rumah, dinding rumah, meja, kursi, dan berbagai alat yang dibutuhkan”, pen.
Tabel 2.2. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Nenek Moyang
No Nama lokal minangkabau
Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi
Padi Oryza sativa
2 Durian
Durian Durio zibethinus
3 Manggis
Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang
Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang
Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo
Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang
Jagung Zea mays
8 Medang
Medang Litsea firma
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.4.2. Zaman Penjajahan
Menurut cerita petani, dari awal terbentukya daerah hingga masuknya kolonial Belanda, masyarakat disini memiliki mata pencarian berupa pertanian.
Tidak banyak perubahan yang terjadi pada zaman penjajahan. Petani masih menggunakan cara yang sama dalam mengelola lahan pertanian. Kesimpulan ini
diambil oleh peneliti karena, dalam proses wawancara peneliti tidak menemukan data dari informan yang menjelaskan perubahan yang terjadi dalam bidang
pertanian. Hanya saja petani mulai menanam jenis tanaman berupa kopi dan sirih. Seperti yang diutarakan oleh Buk Asnidar: “wakatu zaman Balando sisuak inyiak
kami lai jo batanam sirih, kopi jo cangkeh” Pada zaman Belanda dulu, nenek kami juga menanam sirih, kopi dan cengkeh”, pen.
Jadi, paada masa ini jenis pertaniannya berupa padi, kopi, jagung, ubi- ubian, dan sirih. Sementara hutan di Nagari Kamang Hilia tatap menghasilkan
kayu-kayuan seperti surian, bayur, medang, kayu balam, Bangka, dan sebagainya. Sedangkan untuk tanaman buah-buahan petani tetap mengelola durian, manggis,
ambacang, kepundung, dan ambacang. Pada masa ini, hasil pertanian dan hutan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang ada di Nagari Kamang Hilia, hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari- hari.Lebih jelas akan dicantumkan dalam table dibawah ini :
Tabel 2.3. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Penjajahan
No Nama lokal minangkabau
Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi
Padi Oryza sativa
2 Durian
Durian Durio zibethinus
3 Manggis
Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang
Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang
Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo
Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang
Jagung Zea mays
8 Medang
Medang Litsea firma
9 Bangka
Bakau Rhizophora
10 Bayua
Bayur Pterospermum
11 Surian
Surian Toona Sureni
12 Kopi
Kopi Coffea canephora
13 Cangkeh
Cengkeh Eugenia Aromatica
14 Siriah
Sirih Piper betle
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.4.3. Zaman Kemerdekaan hingga Sekarang
Perubahan dan perkembangan terhadap Nagari Kamang Hilir juga mempengaruhi perkembangan pada pertaniannya, baik pertanian berupa sawah
maupun pertanian ladang. Perkembangan yang terjadi pada pertanian di Nagari Kamang Hilia selalu dikaitkan dengan aturan-aturan atau nilai-nilai adat karena
petani masyarakat yang menjadi petani di daerah ini dalam hidupnya berpedoman dengan adat yang mengatur kehidupan mereka. Ini bisa dilihat dari istilah yang
dikutip dari Monografi Nagari Kamang 1979 :
“Nagari Kamang Hilir alamnyo barjo-rajo, penghulu basa nan barampek, gadang sandirinyo, turun tamurun. Sarupo
itu suriah, barih dan balabeh dari dahulunyo. ibaraik “karambia tumbuah di matonyo”, “Nagari Kamang Hilir
alamnya punya raja-raja, penghulu basa yang berempat, besar sendirinya, turun temurun, demikian cerita dari
dahulunya dengan istilah kelapa tumbuh di matanya”. pen
.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Barih dan balabeh, bajanjang naiak batanggo turun menurut adat, dalam paruit ado tuonyo, itulah penghulu
bungka nan tangah delapan puluah, kamnpuang ban an tuo, rumah batungganai”, “cerita dari dahulunya, berjenjang
naik bertangga turun menurut adat, dalam perut ada tuanya, itulah penghulu bungka yang tengah delapan puluh,
kampung yang tua, rumah bertungganai”. pen.
Maksudnya adalah segala sesuatu yang ada di Nagari Kamang Hilia baik itu alamnya merupakan bagian dari nagari yang diatur oleh pemimpin nagari.
Pemimpin nagari akan membentuk sebuah wadah sebagai sarana masyarakat termasuk petani untuk membahas segala sesutu yang berhubungan dengan
perkembangan nagari termasuk bidang pertanian. Melalui ide dari individual petani, akan dibicarakannya sesama petani karena setiap perubahan yang terjadi
pada satu lahan pertanian dapat mempengaruhi lahan lainnya, kemudian secara bersama-sama akan dimusyawarahkan melalui wadah yang disediakan oleh
pemimpin nagari untuk bermusyawarah. Jadi segala sesuatu yang berkembang di Nagari Kamang Hilir dapat terjadi apabila telah terjadi kesepakatan bersama oleh
masyarakatnya tidak terkecuali pertanian. Jenis tanaman yang ada di Nagari Kamang Hilia pada masa ini adalah
jenis tanaman yang telah dikelola oleh petani sebelum mereka. namun pada masa ini masyarakat sudah mulai berani untuk menerima segala perkembangan yang
ada dibidang pertanian. Dengan kemauan untuk menerima tersebut, terjadi perkembangan dalam beberapa jenis pertanian yang dikelola oleh petani Nagari
Kamang Hilia. Selain jenis tanaman yang sudah ada pada masa sebelumnya, dari hasil observasi dan wawancara peneliti juga menemukan beberapa jenis tanaman
yang juga ditanam oleh petani di nagari Kamang Hilia seperti cengkeh, kelapa, sirih, jambu air, jambu biji, nangka, dan rambutan. Namun tanaman tersebut tidak
dikembangkan oleh petani sebagai tanaman budidaya mereka. Untuk hasil hutan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di Nagari Kamang Hilia tetap menghasilkan jenis kayu yang sama pada periode- periode sebelumnya berupa surian, bayur, medang, kayu balam, Bangka, dan
sebagainya. Dari data buku Monografi Nagari Kamang 1979, sekitar tahun 1962 para
petani mulai menanam jeruk manis. Penanaman jeruk manis ini dipelopori oleh Bapak Atnan Sutan Samiak. Perkembangan tanaman jeruk manis sangat dirasakan
oleh petani saat itu. Hingga tahun 19781979, areal penanaman jeruk manis meningkat hingga mencapai luas 40 Ha dengan jumlah tanaman 15.000 batang.
Dari seluruh jumlah tanaman jeruk manis tersebut, sekitar 10.000 batang telah dapat dipanen. Produksi rata-rata perbatang mencapai 50 kgtahun. Menurut
petani saat itu, bertambahnya usia tanaman akan menambah tingkat produksi pada tanaman jeruk tersebut. Sehingga setiap bulan produksi tanaman jeruk tersebut
terus meningkat. Pada mulanya pemasaran jeruk manis ini adalah sekitar daerah Bukittinggi dan kabupaten Agam. Namun akhirnya pemasaran jeruk manis ini
mencapai daerah Sumatera Utara dan Jakarta Monografi Nagari Kamang, hal 25.
Untuk pertanian padi sawah, dahulunya petani hanya melakukan proses pengelolaan padi sawah satu kali dalam setahun. Sekitar tahun 1970-an, para
petani dengan perlahan mulai memahami dan mengerti dalam melaksanakan panca usaha tani yang dibantu oleh program pemerintah pada masa itu. Melalui
pemimpin adat, petani mulai bermusyawarah dan menentukan kesepakatan untuk menjalankan dan menggunakan perkembangan dalam bidang pertanian pada saat
itu. Setelah mencapapai kesepakatan dalam musyawarah, para petani mulai menjalankan dan bersosialisasi sesama mereka untuk lebih mengembangkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertanian padi baik padi sawah maupun padi ladang didaerah
mereka. Secara perlahan, seorang demi seorang dari
petani telah berani untuk menggunakan berbagai bentuk
hal baru dalam pertanian mereka berupa penggunaan
pupuk buatan dan alat-alat pertanian yang dapat membantu dalam kegiatan pertanian, sehingga para petani
bisa panen hingga dua kali setahun dengan hasil yang sangat memuaskan. Perkembangan yang mereka terima dan lakukan tersebut mulai terasa
hasilnya pada sekitar tahun 1979 karena pada masa tersebut produksi padi mereka sampai pada tingkat kelebihan produksi. Dapat dilihat dari data Monografi Nagari
Kamang Kecamatan Tilatang Kamang tahun 1979 yang menjelaskan bahwa hasil produksi padi pada akhir tahun 1978 setelah petani melakukan program
pemerintah dalam bentuk Panca Uasa Tani, BIMAS dan IMAS adalah untuk sawah yang masih melakukan panen 1x setahun seluas 250 Ha menghasilkan
892,5 ton padi dan untuk sawah yang telah melakukan panen 2x setahun seluas 100 Ha menghasilkan 900 ton padi, maka total panenya adalah 1792,5 ton padi
Monografi Nagari Kamang, hal 23.
BOX 2.8 Pengetahuan Petani Nagari Kamang Hilia
Dalam Memperkirakan Hasil Panen
Menurut pengetahuan petani Nagari Kamang Hilia, biasanya jumlah beras yang didapatkan
adalah setengah dari jumlah padi setelah di panen. Hal ini mereka peroleh dari pengetahuan berupa
terjadi penyusutan berat terhadap padi setelah dijemur dan pemisahan kulit padi dengan isinya.
Setelah padi dijemur dan dirasakan sudah siap untuk diolah menjadi beras, biasanya petani mendapatkan
hasil berupa I karung padi akan menjadi setengah karung beras. Jadi petani menyimpulkan bahwa
hasil beras yang mereka dapat setelah panen diperkirakan lebih kurang setengah dari jumlah padi
yang didapat.
Sumber: wawancara dengan beberapa petani di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kebutuhan makan penduduk pada waktu itu, setiap 1 orang diperkirakan membutuhkan beras sekitar 144 kg pertahunnya. Sedangkan jumlah produksi
beras pada waktu itu 50 dari 1792,5 ton padi adalah 896,25 ton beras. Jadi kebutuhan penduduk secara keseluruhan pada waktu itu 144 Kg beras dikali 5614
jiwa dari penduduk adalah 808,4 ton beras pertahunnya. Sehingga pada waktu itu terjadi kelebihan produksi sekitar 896,25 ton beras hasil panen setahun
dikurangkan 808,4 ton beras yang dibutuhkan dalam setahun adalah 89,85 ton pertahun Monografi Nagari Kamang Kecamatan Tilatang Kamang 1979, hal 23.
Dengan demikian para petani sangat merasakan keuntungan-keuntungan dari perkembangan-perkembangan di bidang pertanian yang mereka lakukan pada
waktu itu. Sehingga semenjak itu hingga sekarang, para petani Nagari Kamang Hilia mulai terbuka dan mau menggunakan teknologi yang berkembang dalam
bidang pertanian. Selain ingin mendapatkan hasil produksi yang lebih maksimal, petani juga menyatakan bahwa perkembangan tersebut dapat membantu
perkembangan pengetahuan mereka dalam mengelola pertanian. Disamping budidaya padi, petani juga mengembangkan tanaman coklat
kakao semenjak tahun 1990 yang luas arelanya saat ini sekitar 115 Ha tersebar diseluruh Jorong Kamang Hilia. Menurut petani, tanaman ini juga dapat
meningkatkan perekonomian petani karena harganya yang cukup tinggi dipasaran. Selanjutnya coklat, petani Kamang Hilia juga mencoba budidaya tanaman cabe.
Hingga sekarang, beberapa petani masih mempertahankan bididaya cabe. Pada lahan konversi dari sawah menjadi ladang, tanaman cabe merupakan salah satu
tanaman favorit petani selain jagung atau kacang tanah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selain tanaman diatas, Nagari Kamang Hilia juga terkenal dengan tanaman khasnya berupa Manggis Kamang dengan hasil produksinya permusim lebih
kurang 30 ton dari sekitar 800 batang yang tertanam pada lahan seluas 7,5 Ha. Durian Kamang dengan hasil produksinya permusim lebih kurang 50 ton dari
sekitar 2000 batang yang tertanam pada lahan seluas 20 Ha. Khusus untuk durian, apabila musim panennya tiba, banyak sekali masyarakat dari luar desa bahakan
luar kota yang datang ke daerah Kamang Hilia untuk mencicipi Durian Kamang. Tidak heran jika harga durian pada musimnya melonjak naik dan harga tersebut
tidak mengurangi minat pelanggan karena rasa yang disuguhkan sangat memuaskan.
Selanjutnya pada tahun 2009, program PNPM mengadakan pelatihan budidaya Jamur Tiram pada kelompak wanita tani di Jorong Ladang Darek. Hasil
dari program tersebut telah memberikan keterampilan bagi petani wanita dalam mengembangkan jamur tiram yang pemasarannya telah sampai keluar daerah
seperti Pekan Baru dan Batam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2.4. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia pada Era Kemerdekaan Hingga Sekarang
No Nama lokal minangkabau
Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi
Padi Oryza sativa
2 Durian
Durian Durio zibethinus
3 Manggis
Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang
Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang
Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo
Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang
Jagung Zea mays
8 Medang
Medang Litsea firma
9 Bangka
Bakau Rhizophora
10 Bayua
Bayur Pterospermum
11 Surian
Surian Toona Sureni
12 Kopi
Kopi Coffea canephora
13 Cangkeh
Cengkeh Eugenia Aromatica
14 Siriah
Sirih Piper betle
15 Coklat
Coklat Theobroma Cacao
16 Jambu
Jambu Air Syzygium Aqueum
17 Baweh
Jambu Biji Psidium Guajava
18 Karambia
Kelapa Cocos Nucifera
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.5. Sarana Prasarana di Nagari Kamang Hilia