26
2.1.1.6 Kemampuan Memahami
Anderson dan Krathwohl 2010: 105 mengungkapkan proses memahami adalah proses mengkonstruksi makna atau pesan dari pembelajaran siswa baik
bersifat lisan, tulisan, maupun grafis. Kemampuan memahami adalah kemampuan untuk membangun pengertian dari pesan pembelajaran di antaranya oral, tulisan,
komunikasi grafik. Proses memahami dibagi menjadi tujuh aspek, yaitu. 1. Menafsirkan adalah proses mengubah kata-kata menjadi kata-kata lain.
2. Mencontohkan adalah proses menemukan contoh atau ilustrasi tentang suatu konsep atau prinsip.
3. Mengklasifikasikan adalah proses melengkapi proses mencontohkan. 4. Merangkum adalah proses kognitif yang terjadi ketika siswa mengemukakan
satu kalimat yang mempresentasikan informasi yang diterima. 5. Menyimpulkan adalah proses kognitif yang terjadi ketika siswa dapat
mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh- contoh dengan cara mencermati ciri-ciri setiap contohnya kemudian
menghubungkannya. 6. Membandingkan adalah proses kognitif yang melibatkan proses mendeteksi
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi.
7. Menjelaskan adalah proses kognitif dengan membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem.
2.1.1.7 Hakekat IPA
Donosapoetro dalam Trianto, 2010: 137 mengungkapkan hakekat Ilmu pengetahuan Alam IPA sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur.
Sebagai proses dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk dapat diartikan sebagai hasil dari suatu proses, dapat berupa pengetahuan dan bacaan untuk menyebarkan pengetahuan. Sebagai prosedur dapat diartikan sebagai
27
metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang disebut dengan metode ilmiah.
Pendapat berbeda diungkapkan Prihantoro dalam Trianto, 2010: 130 mengenai hakekat IPA yang mengatakan bahwa IPA merupakan suatu produk,
proses, dan aplikasi. Sebagai produk dapat diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan, konsep, dan bagan konsep. Sebagai proses dapat diartikan sebagai
proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan, dan mengembangkan produk sains. Sebagai aplikasi dapat diartikan sebagai teori-teori
IPA yang melahirkan teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan alam IPA merupakan proses mencari tahu tentang alam
secara sistematis dan ilmiah melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi KTSP, 2006: 143. Hakekat IPA lebih menekankan nilai rohani, yaitu memandang
IPA sebagai suatu ilmu di mana memperhatikan keteraturan di alam semesta yang akan meningkatkan keyakinan kepada Tuhan Trianto, 2010: 138. IPA merupakan
pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya
Trianto, 2010: 142-143. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti
menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala- gejala alam dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan pengamatan dan hasil
percobaan yang dilakukan oleh manusia.
2.1.1.8 Materi IPA
1. Pernapasan Manusia Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara
Sulistyanto, 2008: 3. Udara mengandung beberapa komponen gas diantaranya nitrogen N sebanyak 79, oksigen O
2
sebanyak 20, dan lain-lain sebanyak 1. Salah satu komponen udara yang dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah oksigen
O
2
. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya pernapasan menghasilkan karbondioksida CO
2
yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Bernapas
28
menggunakan alat-alat pernapasan. Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, tenggorokan, dan paru-paru Sulistyanto, 2008: 3.
a. Hidung Hidung merupakan tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara
masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selaput lendir
berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman. Di dalam hidung, udara juga mengalami penyesuaian suhu dan kelembaban.
b. Tenggorokan Udara pernapasan dari hidung turun ke tenggorokan. Pada
tenggorokan terdapat bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus berfungsi menyaring udara dari kotoran yang masih dapat lolos ke tenggorokan.
c. Paru-paru Di dalam paru-paru terdapat cabang-cabang bronkus yang disebut
bronkiolus. Bronkiolus mempunyai percabangan yang jumlahnya banyak. Tiap-tiap ujung cabang membentuk kantung berdinding tipis yang disebut
alveolus. Alveolus merupakan gelembung yang sangat tipis. Pada alveolus terjadi pertukaran gas O
2
dan CO
2.
2. Proses Pernapasan Jenis pernapasan manusia dibagi menjadi 2, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut Sulistyanto, 2008: 4. a. Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
1 Proses inspirasi. Proses ini diawali dengan berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar. Akibatnya tekanan
dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara O
2
masuk ke dalam paru-paru. 2 Proses ekspirasi. Proses ini diawali berelaksasinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibatnya tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan di luar sehingga udara CO
2
keluar dari paru-paru.
29
b. Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. 1 Proses inspirasi. Proses ini diawali dengan berelaksasinya otot diafragma
sehingga rongga dada membesar. Akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara O
2
masuk ke dalam paru-paru.
2 Proses ekspirasi. Proses ini diawali dengan berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibatnya tekanan di
dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan di luar sehingga CO
2
keluar dari paru-paru.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 2.2.1
Penelitian tentang Metode Inkuiri
Sochibin, Dwijananti, dan Marwoto 2009 meneliti pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman dan keterampilan berpikir kritis
siswa kelas IV SD Negeri Sekaran 01 Gunungpati Semarang pada pokok bahasan air dan sifatnya. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang difokuskan
pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan pemahaman konsep pada pokok bahasan air dan sifatnya. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV yang
berjumlah 44 anak. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes, dan pengumpulan dokumentasi. Hasil tes pada siklus II lebih
baik dari siklus I. ketuntasan klasikal pada pembelajaran siklus II sudah mencapai 88,64 dan ini sudah lebih dari 85. Peningkatan dilihat dari nilai terendah 5
menjadi 6. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 7,93 meningkat menjadi 8,35 dan ketuntasan klasikal siswa pada siklus I yaitu 81,82 pada siklus II meningkat
menjadi 88,64, ketuntasan pada siklus II sudah mencapai target yang diharapkan. Pada siklus I keterampilan mengklasifikasikan mempunyai presentase nilai rata-rata
sebesar 71,002, sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata sebesar 79,55. Pada siklus I keterampilan meminimalkan kesalahan mempunyai presentase nilai
rata-rata sebesar 58,52 sedangkan pada siklus II sebesar 71,59. Keterampilan
30
menyimpulkan hasil pengamatan pada siklus I mempunyai presentase nilai rata-rata sebesar 59,09, sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata sebesar 71,02.
Kurniawati, Wartono, dan Diantoro 2014 meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction terhadap penguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimental. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA 02 Batu yang terdiri
dari delapan kelas sejumlah 244 siswa. Sampel diambil secara random dengan melakukan undian. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah teknik tes
dengan menggunakan posttest only design. Penelitian ini menggunakan tiga kelompok yang terdiri dari kelompok pertama kelas eksperimen dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, kelompok kedua kelas eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, dan kelompok ketiga adalah kelompok
kontrol dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan LSD diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan
pembelajaran konvensional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing, dan pembelajaran konvensional.
Kurniawan 2013 meneliti metode inkuiri terbimbing dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas. Metode penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Kubu Raya yang berjumlah 41 anak. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I diketahui
bahwa pemahaman konsep, kreativitas serta kualitas pembelajaran baik aktivitas siswa dan guru masih berada di bawah ketuntasan. Pada siklus II diketahui bahwa
terjadi peningkatan selama diterapkan metode inkuiri terbimbing dalam pembuatan media dalam setiap pembelajaran. Meningkatnya kualitas pembelajaran ditandai
dengan meningkatnya hasil prestasi belajar siswa pada siklus I dengan nilai klasikal 78,04 dan dilanjutkan pada siklus II dengan hasil nilai klasikal 97,56.
31
2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Berpikir Kognitif
Sutikno dan Isa 2010 meneliti penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas PTK. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA N 14 Semarang dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa
perempuan. Keberhasilan penelitian diukur dari sekurang-kurangnya 85 siswa memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65. Rata-rata nilai pada siklus I
adalah 60,30 dan ketuntasan klasikal masih 32,50 sehingga penelitian pada siklus I belum memenuhi tolak ukur keberhasilan. Pada siklus II, rata-rata nilai siswa
mencapai 72,5 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 95. Penerapan metode inkuiri terbimbing dengan berbantuan multimedia meningkatkan minat dan
pemahaman siswa kelas X-1 SMA N 14 Semarang. Khanafiyah dan Rusilowati 2010 meneliti penerapan pendekatan modified
free inquiry dalam meningkatkan kreativitas mahasiswa calon guru dalam mengembangkan jenis eksperimen dan pemahaman terhadap materi fisika. Penelitian
ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian menggunakan pretest-posttest experiment design. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika FMIPA UNNES semester IV yang menempuh mata kuliah gelombang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam kemampuan psikomotorik,
98,4 mahasiswa mendapatkan skor 65, hasil yang cukup baik. Hasil perolehan skor kreativitas mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan modified free inquiry adalah sebagai berikut, sesudah pembelajaran kriteria mahasiswa yang cukup kreatif menjadi 78,3, 20 kreatif, dan 1,7 sangat
kreatif. Peningkatan skor rata-rata kreativitas mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran dinyatakan angka gain ternormalisasi, yaitu g = 30,5 sedang dan
signifikansi dari gain aktual ditentukan dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 yang berarti signifikan.
Sumaryati dan Sumarno 2013 meneliti penggunaan pendekatan induktif- deduktif disertai strategi think pair square share dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman dan berpikir kritis serta disposisi matematis. Penelitian ini adalah
32
penelitian studi eksperimen dengan pre-test post-test control group design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI sari satu SMA di Cimahi sebanyak 81 siswa.
Hasil analisis data mengenai kemampuan pemahaman dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kedua kelas pembelajaran tidak berbeda dan tergolong sangat rendah yaitu
7,2 dan 6,1 dari skor ideal tes pemahaman matematis dan 9,36 dan 10,1 dari skor ideal tes berpikir kritis. Setelah pembelajaran kemampuan pemahaman dan
kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran induktif-deduktif disertai strategi think pair square share berturut-turut 53,4 dan 44,4, dengan
gain 0,50 dan 0,39 meningkat lebih baik dari kemampuan siswa yang mendapat pembelajaran biasa berturut-turut 39,9 dan 32,8 dengan gain 0,36 dan 0,25.
Berdasarkan hasil penelitian di atas belum ada satupun yang melakukan penelitian untuk mengukur pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat
dan memahami. Peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA kelas V
SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016.
2.2.3 Literature Map
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
Metode Inkuiri Proses Kognitif
Sutikno dan Isa 2010 Metode Inkuiri Terbimbing – Minat dan Pemahaman
Sochibin, Dwijananti, Marwoto 2009 Metode Inkuiri - Pemahaman dan Keterampilan
Berpikir Kritis Khanafiyah dan Rusilowati 2010
Pendekatan Modified Free Inquiry – Kreativitas dan Pemahaman
Kurniawati, Wartono, Diantoro 2014 Metode Inkuiri - Penguasaan Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kritis Sumaryati, et al. 2013
Pendekatan Induktif-Deduktif – Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis
Kurniawan 2013 Metode Inkuiri – Pemahaman Konsep dan
Kreativitas Yang akan diteliti :
Metode Inkuiri - Kemampuan Mengingat dan Memahami
33
2.3 Kerangka Berpikir
Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa untuk melakukan pembelajaran secara mandiri
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran yang melibatkan aktivitas dapat membuat siswa mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
pembelajaran. Karakteristik pembelajaran inkuiri ditandai dengan penggunaan beberapa langkah, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran inkuiri
dapat melatih kemampuan berpikir kognitif siswa. Proses berpikir kognitif terbagi menjadi enam kategori, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Masing-masing kategori dibagi menjadi beberapa aspek yang lebih spesifik.
Proses berpikir kognitif terdapat aspek mengingat dan memahami.
Kemampuan mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang untuk memecahkan suatu masalah. Penggunaan metode inkuiri sangat baik untuk
melatih proses kognitif mengingat, karena siswa memperoleh pengetahuan dari aktivitas yang dilakukan. Proses kognitif memahami siswa juga dapat terlatih karena
dengan melakukan aktivitas pembelajaran menggunakan metode inkuiri, siswa dapat mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran yang telah dilakukan.
Metode inkuiri dipilih sebagai salah satu metode yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif mengingat dan memahami. Metode inkuiri melibatkan siswa
secara aktif dan berpikir kritis untuk memecahkan masalah melalui penyelidikan untuk menemukan prinsip dan konsep.
Untuk melihat ketercapaian pengaruh penggunaan metode inkuiri pada pembelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu materi pernapasan manusia,
pendidik merencanakan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, dan memfasilitasi siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Hal tersebut
diharapkan dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa dalam aspek mengingat dan memahami. Jika metode inkuiri yang melibatkan siswa dalam merumuskan
34
masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi diterapkan, maka penerapan
metode inkuiri akan berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta pada mata pelajaran IPA.
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada
mata pelajaran IPA materi pernapasan manusia siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016.
2.4.2 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada
mata pelajaran IPA materi pernapasan manusia siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016.
35
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design. Peneliti memilih quasi experimental karena jenis
penelitian ini memenuhi tiga syarat utama dalam penelitian pendidikan. Jenis penelitian quasi experimental menggunakan kelompok kontrol, adanya treatment atau
perlakuan, dan pemilihan sampel tidak dilakukan secara random. Quasi experimental design adalah penelitian eksperimental yang tidak memberikan kontrol penuh
terhadap variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen Johnson Christensen, 2008: 328. Keepel dalam Creswell, 2012: 19 menjelaskan bahwa
penelitian kuasi eksperimen berusaha menentukan pengaruh suatu treatment tertentu pada salah satu kelompok, dan tidak memberikannya pada kelompok lain. Kelompok
yang tidak mendapatkan treatment disebut dengan kelompok kontrol, sedangkan kelompok yang mendapatkan treatment disebut dengan kelompok eksperimen.
Jenis penelitian ini mempunyai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pemilihan responden kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan
secara random acak karena populasinya berupa kelas. Kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberi perlakuan treatment.
Sesudah diberikan pretest, hasil pretest kedua kelompok tersebut kemudian dibandingkan. Hasil pretest dikatakan baik jika tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok tersebut. Setelah diberi perlakuan treatment, kedua kelompok tersebut diberi posttest. Pengaruh kausal dari treatment dihitung dalam tiga
langkah, yaitu: 1 kurangi skor pretest dari skor posttest untuk kelompok eksperimen menghasilkan skor 1; 2 kurangi skor pretest dari skor posttest untuk kelompok