Protein  prolamin  jagung  zein  dihubungkan  dengan  dua  jenis  struktur endosperma.  Chandrashekar  dan  Mazhar  1999  telah  melaporkan  hubungan
antara vitrous dan opaque  endosperm dengan proporsi masing-masing jenis zein. Secara  umum  telah  disepakati  bahwa  keberadaan
α-zein  dan  β-zein  keduanya penting  dalam  struktur  endosperma  biji  jagung  karena  keduanya  mempunyai
pengaruh  pada  kenampakan  dari  endosperma  dan  kekuatan  biji  ketahanan terhadap  penggilingan,  sebagai  akibat  dari  cara  granula-granula  pati  terkemas
dalam  berbagai  matriks  protein.  Bila  biji  jagung  diletakkan  di  atas  kaca  dan disinari  dari  bawah,  maka  akan  terlihat  bahwa  vitrous  endosperm  cenderung
transparan dan dapat meneruskan cahaya, sedangkan  opaque endosperm nampak berwarna hitam dan tidak dapat meneruskan cahaya.
2.3 Papain
Penggunaan  papain  pada  penelitian  ini  didasarkan  pada  besarnya  potensi tanaman  pepaya  yang  ada  di  Indonesia,  baik  yang  dibudidayakan  oleh  petani
maupun  kelompok  petani  dan  pengusaha  besar.  Data  BPS  2012  menunjukkan luas  areal  tanaman  pepaya  sebesar  11679  Ha  tahun  2012,  tumbuh  5,64  dari
tahun 2011 yang mencapai 11055 Ha.
Papain  merupakan  enzim  proteolitik  pada  getah  pepaya  lateks,  baik batang,  daun,  dan  buahnya.  Nama  lain  papain  adalah  papayatin  atau  vegetable
pepsin karena  mempunyai  mekanisme  kerja  yang  serupa  dengan  pepsin  dan
tripsin dalam kemampuannya mencerna. Berdasarkan Nomenclature Commission The  International  Union  of  Biochemistry
tahun  1978,  nomor  kode  enzim  papain adalah EC3.4.22.2 yang berarti masuk klas utama  hidrolase, subklas enzim yang
mempunyai  keaktifan  spesifik  pada  ikatan  peptida,  sub-subklas  enzim  thiol proteinase
dan mempunyai nomor urut 2dua pada kelompok proteinase Menard dan Storer 1998.
Getah  pepaya  sebagai  sumber  papain  terdapat  pada  semua  bagian  tanaman pepaya  Carica  papaya  Linn  kecuali  pada  akar  dan  biji,  dan  paling  banyak
terdapat  pada  buah  pepaya  muda.  Menurut  Dawson  1998  getah  pepaya  banyak mengandung enzim proteolitik papain dan kimopapain, menurut Suhartono 1992
selain mengandung dua senyawa di atas juga mengandung lisozim. Beberapa hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  pepaya  varietas  semangka  paris  menghasilkan
getah paling banyak, yaitu 221,2 g per lima butir buah selama 14 kali penyadapan.
Getah  yang disadap dari buah pepaya muda akan sangat mudah rusak oleh penyinaran  ultraviolet  dan  kontaminasi  ion-ion  logam  yang  mengkatalisis  proses
oksidasi, sehingga proses penyadapan dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit  dan  pada  sore  hari.  Di  pasaran  dikenal  ada  3  tiga  jenis  papain  yang
diperdagangkan,  yaitu  Papain  kasar  Crude  papain  merupakan  getah  pepaya segar  yang  langsung  dikeringkan  tanpa  perlakuan  sebelumnya,  kecuali
penambahan antioksidan dengan aktifitas proteolitiknya 50-70 Ug. Kedua adalah jenis  papain  bersih  Refined  papain  merupakan  getah  segar  yang  sudah  diberi
perlakuan  seperti  pemisahan  kotoran,  penambahan  antioksidan  dan  dikeringkan menjadi papain dengan aktifitas proteolitiknya 700-1000 Ug. Ketiga adalah jenis
papain murni Pure papain merupakan getah setelah dibersihkan dari benda asing dan zat yang bukan enzim Muhidin 1999.
Untuk  mendapatkan  mutu  papain  kasar  yang  baik,  pengeringan  dilakukan dengan  oven,  cabinet  dryer,  dan  pengering  vakum  pada  suhu  antara  50
–60
O
C selama enam jam. Cara ini lebih baik dibandingkan dengan pengeringan matahari,
karena  tidak  tergantung  pada  cuaca  dan  proses  pengeringan  dapat  lebih  merata Muhidin  1999.  Jagtiani  et  al.  1988  menyatakan  bahwa  pengering  vakum
merupakan  alat  pengering  terbaik  untuk  mengeringkan  papain.  Setelah  proses pengeringan  selesai,  selanjutnya  lapisan  tipis  getah  kering  yang  diperoleh
dihancurkan hingga berbentuk tepung.
Sisi  aktif  papain  adalah  satu  gugus  sulfhidril  -SH  dalam  asam  amino sistein 25 dan histidin 159 yang merupakan bagian utama dalam  proses katalisis.
Berdasarkan  keaktifan  gugus  sulfhidril,  papain  dikelompokkan  menjadi  3  tiga jenis,  yaitu  pertama  papain  aktif  dengan  gugus
–SH  yang  bebas;  kedua  adalah papain inaktif dengan gugus
–SH membentuk ikatan disulfida dengan sistein lain; dan  ketiga  adalah  papain  inaktif  dengan  gugus
–SH  teroksidasi  menjadi  asam sulfenat.  Menurut  Kirsch  2001,  modifikasi  oksidatif  dari  gugus
–RSH  akan membentuk  asam  sulfenat  RSOH,  dan  oksidasi  lebih  lanjut  akan  menghasilkan
asam sulfinat RSO
2
H dan selanjutnya menjadi asam sulfonat RSO
3
H. Dimana reaksi gugus sulfhidril menjadi asam sulfinat dan asam sulfonat dianggap sebagai
reaksi yang tidak dapat balik irreversible, sementara asam sulfenat terlalu reaktif untuk  tetap  bertahan  dan  merupakan  hasil  antara  yang  tidak  stabil  serta  masih
dapat balik reversible.
Untuk  mempertahankan  keaktifan  papain  harus  ditambahkan  antioksidan untuk  mencegah  terjadinya  oksidasi  yang  dapat  menurunkan  aktifitas  proteolitik
papain.  Sedangkan  untuk  mengaktifkan  kembali  perlu  ditambahkan  aktivator. Beberapa  antioksidan  yang  lazim  digunakan  adalah  asam  askorbat,  natrium
hidrogenbisulfit,  dan  natrium  metabisulfit.  Adapun  aktivator  yang  umum digunakan  adalah  sisteina.  Rachdiati  2006  melaporkan  bahwa  panambahan
natrium  metabisulfit  0,01M  pada  pH  4,0  menghasilkan  peningkatan  aktivitas papain  kasar  sebesar  26,56,  dan  penggunaan  sistein  0,04M  pada  pH  6,0
menghasilkan peningkatan aktifitas papain kasar sebesar 78,63.
Kemampuan  proteolitik  papain  tersebut,  menjadikan  papain  banyak digunakan  sebagai  pelunak  daging,  pembuat  konsentrat  protein,  penghidrolisis
protein, pelembut kulit pada industri penyamakan kulit, anti dingin pada industri bir,  sebagai  bahan  baku  obat,  kosmetik  dan  lain-lain.  Distribusi  penggunaan
papain  untuk  industri  di  negara  maju  adalah  untuk  industri  bir  75,  industri daging 10, industri ikan 5, industri makanan lainnya 5, industri farmasi 3,
dan penggunaan lainnya 2.
Sebagai  penghidrolisis  protein,  papain  mempunyai  daya  memecahkan molekul  protein  atau  hidrolisis  protein.  Hidrolisis  protein  tersebut  dapat
berlangsung  pada  pH,  suhu,  kemurnian,  dan  konsentrasi  papain  berada  pada kondisi  yang  tepat  Suhartono  1989.  Hal  ini  sering  digunakan  pada  pembuatan
pepton  dan  asam  amino.  Pada  penelitian  ini  papain  akan  digunakan  untuk memecahkan  matriks  protein  yang  melingkupi  granula  pati  yang  berada  pada
bagian horny endosperm pada biji jagung.
2.4 Mekanisme Pemutusan Ikatan Peptida oleh Papain
Mekanisme  reaksi  papain  dengan  protein  pada  jagung  secara  umum mengikuti persamaan Michaelis Menten, yaitu :