp Nilai Akhir Rp Penyusutan RpTh Konvensional 1. Bangunan dan pekerjaan sipil 15 100.000.000 10.000.000 6.000.000 2. Mesin dan peralatan 15 145.500.000 14.550.000 8.730.000 Jumlah 245.500.000 24.550.000 14.730.000 Enzimatis 1. Bangunan dan pekerjaan sipil 15 100.000.000 10.000.000 6.000.000 2. Mesin dan peralatan 15 154.500.000 15.450.000 9.270.000 Jumlah 254.500.000 25.450.000 15.270.000 Dari Tabel 4.36 dapat dilihat bahwa biaya penyusustan untuk proses enzimatis lebih besar daripada proses konvensional. Hal tersebut karena nilai awal harga mesin peralatan pada proses enzimatis lebih besar daripada proses konvensional. Prakiraan Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan yaitu berupa pemeliharaan bangunan, mesin dan peralatan. Biaya pemeliharaan diperlukan untuk menjaga agar bangunan, mesin dan peralatan berfungsi dengan baik. Biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan bangunan adalah 1 dari harga awal, dan biaya pemeliharaan mesin peralatan adalah 2,0 dari harga awal, sehingga diperoleh biaya pemeliharaan bangunan dan perbaikan rutin mesin peralatan adalah Rp.3.910.000,- per tahun untuk proses konvensional dan Rp.4.090.000,- per tahun untuk proses enzimatis. Tabel 4.37 Rincian prakiraan biaya pemeliharaan pada proses konvensional dan enzimatis Fasilitas Nilai Investasi Rp. Biaya Perawatan Th Biaya Perawatan Rp.Th Konvensional 1. Bangunan 100.000.000 1,0 1.000.000 2. Mesin dan Peralatan 145.500.000 2,0 2.910.000 Jumlah 3.910.000 Enzimatis 1. Bangunan 100.000.000 1,0 1.000.000 2. Mesin dan Peralatan 154.500.000 2,0 3.090.000 Junlah 4.090.000 Dengan demikian, prakiraan kebutuhan biaya produksi tepung jagung secara konvensional dan enzimatis, baik yang menggunakan penambahan aktivator sisteina maupun yang tidak menggunakan aktivator sisteina ditunjukkan pada Tabel 4.38 dan 4.39. Tabel 4.38 Prakiraan biaya produksi tepung jagung secara konvensional Uraian Jumlah Rp.Th Persentase 1. Biaya bahan baku 440.850.000 82,10 2. Biaya tenaga kerja langsung 24.000.000 4,47 3. Biaya overhead Biaya bahan penolong 0,00 Biaya listrik 17.199.000 3,20 Biaya air 249.600 0.05 Biaya tenaga kerja tidak langsung 36.000.000 6,70 Biaya penyusutan 14.730.000 2,74 Biaya pemeliharaan 3.910.000 0,73 Jumlah 536.938.600 100,00 Dria Tabel 4.38 dan 4.39 dapat diketahui bahwa biaya produksi tepung jagung secara konvensional adalah Rp.640,-kg, sedangkan untuk proses enzimatis dengan penambahan sisteina adalah Rp.2.588,-kg dan Rp.2.637,2,-kg untuk jagung lokal dan hibrida. Adapun biaya produksi tanpa penambahan sisteina adalah Rp.1.063,8,-kg dan Rp.1.169,4,-kg untuk jagung lokal dan hibrida. Biaya produksi tepung jagung secara enzimatis lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi tepung jagung secara konvensional. Dapat juga diketahui bahwa biaya produksi tepung jagung secara enzimatis tanpa penambahan sisteina jauh lebih rendah dibandingkan dengan penambahan sisteina. Hal tersebut sebagai akibat adanya penambahan biaya untuk pengadaan sisteina. Di samping itu, pada proses secara enzimatis, biaya produksi tepung jagung dengan bahan baku jagung lokal Kodok lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan bahan baku jagung hibrida P21. Hal tersebut menunjukkan lebih kerasnya biji jagung hibrida berdampak pada lebih tingginya biaya produksi tepung jagung hibrida daripada tepung jagung lokal.