Faktor Tutupan dan Pengelolaan Lahan CP Satuan Lahan Analisis Spasial

“Output Grid Specification” dimana isi dalam kotak dialog ini adalah “Output Grid Extent : Same As kelerengan” dan “Output Grid Cell Size : 90” nilai ini adalah dalam 1 pixel adalah lebar dan panjangnya adalah 90 meter, kemudian “ENTER”. 12. Tahapan selanjutnya adalah pilih menu “Analysis” à kemudian “Reclassify” maka akan muncul kotak dialog “Reclassify Values” dan klik “Classify” tujuannya adalah untuk membagi menjadi 5 kelas berdasarkan nilai kemiringan lereng Tabel 2.3.

3.7.4. Faktor Tutupan dan Pengelolaan Lahan CP

Penentuan Indeks tutupan dan pengelolaan lahan CP ini ditentukan dari analasis data sekunder berupa peta digital tata guna lahan yang diperoleh dari BPDAS Wampu-Ular-Padang. Dengan menggunakan bantuan perangkat sistem informasi geografis SIG Indeks tutupan lahan dan pengelolaan lahan CP diidentifikasi berdasarakan jenis tutupan dan pengelolaan lahan untuk masing- masing daerah yang berada pada DAS Deli.

3.7.5 Satuan Lahan

Satuan lahan merupakan satuan pemetaan dan pengamatan terkecil yang merupakan kesatuan lahan yang memiki faktor fisik yang sama, dalam arti erosi yang terjadi pada lahan dalam suatu unit lahan tersebut dianggap sama. Pembuatan Satuan lahan ini DAS Deli akan dibagi menjadi 7 Sub DAS seperti Tabel 3.9 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.9 Kode Satuan Lahan DAS Deli No Kode Jumlah Keterangan Luas Ha 1 SLSDD 8 Satuan Lahan Sub DAS Deli Deli 6.860,51 2 SLSDPB 9 Satuan Lahan Sub DAS Deli Paluh Besar 10.823,75 3 SLSDSS 3 Satuan Lahan Sub DAS Deli Sei Sekambing 4.223,93 4 SLSDBA 5 Satuan Lahan Sub DAS Deli Babura 5.179,69 5 SLSDBE 4 Satuan Lahan Sub DAS Deli Bekala 4.425,81 6 SLSDPE 7 Satuan Lahan Sub DAS Deli Petani 12.695,43 7 SLSDSI 2 Satuan lahan Sub DAS Deli Simaimai 3.088,91 Total 38 47.298,01 Sumber: - Perhitungan hasil analisis spasial menggunakan perangkat SIG Pada Analasis tiap Sub DAS satuan lahan dibatasi berdasarkan perbedaan topografi, jenis penggunaan lahan tanah yang terdapat pada daerah penelitian. Kombinasi dengan cara menumpangtindihkan overlay peta kelas kelerengan dengan peta jenis penggunaan lahan dan tanah merupakan cara untuk menentukan peta satuan lahan. Dengan mengkombinasi faktor-faktor fisik tersebut menggunakan SIG maka diperoleh peta satuan lahan.

3.7.6 Analisis Spasial

Analisis spasial dilakukan dengan menumpangtindihkan overlay beberapa data spasial parameter penentu erosi untuk menghasilkan unit pemetaan baru yang akan digunakan sebagai unit analisis yaitu analisis erosi. Pada setiap unit analisis tersebut dilakukan analisis terhadap data atributnya yang tak lain adalah data tabular, sehingga analisisnya disebut juga analisis tabular. Hasil analisis tabular selanjutnya dikaitkan dengan data spasialnya untuk menghasilkan data spasial estimasi erosi. Estimasi erosi berdasarkan metode USLE dengan membangun basis data sistem informasi geografis terhadap faktor-faktor Universitas Sumatera Utara yang mempengaruhi besarnya erosi menggunakan teknik tumpang tindih overlay faktor-faktor erosi sehingga menghasilkan suatu lapisan informasi baru mengenai estimasi erosi yang dihasilkan, berdasarkan jumlah erosi maka kemudian ditentukan tingakat bahaya erosinya. Untuk mencapai tujuan itu pengolahan data spasial dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis SIG memamfaatkan perangkat lunak ESRI Acrview Versi 3.3. Dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis SIG ArcView dapat dilakukan tumpang tindih overlay dengan mudah. Software tambahan extension Geoprocessing yang terintegrasi dalam Software ArcView sangat berperan dalam proses ini. Didalam extension ini terdapat beberapa fasilitas overlay dan fasilitas lainnya seperti; union, dissolve, merge, clip, intersect, asign data menggunakan extension geoproccesing. Proses tumpang tindih ini dilakukan secara bertahap dengan urutan overlay peratama indeks erosivitas hujan R kemudian hasilnya dioverlaykan kembali dengan peta indeks erodibilitas tanah K kemudian hasilnya dioverlaykan kembali dengan Kemiringan Lereng LS, Selanjutnya hasilnya dioverlaykan kembali dengan indeks tutupan lahan CP sehingga dihasilkan sebuah peta baru yaitu peta satuan lahan yang kemudian di overlaykan dengan theme erosivitas curah hujan tahunan rata-rata dengan theme sehingga dihasilkan theme erosi. Secara skematis proses ini diperlihatkan pada Gambar 3.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Skema overlay faktor erosi pada DAS Deli Proses overlay ini dilakukan pada masing – masing sub DAS Deli, selajutnya data tabular dari peta sub DAS tersebut di analisis menggunakan persamaan USLE, sehingga di peroleh informasi besaran erosi yang terjadi pada masing – masing sub DAS dari berbagai macam kode satuan lahan, kemudian informasi estimasi erosi pada masing – masing sub DAS disatukan sehingga memperoleh sebaran besaran erosi, selanjutnya sebaran besaran erosi berdasarkan luasan besaran erosi yang berada pada masing – masing satuan lahan yang berada pada sub – sub DAS Deli direratakan terhadap luasan total DAS Deli, selanjutnya rerata tersebut dikalikan terhadap sebaran erosi, selanjutnya sebaran rerata erosi tersebut dikumulasikan, dimana hasilnya merupakan besaran erosi yang terjadi pada DAS Deli. Peta Estimasi Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi TBE pada DAS Deli Peta Erosivitas Hujan Data Tabular Peta Panjang Kemiringan Lereng Data Tabular Peta Penutupan Lahan Data Tabular Peta Erodibilitas Tanah Data Tabular overlay Universitas Sumatera Utara Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan tumpangtindih overlay antara peta administrasi kota Medan dan kabupaten Deli Serdang terhadap sebaran peta erosi pada DAS Deli, sehingga diperoleh informasi besaran erosi pada masing – masing kecamatan di kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yang berada pada DAS Deli, sebaran luas kecamatan pada wilayah administrasi DAS Deli diperlihatkan pada tabel 3.3.

3.8 Penentuan Kapasitas Angkutan Sedimen