Biaya Bahan Baku Prakiraan Biaya Produksi

dan perbaikan rutin mesin peralatan adalah Rp.3.910.000,- per tahun untuk proses konvensional dan Rp.4.090.000,- per tahun untuk proses enzimatis. Tabel 4.37 Rincian prakiraan biaya pemeliharaan pada proses konvensional dan enzimatis Fasilitas Nilai Investasi Rp. Biaya Perawatan Th Biaya Perawatan Rp.Th Konvensional 1. Bangunan 100.000.000 1,0 1.000.000 2. Mesin dan Peralatan 145.500.000 2,0 2.910.000 Jumlah 3.910.000 Enzimatis 1. Bangunan 100.000.000 1,0 1.000.000 2. Mesin dan Peralatan 154.500.000 2,0 3.090.000 Junlah 4.090.000 Dengan demikian, prakiraan kebutuhan biaya produksi tepung jagung secara konvensional dan enzimatis, baik yang menggunakan penambahan aktivator sisteina maupun yang tidak menggunakan aktivator sisteina ditunjukkan pada Tabel 4.38 dan 4.39. Tabel 4.38 Prakiraan biaya produksi tepung jagung secara konvensional Uraian Jumlah Rp.Th Persentase 1. Biaya bahan baku 440.850.000 82,10 2. Biaya tenaga kerja langsung 24.000.000 4,47 3. Biaya overhead Biaya bahan penolong 0,00 Biaya listrik 17.199.000 3,20 Biaya air 249.600 0.05 Biaya tenaga kerja tidak langsung 36.000.000 6,70 Biaya penyusutan 14.730.000 2,74 Biaya pemeliharaan 3.910.000 0,73 Jumlah 536.938.600 100,00 Dria Tabel 4.38 dan 4.39 dapat diketahui bahwa biaya produksi tepung jagung secara konvensional adalah Rp.640,-kg, sedangkan untuk proses enzimatis dengan penambahan sisteina adalah Rp.2.588,-kg dan Rp.2.637,2,-kg untuk jagung lokal dan hibrida. Adapun biaya produksi tanpa penambahan sisteina adalah Rp.1.063,8,-kg dan Rp.1.169,4,-kg untuk jagung lokal dan hibrida. Biaya produksi tepung jagung secara enzimatis lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi tepung jagung secara konvensional. Dapat juga diketahui bahwa biaya produksi tepung jagung secara enzimatis tanpa penambahan sisteina jauh lebih rendah dibandingkan dengan penambahan sisteina. Hal tersebut sebagai akibat adanya penambahan biaya untuk pengadaan sisteina. Di samping itu, pada proses secara enzimatis, biaya produksi tepung jagung dengan bahan baku jagung lokal Kodok lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan bahan baku jagung hibrida P21. Hal tersebut menunjukkan lebih kerasnya biji jagung hibrida berdampak pada lebih tingginya biaya produksi tepung jagung hibrida daripada tepung jagung lokal. Tabel 4.39 Prakiraan biaya produksi tepung jagung secara enzimatis Uraian Jagung Lokal Kodok Jagung Hibrida P21 Jumlah RpTh Persentase Jumlah RpTh Persentase Penambahan Sisteina 1. Biaya bahan baku Jagung Pipil Kering 440.850.000 53,47 440.850.000 52,71 Papain 51.480.000 6,24 63.360.000 7,58 2. Biaya tenaga kerja langsung 24.000.000 2,91 24.000.000 2,87 3. Biaya overhead Biaya bahan penolong sisteina 236.016.000 28,62 236.016.000 28,22 Biaya listrik 15.876.000 1,93 15.876.000 1,90 Biaya air 969.600 0,12 969.600 0,12 Biaya tenaga kerja tidak langsung 36.000.000 4,37 36.000.000 4,30 Biaya penyusutan 15.270.000 1,85 15.270.000 1,83 Biaya pemeliharaan 4.090.000 0,50 4.090.000 0,49 Jumlah 824.551.600 100,00 836.431.600 100,00 Tanpa Penambahan Sisteina 1. Biaya bahan baku Jagung Pipil Kering 440.850.000 73,42 440.850.000 71,54 Papain 63.360.000 10,55 79.200.000 12,85 2. Biaya tenaga kerja langsung 24.000.000 4,00 24.000.000 3,89 3. Biaya overhead Biaya bahan penolong 0,00 0,00 Biaya listrik 15.876.000 2,64 15.876.000 2,58 Biaya air 969.600 0,16 969.600 0,16 Biaya tenaga kerja tidak langsung 36.000.000 6,00 36.000.000 5,84 Biaya penyusutan 15.270.000 2,54 15.270.000 2,48 Biaya pemeliharaan 4.090.000 0,68 4.090.000 0,66 Jumlah 600.415.600 100,00 616.255.600 100,00 Dari Tabel 4.38 dan 4.39 dapat dilihat bahwa untuk kedua proses produksi tepung jagung, baik konvensional maupun enzimatis, komponen biaya terbesar adalah biaya pengadaan bahan baku yang mencapai lebih dari 80 dari total biaya produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pabrik sangat sensitif terhadap gejolak fluktuasi harga bahan baku. Oleh karena itu, pada umumnya pabrik pengolahan jagung terintegrasi dengan unit pasca panen sebagai penyedia bahan baku supaya bisa mengurangi risiko terjadinya fluktuasi harga bahan baku. Di samping itu, dibutuhkan dukungan pemerintah untuk menjaga harga jagung supaya tetap stabil, melalui pemberian penyuluhan, bantuan peralatan, dan subsidi-subsidi yang dibutuhkan oleh para petani jagung agar dapat meningkatkan produktivitas pertaniannya.

4.8.3 Prakiraan Harga Pokok Produksi

Penetapan harga merupakan tahapan penting untuk menentukan apakah produk yang akan dijual dapat bersaing dengan produk sejenis di pasar. Hal tersebut didasarkan pada semangat dari penelitian ini, yaitu memanfaatkan momentum kebijakan pemerintah untuk melakukan penganekaragaman produk pangan khususnya tepung terigu dengan tepung pangan lokal dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor, serta mengurangi ketergantungan terhadap beras dengan menurunkan konsumsi beras per kapita per tahun. Oleh karena itu, harga tepung jagung diharapkan dapat bersaing dengan harga tepung terigu maupun tepung beras. Penentuan harga dapat dilakukan dengan menghitung biaya produksi secara keseluruhan dan menentukan persentase keuntungan yang akan diraih. Berdasarkan hasil optimasi dan studi kasus pada pabrik tepung jagung di UPT Pengolahan Jagung Terpadu di Grobogan, diketahuai bahwa rendemen produk utama pada proses konvensional maupun enzimatis berkisar 60 dari jumlah jagung pipil yang digunakan sebagai bahan baku. Prakiraan rendemen untuk kedua proses produksi tepung jagung disajikan pada Tabel 4.40 . Tabel 4.40 Prakiraan persentase dan bobot produk utama pada produksi tepung jagung Proses Konvensional Proses Enzimatis Persentase Bobot kgth Persentase Bobot kgth Tepung Jagung 40 60000 54 81000 Menir Jagung 10 15000 6 9000 Beras jagung 10 15000 Ampok Jagung 30 45000 30 45000 Kulit Ari Jagung 0,5 750 0,5 750 Keterangan : Losses untuk kedua proses berkisar 9,5 Menir jagung adalah grits ukuran 2460 mesh Beras jagung adalah grits ukuran +24 mesh Produk utama pada proses produksi tepung jagung secara konvensional adalah tepung jagung, menir jagung, dan beras jagung, sedangkan pada proses enzimatis adalah tepung jagung dan menir jagung. Sementara itu, ampok jagung dan kulit ari adalah produk samping dari kedua proses tersebut. Jumlah bobot produk utama proses produksi tepung jagung secara konvensional dan enzimatis, yaitu 90 tonth Tabel 4.40. Penetapan harga tepung jagung dapat dilakukan dengan menghitung Harga Pokok Produksi HPP dari kedua proses produksi dengan merujuk data pada Tabel 4.38 dan 4.39, serta Tabel 4.40. Mengingat pada proses produksi tepung jagung juga terdapat produk samping dengan persentase 30,5, maka pada perhitungan HPP juga akan memperhitungkan kontribusi dari penjualan produk samping tersebut. HPP setelah penyesuian tersebut selanjutnya disebut HPP adjusted HPP adj. Besarnya kontribusi produk samping disajikan pada Tabel 4.41 . Tabel 4.41 Prakiraan kontribusi produk samping Uraian Satuan Nilai Produksi ampok kgth 45000 Produksi kulit ari kgth 750 Bobot produk samping kgth 45750 Asumsi harga produk samping Rpkg 3.500 Nilai penjualan Rpth 160.125.000 Bobot produk utama kgth 90000 Kontribusi produk samping Rpkgth 1.779