Kemiringan Lereng LS Faktor Tutupan Lahan C dan Konservasi Tanah P

Tabel 2.1 Nilai K untuk berbagai jenis tanah Orde Sub Orde Great-Group K Inceptisols EPT Andepts Dystrandepts 0,320 Eutrandepts 0,250 Hydrandepts 0,320 Tropepts Dystropepts 0,073 Eutropepts 0,073 Aquepts Tropaquepts 0,251 Entisols ENT Aquents Hydraquents 0,168 Sulfaquents 0,168 Tropaquents 0,214 Fluvents Troplofluvents 0,215 Sumber : Rauf,2011 dan BPDAS Wampu – Ular – Padang, 2013

2.3.3 Kemiringan Lereng LS

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Semakin miring suatu lahan dan semakin panjang lereng maka erosi akan semakin besar. Evaluasi garis kontur dari peta DEM-SRTM Digital Elevation Model-Shuttle Radar Topographic Mission akan menghasilkan peta kemiringan lereng yang dianalisis menggunakan perangkat lunak Global Mapper Versi 11.0 dan ArcView 3.3. Dalam pembuatan nilai indeks panjang dan kemiringan lereng LS ini hanya ditentukan berdasarkan kemiringan lereng saja slope. Adapun nilai LS untuk berbagai macam bentuk kelerengan ditentukan pada tabel di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Nilai LS untuk variasi kemiringan lereng No Kemiringan rata- rata Nilai LS 1 0 - 8 0,4 2 8 - 15 1,4 3 15 - 25 3,1 4 25 - 45 6,8 5 45 9,5 Sumber: Arsyad 1989 dan Asdak 1995 dalam Jayusri, 2012

2.3.4 Faktor Tutupan Lahan C dan Konservasi Tanah P

Faktor C ditunjukan sebagai angka perbandingan yang berhubungan dengan tanah hilang tahunan pada areal yang bervegetasi dengan areal yang sama, jika suatu areal kosong dan ditanami secara teratur, maka niilai faktor C berkisar antara 0,001 pada hutan tak terganggu hingga 1,0 pada tanah kosong yang tidak ditanami. penentuan Indeks tutupan lahan ini ditentukan dari peta tutupan lahan landcover dan keterangan tutupan lahan pada peta sebagai satuan lahan ataupun data yang langsung diperoleh dari lapangan. Faktor konservasi tanah P merupakan tindakan pengawetan yang meliputi usaha-usaha untuk mengurangi erosi tanah yaitu secara mekanis maupun biologis vegetasi. Nilai P ditentukan berdasarkan tabel indeks konservasi tanah yang dilakukan. Pada kondisi tidak ada usaha pengendalian erosi, diberikan nilai P sama Universitas Sumatera Utara dengan 1 dan kurang dari 1 untuk penggunaan lahan dengan penangan secara mekanis Segel dan Putuhena, 2005 dalam Hasibuan. R, 2009. Indeks penutupan lahan C dan Indeks pengolahan lahan atau tindakan konservasi tanah P dapat digabung menjadi faktor CP. Tabel di bawah ini menunjukkan Nilai CP untuk berbagai faktor penggunaan lahan. Tabel 2.3 Nilai CP untuk berbagai faktor penggunaan lahan No Jenis Tata Guna Lahan CP 1 Belukar Rawa 0.010 2 Rawa 0.010 3 SemakBelukar 0.300 4 Pertanian Lahan Kering Campur 0.190 5 Pertanian Lahan Kering 0.280 6 Perkebunan 0,500 7 Pemukiman 0.950 8 Hutan Lahan Kering Sekunder 0,010 9 Hutan Mangrove Sekunder 0.010 10 Hutan Rawa Sekunder 0.010 11 Hutan Tanaman 0.050 12 Sawah 0,010 13 Tambak 0.001 14 Tanah Terbuka 0.950 Sumber: - Asdak.C, 1995, Rauf, 2011, dan BPDAS WUP, 2013 Universitas Sumatera Utara Model pendugaan potensi erosi dapat dilihat dari besaran erosi yang dinyatakan dalam jumlah tanah yang hilang dalam ton perhektar pertahun tonhathn yang dapat dihitung dengan formula USLE. Tabel 2.4 menunjukkan potensi erosi yang diklasifikasikan telah diusulkan oleh Rauf 2011 seperti berikut ini. Tabel 2.4 Klasifikasi Erosi Tanah Kelas Besaran Erosi tonhatahun Keterangan 1 15 Sangat Rendah 2 15 – 60 Rendah 3 60 – 180 Sedang 4 180 – 480 Berat 5 480 Sangat Berat Sumber : Abdul Rauf 2011

2.3.5 Penentuan Tingkat Bahaya Erosi TBE