Sawah Pusako Status Kepemilikan Sawah

BAB IV KEARIFAN LOKAL DALAM PERTANIAN PADI SAWAH

DI NAGARI KAMANG HILIA

4.1. Kearifan Lokal yang Masih di Pertahankan

4.1.1. Status Kepemilikan Sawah

Sawah yang dikelola petani di Nagari Kamang Hilia merupakan sawah yang didapat dari warisan keluarga, kepemilikan bersama, atau dengan menerima sawah gadaian. Namun pada dasarnya, sawah-sawah yang dikelola petani merupakan harta pusaka yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang. Namun dalam kondisi tertentu, sifat-sifat kepemilikan sawah tersebut menjadi berubah. Perubahan kepemilikan sawah tidak terjadi begitu saja, tetapi terdapat berbagai aturan yang telah ada semenjak zaman nenek moyang petani di Nagari Kamang Hilia. Berbagai aturan yang ada tersebut dijadikan pedoman untuk membimbing petani dalam meminimalisir berbagai konflik terhadap kepemilikan sawah.

A. Sawah Pusako

Petani di Nagari Kamang Hilia merupakan etnis minangkabau dengan sistim kekerabatan matrilineal. Sistim kekerabatan matrilineal merupakan sistim kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu perempuan. Pada sistim kekerabatan matrilineal harta benda yang diwariskan secara turun temurun juga jatuh kepada keturunan dari pihak ibu. Harta warisan tersebut disebut dengan harato pusako. Begitu pula halnya dengan sawah yang diwariskan secara turun temurun disebut dengan sawah pusako. Kebijakan terhadap sawah pusako ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA telah ada semenjak zaman nenek moyang petani di Nagari Kamang Hilia mulai mengelola lahan pertanian padi sawah di daerah ini. Kebijakan terhadap sawah pusako tersebut diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Petani di Nagari Kamang Hilia sekarang ini masih mempertahankan dan mengikuti kebijakan yang ada dalam sawah pusako. Dalam mewariskan sawah pusako, petani di Nagari Kamang Hilia mengikuti aturan dalam pembagian harato pusako, dimana akan dibedakan menjadi 2 dua kelompok, yaitu pusako tinggi dan pusako randah. Sawah pusako tinggi merupakan sawah yang dimiliki oleh suatu kaum dan diwariskan secara turun temurun kepada anak yang mempunyai hubungan darah dari garis keturunan ibu. Aturan yang berlaku pada sawah pusako tinggi berupa, anak perempuan bisa memiliki hak kepemilikan sepenuhnya hingga diwariskan lagi kepada anak perempuannya. Sementara bagi anak laki-laki tidak mempunyai hak kepemilikan, sehingga tidak mempunyai hak untuk mewariskan kepada keturunannya. Anak laki-laki hanya memiliki hak garap dan boleh mengambil hasil sesuai dengan usahanya dalam mengelola sawah tersebut. Jika anak laki-laki tersebut tidak mampu lagi mengelolanya, maka sawah tersebut akan jatuh kepada saudara perempuan atau anak saudara perempuannya. Namun terdapat pengecualian terhadap keluarga yang tergolong pudua. Pudua pada masyarakat Nagari Kamang Hilia merupakan sebuah keluarga yang benar-benar tidak memiliki keturunan perempuan, sehingga tidak bisa melanjutkan garis keturunan dan mewariskan harta warisan. Sehingga sawah pusako tinggi tinggi tersebut boleh disedekahkan atau dijual oleh keturunan terakhir yang memegang kepemilikan sawah. Hal ini bertujuan untuk mencegah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA timbulnya konflik-konflik akibat perebutan kepemilikan sawah pusako tinggi oleh pihak anak maupun pihak kerabat lain yang merasa juga memiliki hak terhadap tanah tersebut. Sepeti yang dijelaskan oleh Ibuk Rahmi, berupa : “Sawah pusako tinggi ko sawah suatu kaum nan diwarisan ka anak-anak yang punyo hubungan darah jo amaknyo. Anak padusi punyo hak untuk mawarisan sawah pusako tinggi ka anak nyo. Samantaro Anak laki- laki ndak buliah mawarisan ka anak-anaknyo, tapi buliah untuak maolahnyo sajo. Biko hasia dari sawah pusako tinggi tu diambiak sasuai jo usahonyo manjadian sawah. kalau lah ndak talok anak laki-laki ko lai, sawah tu jatuah ka dunsanak padusinyo atau kamanakannyo. Untuak urang nan tagolong pudua, sawah pusako tinggi buliah ditarimo ndek anak laki-laki”, “sawah pusako tinggi merupakan sawah suatu kaum yang diwariskan kepada anak perempuan yang mempunyai hubungan darah dengan ibunya. Anak perempuan mempunyai hak untuk mewariskan kepada anak-anaknya. Sementara anak laki-laki tidak boleh mewariskan kepada anak- anaknya, tetapi hanya diperbolehkan untuk mengelolanya saja. Hasilnya nanti akan diambil sesuai dengan usahanya dalam mengelola sawah tersebut. Jika anak laki-laki tersebut tidak sanggup lagi untuk mengelolanya, maka sawah tersebut akan jatuh kepada saudara perempuan atau keponakannya. Untuk keluarga yang tergolong pudua, sawah pusako tinggi boleh diwariskan sepenuhnya kepada anak laki-laki”, pen. Sawah pusako randah merupakan sawah yang didapatkan dari hasil mata pencarian orang tua dan diwariskan secara turun kepada anak sesuai kebijakan dari orang tua yang mewariskannya. Untuk sawah pusako randah ini, biasanya para orang tua telah membagi hak kepemilikannya terlebih dahulu sebelum diwariskan kepada anak-anaknya. Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir munculnya konflik dalam memperebutkan sawah pusako randah tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ibuk Rahmi, berupa : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Sawah pusako randah ko sawah hasia pancarian urang gaek. Sawah ko biasonya dibagian sacaro marato ka anak-anak. Satiok anak punyo hak nan samo untuak manarimo sawah pusako randah ko”, “sawah pusako randah merupakan sawah hasil pencarian orang tua. Sawah tersebut biasanya dibagikan secara merata kepada anak-anak. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk menerima sawah pusako randah tersebut”, pen. Terdapat kepercayaan pada petani di Nagari Kamang Hilia bahwa sawah pusako tersebut merupakan sawah yang disumpah oleh nenek moyang. Dimana sumpah yang dilakukan nenek moyang tersebut mengingatkan petani dalam menjaga sawah pusako yang diwariskan. Petani percaya bahwa, pelanggaran terhadap kebijakan yang ada pada sawah pusako akan berdampak buruk terhadap kehidupannya. Dampak buruk tersebut dianggap sebagai kutukan atau bala yang disebabkan oleh sumpah yang telah diikrarkan oleh nenek moyang petani. Sehingga petani Nagari Kamang Hilia sangat loyal terhadap sawah yang diwariskan oleh keluarganya. Selanjutnya kebijakan yang ada pada sawah pusako memiliki nilai-nilai yang membimbing petani dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Nilai yang terkandung dalam kebijakan sawah pusako adalah lambang kekerabatan pada masyarakat Nagari Kamang Hilia. Sawah pusako tidak hanya berfungsi dalam membantu petani untuk memenuhi perekonomiannya, tetapi sebagai pengingat bahwa mereka terikat kedalam satu kekerabatan. Sehingga, mendorong petani untuk selalu menjalin sebuah komunikasi dan hubungan yang baik dalam ikatan kekerabatan. Terjalinnya hubungan baik bisa membantu petani untuk mengingat posisinya dalam sistim kekerabatan, sehingga petani tersebut dapat mengetahui hak dan kewajiban sebagai satu keluarga dalam kekerabatan. Sehingga tidak aka nada lagi rasa takut terhadap terlantarnya kehidupan anak cucu UNIVERSITAS SUMATERA UTARA petani di Nagari Kamang Hilia. Ibuk Asnidar mengungkapkan mengenai nilai sawah pusako dalam kekerabatan bagi beliau, berupa : “Sawah yang ambo punyo ko harato pusako yang didapek sacaro turun-tamurun. Ambo mandapekan sawah ko dari amak ambo, amak ambo dapek dari nenek ambo, mode tu taruih kaatehnyo. Dari situ wak bisa tau katurunan wak ko dari ma. Kalau wak lah tau sia nenek moyang wak, tu bisa wak mancaliak apo sen harato nan liau punyo dan dibagian anak cucu. Dari sawah yang yang lah baturunan tu wak bisa tau karik-karik wak, sahinggo wak masih bisa bahubungan. Salain tu, hasia sawah yang wak karajoan ko, ndak bulek untuak wak sen doh. Masalahnyo di Nagari wak ko, tangguang jawab tu ndak sekedar ka anak sen doh, tapi ado lo kamanakan yang harus wak paratian. Jadi, kamanakan wak tu berhak lo marasoan hasia sawah yang marupoan harato pusako ko” “sawah saya ini merupakan harta pusaka yang didapatkan secara turun-temurun. Saya mendapatkan sawah ini dari ibu saya, ibu saya mendapatkannya dari nenek saya, dan begitu seterusnya. Dari situ kita bisa mengetahui dari mana keturunan kita ini. jika kita telah mengetahui siapa nenek moyang kita, maka kita dapat mengetahui semua harata yang beliau miliki dan bagikan kepada anak cucu. Dari sawah-sawah yang telah beliau bagikan tersebut, kita dapat mengetahui siapa saja yang termasuk kerabat, sehingga kita masih bisa untuk saling berhubungan. Selain itu, hasil dari sawah yang kita olah tidak boleh dinikmati sendiri. Soalnya di nagari kita ini, tanggung jawab tidak hanya kepada anak melainkan terdapat keponakan yang harus diperhatikan. Jadi, keponakan tersebut juga berhak menikmati hasil sawah yang merupakan salah satu dari harta pusaka”, pen.

B. Manggadaian Sawah

Dokumen yang terkait

Fungsi Permainan Berburu Babi Pada Masyarakat Minangkabau (Studi Deskriptif di Kanagarian Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam)

9 415 107

ANALISIS JARINGAN PERDAGANGAN PADI DAN BERAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

2 6 15

Budaya Politik Masyarakat Minangkabau (Studi di Nagari Kamang Mudik Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam).

0 0 1

SOSIALISASI POLITIK DALAM MASYARAKAT NAGARI KAPAU KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM.

0 0 9

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH BUAH KAKAO SEBAGAI PUPUK ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN DI NAGARI KAMANG HILIR KECAMATAN KAMANG MAGEK KABUPATEN AGAM.

0 0 9

Usaha Kerupuk Ubi Serta Pengaruhnya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (studi kasus di Nagari Kamang Hilir Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam).

0 0 7

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL SAWAH DI KECAMATAN KAMANG MAGEK KABUPATEN AGAM.

0 0 8

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI KAMANG HILIA 2.1. Identifikasi Nagari Kamang Hilia 2.1.2. Letak dan Akses Menuju Nagari Kamang Hilia - Kearifan Lokal Petani Dalam Pengelolaan Sawah Di Nagari Kamang Hilir Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Sumatera Barat

0 2 49

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Kearifan Lokal Petani Dalam Pengelolaan Sawah Di Nagari Kamang Hilir Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Sumatera Barat

0 3 21

Kearifan Lokal Petani Dalam Pengelolaan Sawah Di Nagari Kamang Hilir Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Sumatera Barat

0 2 12