Jorong Dalam Koto, sawah guguak rangpisang dan koto kaciak di Jorong Guguak Rangpisang.
Sumber irigasi pertanian sawah Nagari Kamang Hilir berasal dari sungai yang melintas di nagari ini dan beberapa sumber mata air pegunungan yang ada.
Masyarakat menyebut sungai tersebut dengan sebutan Batang Agam. Sungai Batang Agam melintas di beberapa jorong yang ada yaitu, Jorong Joho dengan
sebutan Agam Joho, menelusuri Jorong IV Kampuang yang bernama Agam Taluak, terus ke Jorong Bancah yang disebut Agam Bancah, masuk ke Jorong
Binu yang disebut Agam Binu, hingga melewati Jorong Solok hingga Jorong Guguak Rangpisang.
Air yang mengalir dari sungai Batang Agam beserta beberapa mata air pegunungan yang ada keseluruh areal persawahan melalui anak-anak sungai dan
Bandar-bandar yang dibuat oleh petani. Irigasi pertanian sawah ini sudah mulai dikelola agar bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani Kamang Hilia.
Dibantu pemerintah, petani telah membangun beberapa bendungan untuk mengatur penyebaran air ke lahan pertanian sawah mereka.
2.4. Sejarah Pertanian
2.4.1 Zaman Nenek Moyang
Sejarah pertanian Nagari Kamang Hilia berkaitan erat dengan sejarah terbentuknya Nagari Kamang Hilia. Dilihat dari letak-letak areal pertanian
sekarang ini, dahulunya petani yang memulai pertanian di daerah Nagari Kamang Hilia membuka lahan pertanian berdekatan dengan sumber air. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak Zamzani
28
28
Bapak Zamzani 65 tahun merupakan alah seorang petani yang tinggal di Jorong Pintu Koto.
bahwa:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Sawah kami ko dakek agam, kok parak yo arah karimbo. Sawah jo parak nan kami karajoan ko pusako dari nenek
moyang. Turun tamurun diagiahan ka anak cucu” “sawah kami berada dekat dengan sungai, sedangkan ladang berada
di hutan. Sawah dan ladang yang kami olah merupakan pusaka dari nenek moyang. Diberikan secara turun-temurun
kepada anak cucu”, pen.
Dahulunya petani Nagari Kamang Hilia menentukan posisi lahan pertanian berupa tanah-tanah yang berada disekitar sumber air, dengan alasan
mempermudah petani mendapatkan pasokan air untuk pengelolaan lahan pertanian. Selain itu para petani juga menganggap tanah yang berada di dekat
sumber air merupakan salah satu tanah yang subur untuk dijadikan lahan pertanian. Seperti yang dikatakan oleh Ibuk Asnidar
29
Jenis tanaman pada masa ini berupa tanaman padi untuk persawahan. Informasi mengenai jenis tanaman padi sawah ini didapat karena lahan sawah
:
“Tanah dakek agam jo rimbo ko rancak dijadian tampek batanam. Tanahnyo ndak kareh ndek baraia. Kok paralu aia
sudah batanam, sanang lo wak mandapekannyo” “tanah yang berada di sekitar sungai dan hutan sangat bagus untuk
dijadikan lahan pertanian. Tanahnya tidak keras dan mengandung banyak air. apabila memerlukan air setelah
bercocok tanam, tidak akan sulit untuk mendapatkannya”, pen.
Menggunakan pengetahuan yang dimiliki, petani dahulu mengolah tanah disekitar sungai menjadi areal persawahan. Untuk areal ladang mereka lebih
memilih daerah hutan yang dekat dengan mata air. Mengenai tingkat kesuburan tanah menurut petani di nagari Kamang Hilia, akan lebih dijelaskan pada Bab
mengenai Pengetahuan Petani Mengenai Tanah. Pengetahuan untuk menjaga dan merawat lahan pertanian mereka turunkan kepada anak cucu. Sehingga lahan-
lahan pertanian tersebut tetap terjaga hingga sekarang ini.
29
Ibuk Asnidar 65 tahun merupakan alah seorang petani yang tinggal di Jorong Pintu Koto.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang ada di Nagari Kamang Hilia telah ada semenjak nenek moyang masyarakat Nagari Kamang membuka daerah ini. Jenis padi yang dikembangkan pada
pertanian padi sawah adalah padi kuriak kusuik dan padi putiah. Bapak Zamzani mengutarakan bahwa :
“Nyiak aki ndak lo tau pasti sajak bilo ado padi kuriak kusuik jo padi putiah ko. Sajak sisuak inyiak-inyiak kami lah
mananam padi padi kuriak kusiak jo padi putiah. Kok a nan dipelajari dalam iduik ko, nan urang wak ko kan manuruik
sen a nan dikecekan niniak mamak. Ndek niniak mamak sagalo nan paralu di iduik ko baturunan ka anak cucu.
Bantuak tu lo nan bahubungan jo kasawah. Itu nan kami turuikan hinggo kini”, “kakek tidak begitu tahu dengan
pasti kapan padi jenis kuriak kusik dan padi putiah ini ada. Semenjak dulu nenek moyang kami telah menanam jenis
padi kuriak kusuik dan padi putiah. Apa pun yang dipelajari dalam kehidupan, bagi orang kita akan selalu menurut
dengan apa yang diajarkan oleh nenek moyang. Oleh nenek moyang, segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan
kehidupan selalu diturunkan kepada anak cucu. Termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan sawah. Itulah yang
kami ikuti hingga sekarang”, pen.
Dari pernyataan beliau tersebut tersirat bahwa petani di Nagari Kamang Hilia berpegang kepada ajaran-ajaran atau aturan-aturan yang diberikan oleh
nenek moyang mereka. Tidak terkecuali dalam pemilihan banyiah. Ibuk Asnidar turut mengutarakan pendapat beliau dalam mempertahankan jenis padi kuriak
kusuik dan padi putiah, berupa :
“Padi kuriak kusuik jo padi putiah bakambang dikampuang wak ko ndek sejak sisuak urang lah mananamnyo. Baa nan
ka rancak tuak hasia padi ko urang wak lah paham bana. A nan patuik dikarajoan supayo rancak hasia padi ko, urang
wak lah tau. Lah babagai pangalaman-pangalaman yang dapek ndek urang wak katiko mananam padi ko. Makonyo
urang wak namuah batahan mananamnyo”, “padi kuriak kusuik dan padi putiah berkembang dikampung ini karena
semenjak dahulu orang kita sudah menanamnya. Apapun yang terbaik untuk hasil padi ini, orang kita sudah sangat
memahaminya. Orang kita sudah mengetahui apa yang harus dikerjakan untuk mencapai hasil yang bagus terhadap jenis
padi ini. sudah sangat banyak pengalaman yang diperoleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
oleh orang kita dalam menanam padi jenis ini. karena itu orang disini tetap bertahan untuk menanamnya”, pen.
Pernyataan petani-petani di Nagari Kamang Hilia menjelaskan bahwa kedua jenis padi tersebut telah ada semenjak dahulunya hingga sekarang tetap
dipertahankan dan dikembangkan di Nagari Kamang Hilia. Tata cara pengembangan banyiah dari jenis padi kuriak kusuik dan padi putiah pun
diwariskan secara turun temurun oleh petani di Nagari Kamang Hilia. Sehingga petani merasa memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih dalam mengelola jenis
padi kuriak kusuik da padi putiah. Pengalaman dan pengetahuan lebih tersebut yang nantinya akan dijadikan modal untuk mendapatkan hasil yang lebih
maksimal pada saat panen. Sedangkan areal ladang jenis tanaman yang ditanam berupa padi ladang,
ubi kayu, jagung, durian, kepunduang, manggis, dan jenis mangga berupa ambacang.Untuk jenis tanaman berupa jagung dan ubi kayu didapat dari
wawancara dengan informan yaitu Bapak Zamzani yang menyatakan, bahwa :
“Kecek inyiak yiak aki, urang sisuak ndak padi sen yang dimakannyo doh, kadang kapelo kok ndak jaguang”. Kok
padi sen yang arokan ndak bisa doh. Urang kasawah sakali sataunnyo, samantaro wak badunsanak banyak. Kok nan
tagalong rang kayo banyak sawah, mungkin lai tacukuik i”, “kata kakeknya kakek, orang dulu tidak hanya memakan
padi, namun mereka juga memakan Ubi kayu, terkadang juga memakan jagung. Tidak bisa hanya mengharapkan
padi. Dulu orang mengelola sawah hanya sekali setaun, sementara kita memiliki kerabat yang banyak. Bagi keluarga
yang tergolong kaya memiliki banyak sawah, mungkin saja sawah tersebut bias mencukupi kebutuhannya”, pen.
Dari pernyataan beliau diatas, sekaligus menginformasikan bahwa dahulunya petani Nagari Kamang Melakukan kegiatan pengelolaan padi sawah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya 1 satu kali dalam setahun. Sementara untuk buah-buahan Bapak Basa
30
Sedangkan hutan di Nagari Kamang Hilia menghasilkan kayu-kayu seperti surian, bayur, medang, dan bangka. Tanaman yang berada di hutan ini digunakan
oleh masyarakat Nagari Kamang Hilia pada waktu itu untuk membuat rumah dan perabotan rumah tangga. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Kayo
menyatakan bahwa :
”Dulu diparak nyiak aki lai kapunduang, ambacang, durian jo manggih. Kecek inyiak nyiak aki dulu, sejak sisuak
dikampuang wak ko lah ado buah ko. Kok durian jo manggih kampuang wak ko tanamo dari sisuak. Banyak jo
batang-batang durian jo manggih nan lah tuo di kampuang wak. Kok mati durian jo manggih ko, barusaho urang wak
ko mananamnyo liak. Ndek inyiak-inyiak sisuak, disuruahnyo anak cucunyo mananamnyo taruih.” “dulu di
ladang kakek terdapat buah menteng, ambacang, durian, dan manggis. Kata kakeknya kakek, buah-buah ini sudah ada
semenjak dulunya. Untuk durian dan Manggis kampung kita ini terkenal dari dulu. Masih terdapat pohon durian dan
manggis yang telah berumur tua di kampung kita. Jika durian dan manggis ini mati, maka orang kampong kita akan
menanamnya kembali. Bagi nenek-nenek dulu, mereka menyuruh anak cucu untuk menanamnya secara terus
menerus”, pen.
31
“Rumah-rumah di kampuang wak ko dulu kan rumah gadang. Di rumah gadang tu wak tingga saparuik. Sisuak
rumah gadang ko dari kayu. Kok a isinyo pun dari kayu. Urang sisuak nyari kayu ka rimbo. Di rimbo wak ko dari
sisuak banyak kayu surian, bayua, medang, jo bangka. Kayu tu lai nan dijadian tunggak rumah, dindiang rumah, meja,
kursi, pokoknyo ma yang ka amuah dipagunoan lah”, “rumah-rumah di kampung kita ini dahulunya rata-rata
rumah gadang
:
32
30
Bapak Basa 32 tahun merupakan alah seorang petani yang tinggal di Jorong Batu Baraguang.
31
Bapak Kayo 60 tahun merupakan seorang petani sekaligus pengrajit perabotan rumah tangga yang tinggal di Jorong V Kampuang.
32
Rumah Gadang merupakan rumah tradisional suku Minangkabau.
. Dirumah gadang ini tinggal orang-orang satu kerabat. Rumah gadang dahulu terbuat dari kayu.
Berbagai isinya pun terbuat dri kayu. Orang dulu mencari kayu ke hutan. Dihutan kita ini semenjak dahulu banyak
terdapat kayu jenis surian, bayua, medang, dan bangka. Kayu-kayu tersebut ada yang dipergunakan sebagai tiang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rumah, dinding rumah, meja, kursi, dan berbagai alat yang dibutuhkan”, pen.
Tabel 2.2. Jenis tanaman di Nagari Kamang Hilia Zaman Nenek Moyang
No Nama lokal minangkabau
Bahasa indonesia Bahasa latin
1 Padi
Padi Oryza sativa
2 Durian
Durian Durio zibethinus
3 Manggis
Manggis Garcinia mangostana
4 Kapunduang
Buah Menteng Baccaurea racemosa
5 Ambacang
Kuwini Mangifera indica
6 Kapelo
Ubi Kayu Manihot esculenta
7 Jaguang
Jagung Zea mays
8 Medang
Medang Litsea firma
Sumber: Wawancara dengan warga dan hasil penelususan internet untuk bahasa latin
2.4.2. Zaman Penjajahan