2.6.2. Organisasi Keagamaan
Di Nagarian Kamang Hilia ini memiliki organisasi keagamaan yaitu organisasi Remaja mesjid. Selain itu terdapat juga panti asuhan Aisyiyah yang
telah lama dibangun oleh organisasi mesjid Wustha Kamang. Di Kamang Hilir ini juga memiliki wadah pendidikan keagamaan yaitu MDATPA yang sampai
sekarang masih berjalan dengan tenaga pengajar dari masyarakat Kamang hilir yang telah menyelesaikan pendidikan akademisnya di perguruan tinggi agama.
Organisasi ini hanya fokus kepada pembinaan pelajaran agama untuk anak-anak yang ada di Nagari Kamang hilia dan tidak terkait pada bidang pertanian. Selain
itu terdapat pula MUI yang merupakan wadah perhimpunan para Ulama nagari yang dibentuk berdasarkan hasil musyawarah nagari. Keanggotaan dari organisasi
keagamaan ini ditunjuk secara bersama-sama oleh masyarakat. Setiap masyarakat yang dirasa mampu untuk mengemban tanggung jawab yang diberikan sebagai
anggota organisasi keagamaan bias di jadikan anggota organisasi. MUI menjalankan tugas dan fungsinya khusus dalam bida Syara’ guna
menata kehidupan masyarakat yang sesuai dengan ajaran agama yang ada pada masyarakat Kamang hilia. Secara khusus MUI tidak memiliki peran secara
langsung terhadap kegiatan pertanian di Nagari Kamang Hilia. Namun berbagai aturan-aturan yang dikeluarkan oleh MUI, secara tidak langsung merubah
pemikiran para petani dan berdampak terhadap cara dan pandangan mereka dalam mengelola lahan pertanian.
Seperti contoh perubahan yang terjadi terhadap kepercayaan-kepercayaan berupa berupa hal-hal yang dianggap tabu atau upacara-upacara yang ada dalam
kegiatan pertanian. Tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa kegiatan pertanian yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diturunkan secara turun temurun kepada petani di Nagari Kamang Hilia bertentangan dengan aturan MUI yang berazazkan agama Islam. Diketahui bahwa
semua petani bahkan semua mayarakat di Nagari Kamang Hilia merupakan etnis Minangkabau yang menganut ajaran Islam, maka otomatis aturan-aturan yang
berlaku dalam agama akan mempengaruhi cara dan pandangan hidup mereka, termasuk dalam mengelola pertanian. Dengan demikian terjadi perubahan
terhadap cara dan pandangan petani dalam mengelola pertanian yang memberi dampak terhadap nilai dan makna dari kegiatan pertanian yang mereka lakukan.
2.6.3. Organisasi Adat