Cara Penerimaan Diri PENUTUP

Santa : “Clara tadi cerita sama aku bu yah. Dia habis diejek sama teman-temannya” Krisna : “sama yang brani ngejek adikku yang manis ini? Siapa? Biar aku hajar nanti” Ibu : “Weh… Krisna kamu ini seperti jagoan saja. Tidak baik seperti itu.” Clara dan Sinta : “Iyo kui” Ayah : “Jadi itu ceritanya Sabar ya nak, jangan membalas ejekan itu dengan perbuatan yang jahat.” Clara : “Iya pak, itu pasti selalu aku ingat” Ibu : “Nak, kamu jangan cemberut gitu ya. Ingat ya nak, setiap manusia punya kekurangan” Santa : “iya Clara, ingat tidak mbak juga punya kekurangan. Aku gagap setiap bicara di depan umum. Aku juga sering ditertawakan setiap bicara di depan umum.” Krisna : “aku juga punya tumbuh pendek, tapi aku tidak perlu minder. Karena dengan tubuh pendek tetap jadi team inti basket di sekolah, kata pak Anto biar bisa nyelip- nyelip dari pemain yang tinggi” tertawa bersama-sama Herman: “Aku juga pincang nie Tapi aku santai aja.” Ibu : “Nak, setiap manusia punya kekurangan. Kekurangan itu ada di fisik maupun hal lainnya” Ayah : “ Benar kata ibumu. Ayah juga punya kekurangan, dimana ayah kurang sabar dan mudah emosi. Yaaa.. kayak mas Krisna itu” Krisna : “bapak ini menyamakan yang jelek saja” tertawa berasama-sama Clara : “iya ibu, ayah, mas, mbak tersayang. Kadang aku suka jengkel aja.” Ayah : “Itu tandanya kamu belum bisa menerima kekurangan yang ada dalam dirimu. Bila kamu sudah bisa menerima kekuranganmu, kamu tidak akan marah atau merasa jengkal pada orang yang mengejek kamu” Santa : “Pasti awalnya sulit banget dek, kayak mbak dulu.” Herman: “Pasti bisa” Ibu : “Kekurangan itu bukan untuk menghalangi kita untuk terus maju nak. Kekurangan itu harus memacu kita untuk menunjukan bahwa kita bisa maju.” Krisna : “Kekurangan itu kelebihan kita, iya kan bu?” Ibu : “Benar itu” Ayah : “Intinya menerima kekurangan tersebut dan terus maju agar kita tidak terpuruk terus dengan kekurangan kita itu.” Santa : “Santa punya cerita tentang film yang pernah diperlihatkan ibu guru BK di sekolah. Ceritanya tentang 2 orang penari balet, yang laki-laki tidak memiliki kaki sebelah dan yang perempuan tidak memiliki tangan. Mereka berdua tampil sangat indah dan saling melengkapi kekurangan mereka.” Krisna : “wauw…. Keren banget mbak..” Ayah : “nah, mbakmu thu sudah memberikan contoh yang sangat bagus.” Santa : “besok deh aku minta sama bu guru biar kita bisa nonton film itu.” Krisna, Herman, dan Clara : “Benar ya mbak” mereka tertawa Santa : “Kompak banget” ikut tertawa SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN A. Pokok Bahasan : Penghargaan Diri B. Tugas Perkembangan : 1. Menghargai segala yang dimiliki dalam dirinya. 2. Menghargai orang lain. C. Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial D. Jenis Layanan : Pemahaman, pencegahan, dan pengembangan E. Sasaran : Remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen F. Standar Kompetensi : Menanamkan rasa penghargaan akan dirinya sendiri dan orang lain. G. Kompetensi Dasar : Peserta memiliki penghargaan akan diri sendiri dan orang lain. H. Indikator : Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta dapat: 1. Menjelaskan arti penghargaan diri. 2. Menyebutkan manfaat penghargaan diri I. Materi : Penghargaan diri J. Metode : Eksperiental learning , tanya-jawab, dan diskusi K. Waktu : 60 Menit L. Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen M. Media : Alat tulis, naskah drama, kuesioner aktualisasi diri, dan handout. N. Prosedur : No Kegiatan Pembimbing Peserta Waktu 1. Pembukaan a.Meminta untuk peserta memimpin doa. b. Memberikan salam pembuka dan menjelaskan tema dan tujuan bimbingan. c. Meminta peserta membentuk 4 kelompok. d. Mengajak untuk bermain “ I like and I don’t like” membagikan 2 lembar a. Salah satu peserta memimpin doa dan peserta lain mengikutinya. b. Peserta membuat kelompok. c. Peserta menempelkan kertas pada bagian tubuh yang tidak disenangi dan disenangi mereka. 10‟ kertas pada peserta. Meminta peserta untuk menempelkan kertas yang berwana merah muda ke bagian tubuh yang disukai dan kertas yang berwarna merah pada bagian tubuh yang tidak disenangi. e. Meminta peserta menempelkan bagian tubuh yang tidak disenangi ke bagian tubuh yang disenangi teman sekelompoknya, dan membuat satu lingkaran. f. Meminta kelompok untuk berjalan ke tempat yang di tentukan. d. Peserta saling menempelkan bagian tubuh mereka dengan teman kelompok dan berjalan ke tempat yang ditentukan. 2. Kegiatan Inti a. Tanya jawab dengan peserta tentang permainan tersebut. b. Membagikan naskah drama pada peserta dan pembimbing meminta kelompok untuk menentukan yang akan memainkan drama. c. Kelompok pertama memainkan drama berjudul “Hargaiku Lebih Besar”. d. Tanya jawab. e. Meminta kelompok kedua untuk memainkan drama yang kedua. f. Meminta untuk a. Merespon pertanyaan yang diajukan. b. Menentukan anggota yang akan memainkan drama. c. Kelompok pertama bermain drama, dan kelompok lain memperhatikan. d. Merespon pertanyaan pembimbing e. Kelompok kedua bermain drama dan kelopok pertama memperhatikan. 40‟ merefleksikan drama pertama dan kedua. f. Merfleksikan drama pertama dan kedua. 3. Penutup a. Meminta salah satu peserta untuk menyimpulkan drama. b. Menyimpulkan secara keseluruhan bimbingan. c. Membagikan kuesioner aktualisasi diri. d. Memberikan salam penutup, dan berdoa. a. Salah satu peserta memberikan kesimpulan dan yang lain mendengarkan. b. Mengisi kuesioner. c. Berdoa. 10‟ O. Penilaian : P. Rencana Tindak Lanjut: Konseling Kelompok atau Individual. Q. Sumber Pustaka : 1. Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana. 2. Hall, Calvin S. Lindzey, Gardner. Teori-Teori Holistik Organismik-Fenomenologis. Editor A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta, 8 Agustus 2014 Mengetahui, Pembimbing Panti Sr. M. Magda AK Kristituta Dwi Ambarsari HANDOUT PENGHARGAAN DIRI A. Pengertian Penghargaan Diri Penghargaan diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa penghargaan diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. B. Manfaat Penghargaan Diri Beberapa manfaat penghargaan diri: 1. Merasakan bahwa kita sama berharganya dengan orang lain. 2. Tidak terperuk dengan keterbatasan atau kelemahan yang kita miliki. 3. Menumbuhkan rasa percaya diri. 4. Tidak menuntut diri kita sendiri untu seperti orang lain. 5. Lebih fokus pada diri kita. Naskah Drama HARGAI DIRI SENDIRI BARU AKAN DIHARGAI ORANG LAIN Deta : memiliki tubuh yang gendut Ihwan : pendengarannya kurang Anjas : pincang Meta : pesek, namun bertubuh langsing Gisel : cantik namun pemarah Arka : pelupa Sebuah sekolah yang akan mengadakan sebuah pertunjukan atau pentas seni, dimana ada sebuah kepanitian yang mengurusi acara tersebut. Meta menjadi ketua dalam acara tersebut. Gisel : “Ihwan…Ihwan… Ihwan” dengan nada teriak dan kesal Anjas : “kamu thu ngapain sie teriak-teriak sel,” Gisel : “Thu sie Ihwan dipanggil-panggil tidak noleh-noleh” Anjas : “hahahaha… kamu itu lho. Sudah tahu dia pedengarannya kurang tapi tidak mengerti juga” Gisel : “sebal aku” Arka mendekati Ihwan yang sedang memasang sepanduk Arka : “dipanggil Gisel thu” Ihwan : “Ooohhh,,,, maaf aku tidak dengar” Arka : “sudah sana., nanti dia tambah marah sama kamu.” Ihwan : “yasudah, aku ke sana dulu ya” Ihwan menghampiri Gisel yang sedang duduk Ihwan : “ada apa sel? Kamu memanggil aku.” Gisel : “kamu itu ya Susah banget sie dipanggil. Budek ya??” Ihwan : “aku juga tidak mau seperti ini” Gisel : “ini dikerjain biar cepet selesai dan bisa ngerjain yang lain.” Ihwan : “iya putri cantik” Gisel : “memang aku cantik” kemudian Meta datang menghampiri Gisel dan Ihwan Meta : “ada apa sie kalian ini? Kok rebut banget” Gisel : “dia nie… sambil tunjuk Meta : “sudah-sudah, Ada apa sie?” Anjas : “tadi itu Gisel manggil Ihwan, tetapi Ihwan tidak mendengar. Jadi.. Gisel marah- marah deh. Memang dasar Gisel seperti nenek lampir saja” Meta : “Ya ampun… Gisel kamu itu kog sukanya marah-marah gitu sie.” Ihwan : “sudah jangan salahkan Gisel, aku yang salah.” Arka : “Jangan suka merendakan diri seperti itu Wan. Gisel seharusnya menghargai keterbatasanmu.” Gisel : “Iya, salahkan saja aku terus” sambil pergi meninggalkan mereka Deta : “kamu kenapa sie?” Gisel : “Mereka itu lho, Menyalahkan aku dan membela Ihwan yang budek” Deta : “Gisel.. tidak baik bicara seperti itu” Gisel : “thu kan.. aku salah lagi. Malas aku sama kalian” Deta : “aku tidak menyalahkan kamu Sel. Aku hanya mengingatkan kamu untuk tidak bicara seperti itu, karena tidak semua orang dapat menerima perkataanmu tadi.” Gisel : “Iya aku tahu itu” Deta : “Gisel, pernahkah kamu bayangkan saat kamu harus berada diposisi orang yang telah kamu bicarakan tadi. Apa yang kamu akan perbuat?” Gisel : “aku akan marah sama orang itu” Deta : “tapi apa yang diperbuat dengan Ihwan?, saat kamu bicara tentang Ihwan seperti tadi” Gisel : “Dia tidak marah dan membela aku di depan teman- teman lain” Deta : “Sel, hargailah setiap orang yang di sekitarmu seperti kamu menghargai kecantikan yang kamu miliki. Jangan menuntut orang seperti kamu, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang patut dihargai. Bagaimana sikap kamu yang mudah marah tidak dihargai orang lain?” Gisel : “seperti Anjas yang berkata bahwa aku ini nenek lam pir” Deta : “nah, bagaimana kamu dibilang seperti itu?” Gisel : “Sakit hati” Anjas : “Maafkan aku Sel, tidak ada niat aku berkata seperti itu padamu. Tapi aku sempat naik darah saat kau berkata seperti itu dengan Ihwan.” Gisel : “aku yang salah. Aku yang tidak bisa menghargai Ihwan.” Meta : “sekarang sudah jelaskan. Yang perlu kita ingat, tidak semua orang menginginkan terlahir seperti adanya sekarang. Seperti aku yang tidak menyukai hidungku yang pesek ini, tapi apa iya aku harus membuangnya. Aku hanya mencoba menghargai yang ada pada tubuhku dan merawatnya agar tetap terlihat indah walau tak mancung. ” Ihwan : “aku juga tidak menyukai kupingku yang kurang baik fungsinya, tapi tidak mungkin aku memotong ini. Aku menghargai walau tidak berfungsi dengan baik, aku masih memiliki telinga.” Gisel : “Iya, aku sadar Maafkan aku teman-teman” Arka : “Sudahlah, satu hal yang perlu kita tahu sejelek apapun diri kita, setidak sempurna apapun fisik kita. Itulah ciptaan dari Tuhan yang perlu kita hargai. Seperti aku yang pelupa ini” Anjas : “kata-katamu sungguh bijak. Kau dapat dari mana?” Arka : “Bisa saja kau ini” Ihwan : “Sudahlah, initinya kita harus menghargai diri kita sendiri, maka kita bisa menghar gai orang lain.” Meta : “Benar itu, Yuks teruskan kerja lagi” Gisel : “Maafkan aku ya Wan??” Ihwan : “Iya Gisel Putri Cantik” SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN A. Pokok Bahasan : Humor dan Hubungan Interpersonal B. Tugas Perkembangan : Membina hubungan interpersonal dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua. C. Bidang Bimbingan : Pribadi sosial D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, pencegahan, dan pengembangan. E. Sasaran : Remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen F. Standar Kompetensi : 1. Membuat humor yang mengandung informasi. 2. Membangun hubungan interpersonal dengan baik. 3. Menjaga hubungan interpersonal. G. Kompetensi Dasar : 1. Peserta dapat berhumor dengan baik 2. Peserta dapat membangun hubungan interpersonal dengan baik. H. Indikator : Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta dapat: 1. Memberikan humor yang baik. 2. Memberikan humor yang mengandung informasi bagi orang lain. 3. Membina hubungan dengan orang yang lebih tua. 4. Membina hubungan dengan teman sebaya. I. Materi : Humor dan Hubungan Interpersonal J. Metode : Eksperiental learning , tanya-jawab, dan diskusi K. Waktu : 60 menit L. Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen M. Media : Alat tulis, kuesioner aktualisasi diri, handout, dan naskah drama. N. Prosedur : No Kegiatan Pembimbing Peserta Waktu 1. Pembukaan a. Memimpin doa dan memberikan salam pembuka. b. Menjelaskan a. Peserta ikut berdoa dan menjawab salam. 10‟ tema dan tujuan bimbingan. c. Melakukan tanya jawab tentang tema bimbingan sebagai pengantar untuk masuk dalam bagian materi. b. Memberikan respon dari pertanyaan yang diajukan pembimbing. 2. Kegiatan Inti a. Memberikan naskah drama pada peserta dan meminta peserta dengan sukarela untuk memainkan drama. b. Meminta untuk peserta berdiskusi tentang drama yang telah dimainkan. c. Bertanya tentang naskah tersebut. d. Menjelaskan materi dari naskah tersebut. a. Peserta memainkan drama. b. Berdiskusi tentang naskah dan drama yang dimainkan c. Merespon perantanyaan. 35‟ 3. Penutup a. Meminta salah satu peserta untuk menarik kesimpulan kegiatan. b. Memberikan umpan balik dan memberikan penguatan. c. Membagikan kuesioner aktualisasi diri. d. Memberikan salam penutup dan berdoa. a. Salah satu peserta memberi kesimpulan dan yang lain mendengarkan. b. Mengisi kuesioner. c. Berdoa. 15‟ O. Penilaian : P. Rencana Tindak Lanjut: Konseling kelompok atau individual Q. Sumber Pustaka : 1. Arsyad, Azar. 2007. Media Pembelajaran . Jakarta: Raja Grofindo Persada. 2. Bernard Poduska. 1997. 4 Teori Kepribadian: Eksistensi, Behavioris, Psikoanalitik, Aktualisasi Diri . Jakarta: Restu Agung. Yogyakarta, 11 Agustus 2014 Mengetahui, Pembimbing Panti Sr. M. Magda AK Kristituta Dwi Ambarsari HANDOUT 1 HUMOR Persepsi tentang Humor Humor is a social instrument that provides an effective way to reduce psychological distress, communicate a range of feelings and ideas, and enhance relationships; also, humor protects social relationships when communicating negative information. Baldwin,2007 Humor provides a means to communicate ideas and feelings, convey criticism, and express hostility in a socially acceptable manner Brownell Gardner, 1988; Dixon, 1980; Haig, 1986; Martin, 2001 in Baldwin 2007. Kemampuan mentertawakan kondisi sekitar, diri sendiri, pilihan sendiri, menjadi salah satu katup yang akan melancarkan kembali kemampatan hidup. Pernah tidak anda mengalami kejadian seperti ini; anda ingin membeli sebuah pesawat televisi, sepertinya begitu sederhana, namun ternyata pilihan yang hadir sangat beragam, tidak hanya itu, anda pun harus menyesuaikan dengan lembaran yang tersedia dalam kantong. Anda melakukan studi produk dengan membaca informasi dari koran, internet, diskusi dengan teman, kakak, juga orangtua. Lalu, anda mulai melakukan survey ke pusat elektronik terlengkap di kota anda, hmm.. dijamin deh .. sesampai di sana anda bisa terbius oleh jajaran pesawat televisi beraneka rupa, ditambah rayuan orang-orang yang seakan tak pernah lelah mengobral keunggulan tiap produk dagangannya. Anda bisa terbius dan akhirnya menunjuk satu kotak ajaib itu, atau perputaran bintang di kepala mendorong anda untuk pulang tanpa satu kotak pilihan pun. Mungkin anda memilih yang ke dua, karena anda termasuk orang yang tidak mau membeli sesuatu dalam kondisi ‟tak sadar diri‟. Sehari kemudian, ketika anda sedang berjalan ke arah mesin ATM dekat kompleks rumah, tiba-tiba mata anda tertuju pada satu toko kecil di samping ATM, toko elektronika. Anda pun memasuki toko itu dan melihat beberapa televisi yang tidak menyala dengan gemerlap seperti di beberapa pusat elektronika megah yang kemarin anda kunjungi. Namun, tidak sampai lima belas menit, anda sudah mengulurkan lembaran uang sebagai transaksi diiringi senyum puas. Kisah sukses ini akan mendapat sambutan riuh sahabat anda, ”Huu... jauh -jauh kutemani ke pusat elektronika, belinya di samping rumah..” Kalau ada yang tidak tertawa, atau terguling-guling sakit perut, mungkin kita perlu melihat juga reaksi apa yang terjadi dalam diri sewaktu mengkonsumsi humor. Menertawakan Lelucon Apa yang membuat satu kejadian mampu memancing tawa pada sekelompok orang namun tidak sama sekali pada orang lain? Studi menunjukkan kemampuan membedakan antara lucu dan tidak lucunya stimuli visual terkait pada sederhana atau tidaknya peristiwa termasuk konsepnya. Selain itu, humor juga bisa kita lihat menjadi dua jenis yakni humor verbal dan non-verbal. Apresiasi keduanya tentu tidak sama, humor verbal terkait dengan kemampuan abstraksi dan fleksibilitas mental, sementara humor non-verbal terkait dengan atensi visual. Lelucon yang kita dengar dalam suatu percakapan membutuhkan kemampuan membayangkan dan menghadirkan imagi visual untuk menghasilkan reaksi positif yaitu tawa atau perasaan geli. Pada humor non verbal, contohnya membaca komik atau menonton film kartun membutuhkan perhatian visual kita untuk menggelitik sensitivitas humor diri kita. Masih ada hal lain, yaitu pola hubungan sosial yang ternyata berpengaruh untuk menerabas perbedaan stimuli humor verbal maupun non-verbal. Misalnya, sekelompok mahasiswa psikologi, kemungkinan besar telah akrab dengan berbagai istilah yang dengan renyah sering menjadi bahan canda, seperti ‟proyeksi‟, atau ’denial’. Ketika seseorang dalam kelompok bercerita tentang mahasiswa yang dianggap begitu menyenangi dosen baru padahal di mata dia menyebalkan, kemudian ada celetukan ”Proyeksi tuh, padahal wajah lu berbinar juga sekali setiap di kelas dosen ganteng itu... ,” disambut gelak tawa, namun dua mahasiswa Arsitek lain yang kebetulan berada di dekat mereka akan mengernyitkan dahi dan mencoba lebih keras memahami makna kata „proyeksi‟. Apakah sama dengan proyeksi seperti pada gambar perspektif yang sering mereka buat? Berlaku pula ketika mahasiswa psikologi terkikik melihat cipratan tinta yang secara spontan memancing humor ala test Rosarch, bukan merupakan humor bagi mahasiswa seni rupa misalnya. Maka konteks pun memegang peran di sini. Humor Memacu Kreativitas Humor dan kesehatan telah banyak diperbincangkan dan dibuktikan, karena tertawa berarti melakukan peregangan otot-otot halus tidak hanya di sekitar wajah tapi seluruh tubuh sehingga kita menjadi santai. Humor juga berkhasiat memacu kreativitas, karenanya sangat dianjurkan dalam ruang kelas maupun ruang keluarga. Pendekatan komunikasi dan interaksi antara orangtua dan anak, pengajar dan anak didik dapat mendorong kreativitas serta kemampuan berpikir, mengenalkan nilai-nilai, mengajarkan perilaku positif dan tanggung jawab pada lingkungan sekitar, menanamkan rasa percaya dan kepercayaan diri anak-anak dengan mengenalkan satu mekanisme untuk menghadapi kesedihan, kekecewaan atau perasaan duka Lovorn,2008. Mengapa? Karena mengapresiasi humor tidak sekedar terbahak, dibutuhkan sensitivitas sosial mencakup momen, siapa dan di mana kita saat itu. Mungkin kita sendiri akan langsung merasa geli menghadai satu kegagalan, tetapi kita perlu berpikir ulang ketika mendapati sahabat yang begitu terpukul pada satu kejadian, tidak serta merta humor bisa menjadi obat kekecewaan. Maka, mengenalkan dan membiasakan humor pada anak-anak, sekaligus melatih banyak aspek seperti terungkap dalam penelitian Lovorn di atas. JK.Rowling dalam karyanya ”Harry Potter” pun menawarkan ‟terapi‟ humor pada pembacanya dengan menciptakan mantra ”Ridiculus” untuk melenyapkan boggart, makhluk non penyihir yang selalu berwujud beda-beda tergantung ketakutan yang dimiliki penyihir. Seperti Ron Weasley yang takut pada laba-laba, maka boggart akan menampakkan dirinya sebagai laba-laba raksasa, mengucapkan mantra Ridiculus dan membayangkan laba-laba ketakutan menjadi melakukan sesuatu yang menggelikan, maka hilanglah ketakutan Boggart itu. Menertawakan ketakutan diri sendiri, menjadi obat penawar yang ampuh, itulah yang ingin disampaikan. HANDOUT 2 HUBUNGAN INTERPERSONAL

A. PENGERTIAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

Hubungan interpersonal merupakan interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi sebagai motivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis, dan sosial. Dapat diartikan juga keseluruhan hubungan baik yang bersifat formal maupun informal yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam berbagai situasi kerja dengan tujuan untuk mengembangkan rasa bahagia dan rasa puas, serta kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.

B. MANFAAT

Manfaat yang timbul dengan adanya hubungan yang baik sebagai berikut : 1.Tidak terdapat konflik 2.Setiap masalah dapat diselesaikan dengan penuh kekeluargaan. 3.Adanya saling menghargai dan percaya NASKAH DRAMA Humor Yang Baik Akan Membawa Hubungan Dengan Sesama Juga Baik Pemain: Stella Bayu Ayah Agus Ardi Ibu Desta Berta Paman Chika Dimas Bibi Stella, Ardi, dan Dimas, mereka berkakak adik. Mereka tinggal bersama ayah, ibu, paman, dan bibi. Stella berteman dengan Desta, Agus, Chika, Berta, dan Bayu. Chika : “halah… aku thu bingung sama tikus-tikus pemerintahan” Stella : “lha… kamu ngapain bingungin tikus yang ada di kantor pemerintahan, ada petugas bersih- bersihnya.” Chika : “hahahahahaha…. Kamu ini stel, maksudku para koruptor itu lho” Stella : “Oalah… itu yang kamu maksud. Hahahaha. Tikus pemakan uang ya.” Desta : “hahahahaha… kamu ini ada-ada chika” Chika : “lha bener tho, mereka thu kayak tikus yang suka grogotin makanan demi sedikit dan akhi rnya kenyang deh.” Agus : “belum lagi para cicak-cicak yang ada dipersidangan” Desta : “Weleh… ada lagi ini cicak” Chika : “itu mah… para jaksa yang bisa disuap” Bayu : “Sudahlah, mari kita jalan duduk di sana saja. Capek kakiku menopang gentong yang ada ini” Semua : “hahahahahahahahahahaha” Desta : “ada-ada aja kamu ini Bayu” mereka berjalan Bayu : “Nah.. beginikan gentongnya bisa ditaruh ditempat duduk. Jadi ga capek aku” Chika : “Kapan ya badanku yang lidi ini bisa timbunan daging” Desta : “makan susu, minum keju” Stella : “Kebalik Desta.. Makan keju dan minum susu” Bayu : “wealah, sie kecil ini aja gak pengen makan galah kog, iya ga Stella?” Stella : “Biarin, aku kan kecil-kecil cabe rawit” Agus : “pedasnya seperti kepintaran dalam matematika” Stella : “nah itu tau kamu sie kereta api” Chika : “kereta api thu hitam tapi banyak yang cari” Agus : “weleh, kalian ini. Aku jadi malu” Bayu : “Yasudah, aku pulang duluan ya. Mau setor air biar gentongnya ga perlu dibawa- bawa nie.” Semua : “HAHAHAHAHA… baik-baik di jalan ya bayu” Bayu Pergi meninggalkan mereka Stella : “aku pulang juga ya… Ayah dan Ibu akan pulang dari kerja. Sekalian minum susu dan makan galah biar cepet tinggi” Chika : “Yasudah, aku juga pulang lah.. Desta : “yasudah, kita semua akhiri aja rapat pejabat-pejabat ini.” Agus : “Okelah, sampai ketemu ya.” Mereka pun berpisah sesampainya Stella di rumah Ayah : “hai, anak TK gini hari baru pulang. Dari mana saja?” Dimas : “anak TK ini kan baru pulang ketemu kekasihnya yah. Iya ga?” Stella : “ayah sama mas Dimas ini,,, aku habis kumpul dengan kelompok belajar. Besok kamu ada ulangan harian” Ayah : “ohhh, seperti itu..” Stella : “Iya ayahku.. yang gantengnya tidak ada duanya. Ganteng seperti Tukul Arwana” Ayah : “weleh…weleh… Susi similikiti nie…” Ibu : “aduh…. Anakku yang ganteng ini baunya sangat enak sekali sampai ibu mau mandikan saja” Ardi : “halah.. ibu ini selalu seperti itu” Ibu : “mandi dunk cah bagus, biar tambah bagus..” Ardi : “namaku Ardi bu, bukan Bagus..” Ibu : “kamu ini bisa saja ngelesnya” Ardi : “kan kayak mobil balap bu, biar ga tabrakan sama lawannya.” Dimas : “saking harumnya ardi sampai minyak wangi satu pabrik kalah harumnya ya bu?” Ibu : “hahahhahaha,,,,, benar itu Mas…” Ardi : “kang mas ini… selalu seperti itu. Bauku ini bisa membunuh para penjahat, mereka akan pingsan menghirup bauku ini.” Dimas : “hahahahahhahaha…” Ibu : “sudah sana mandi..,” Ardi : “Baik ratuku yang cantik” Mereka makan malam Ayah : “Ibu peri yang cantik, tolong ambilkan pangeranmu ini nasi Ibu : “Ayah ini… malu ah ibu” Ayah : “sekali-kali romantis pada istriku yang cantik dan baik, namun bila marah seperti macan yang lapar, boleh kan?” dari belakang Stella Stella : “Mister Tukul ini bisa saja dengan Susi similikiti.” Ayah : “anak TK ini mendengarkan saja” Stella : “kecil-kecil cabe rawit” Ibu : “sudahlah… mari makan” Stella : “ibu besok aku minta dimasakin brondong jagung ya..” Dimas : “beli juga bisa Stel, pake bikin segala.” Stella : “Yeeee… bukan brondong jagung itu tahu, tapi jagung muda” Ibu : “Hahahaha… Stella.. Stella.. ada-ada aja kamu ini” Stella : “Kan biar tidak tegang bu. Liat thu muka ibu yang cantik itu seperti kain yang habis dicuci dan belum digosok alias lecek.” Dimas : “Bisa aja kamu stella” Ardi : “Iya bu, ada masalah apa sie?” Ayah : “Ibu peri lagi ada masalah dengan temannya” Stella : “memang ada apa sie bu?” Ibu : “Yaaa… karena humor yang berlebihan mereka jadi pada beramtem nak.” Ardi : “Wahhhh… bahaya dunk humor itu” Ayah : “ya begitulah nak, makanya kalian kalau humor jangan suka kelewatan. Apalagi menggunakan kekurangan fisik seseorang menjadi bahan humor.” Dimas : “setuju yah..” Ibu : “jadi kalian harus hati-hati ya nak. Oh iya, Dimas kamu sudah bayaran sekolah kan” Dimas : “ belum bu, kemarin kan Dimas belum jadi minta uang sekolah” Ibu : “oooo…. Maaf ya ibu yang PDI ini” Ardi : “apa itu PDI bu?” Ibu : “Ga gaul kalian. PDI itu Penurunan Daya Ingat” Stella : “Oalah… ibu ini” Mereka tertawa semua SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN A. Pokok Bahasan : Kreativitas B. Tugas Perkembangan : Mengembangkan potensi yang dimiliki atau terpendam. C. Bidang Bimbingan : Pribadi sosial D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, pencegahan, dan pengembangan E. Sasaran : Remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen F. Standar Kompetensi : Mengenali potensi yang mereka miliki G. Kompetensi Dasar : 1. Mengenali potensi yang dimiliki. 2. Mengembangkan potensi yang dimiliki. H. Indikator : Setelah kegiatan ini, peserta dapat: 1. Mengenali bakat dan potensi yang dimiliki. 2. Berani tampil di depan umum 3. Mengembangkan potensi dengan wujud kreativitas. I. Materi : Kreativitas J. Metode : Eksperiental learning , tanya-jawab, dan diskusi K. Waktu : 60 menit L. Tempat : Aula Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen M. Media : Handout, alat tulis, kuesioner aktualisasi diri, dan naskah drama N. Prosedur : No Kegiatan Pembimbing Peserta Waktu 1. Pembukaan a. Berdoa dan memberikan salam pembuka. b. Menjelaskan tujuan dan tema bimbingan. c. Mempersilahkan kelompok 1 untuk siap-siap. d. Bertanya-jawab dengan peserta lain tentang tema a. Berdoa b. Kelompok 1 mempersiapkan untuk penampilan dan perserta lain merespon pertanyaan pembimbing. c. Melihat penampilan kelompok 1 d. Merespon pertanyaan. 10‟

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH I GISTING TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 27 73

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI PELATIHAN BERSYUKUR Peningkatan Kesejahteraan Subjektif Remaja Panti Asuhan Melalui Pelatihan Bersyukur.

0 1 19

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI PELATIHAN BERSYUKUR Peningkatan Kesejahteraan Subjektif Remaja Panti Asuhan Melalui Pelatihan Bersyukur.

0 1 19

KONSEP DIRI REMAJA BERPRESTASI YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN KONSEP DIRI REMAJA BERPRESTASI YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN.

0 0 16

Peningkatan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen tahun 2014/2015 melalui bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama.

0 0 2

Peningkatan konsep diri remaja panti asuhan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama : penelitian tindakan bimbingan pada remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta Tahun 2013.

0 1 190

Sistem informasi administrasi panti asuhan : studi kasus Yayasan Santa Maria Abdi Kristus Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen, Gunungkidul.

3 6 118

Peningkatan konsep diri remaja panti asuhan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama penelitian tindakan bimbingan pada remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta

1 8 188

MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN NURUL HAQ.

0 1 152

Sistem informasi administrasi panti asuhan : studi kasus Yayasan Santa Maria Abdi Kristus Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen, Gunungkidul - USD Repository

0 0 116