Lampiran
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN A.
Pokok Bahasan : Penerimaan Diri
B. Tugas Perkembangan : Menerima perubahan yang dialami secara fisik,
psikis, nilai, sikap, minat, bakat, dan tuntutan dari lingkungan sekitar.
C. Bidang Bimbingan
: Pribadi Sosial D.
Jenis Layanan : Pemahaman, pencegahan, dan pengembangan
E. Sasaran
: Remaja Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen F.
Standar Kompetensi : 1.
Peserta mampu menerima perubahan yang dialami. 2.
Peserta mampu menerima kelebihan dan kekurangan. G.
Kompetensi Dasar :
1. Peserta dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki. 2.
Peserta dapat memiliki perasaan positif terhadap kekurangan.
H. Indikator
: 1.
Peserta memahami tentang penerimaan diri. 2.
Peserta menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
3. Peserta memiliki perasaan positif terhadap kekurangan.
I. Materi
: Penerimaan Diri J.
Metode :
Eksperiental learning
, tanya-jawab, dan diskusi K.
Waktu : 60 menit
L. Tempat
: Aula M.
Media : naskah drama, alat tulis, dan handout.
N. Prosedur
:
No Kegiatan
Pembimbing Peserta
Waktu
1. Pembukaan
a. Memberikan
salam pembuka dan menunjuk
salah satu anak untuk
berdoa. b. Menjelaskan tema dan
tujuan bimbingan. a.Menjawab salam dan
berdoa. b. Peserta berkumpul
dengan kelompoknya. c. Peserta menuliskan
10
kelebihan dan
7 ‟
c. Mempesilahkan peserta untuk berkumpul bersama
kelompok yang
telah dibentuk.
d. Pembimbing
memberikan 1
lembar kertas pada setiap peserta.
e. Pembimbing meminta peserta
menuliskan 10
kelebihan dan kekurangan kekurangan di kertas
yang diberikan.
2. Kegiatan
Inti a.
Pembimbing memberikan
naskah drama dan membaca
bersama-sama secara
bergatian. b.
Pembimbing meminta kelompok menentukan
anggota yang
akan memainkan drama.
c. Pembimbing meminta
kelompok 1 dan 3 memainkan drama yang
berjudul “aku dan kelebihanku”
d. Tanya jawab dengan
peserta tentang naskah yang telah dimainkan
dengan tema
yang diangkat.
e. Pembimbing meminta
kelompok 2 dan 4 untuk memainkan
drama dengan naskah yang
berjudul “kekurangan itu kelebihan”
f. Bertanya
peserta tentang naskah yang
kedua g.
Pembimbing meminta peserta
untuk menyimpulkan
dari sosiodrama yang telah
dilakukan a.
Peserta membaca
naskah yang telah diberikan
b. Kelompok
menentukan yang
akan bermain
drama. c.
Kelompok 1 dan 3 memainkan drama.
Kelompok yang lain memperhatikan.
d. Merespon
pertanyaan yang
diajukan. e.
Kelompok 2 dan 4 memainkan drama,
dan kelompok lain memperhatikan.
f. Merespon
pertanyaan yang
diajukan. g.
Peserta menyimpulkan
sosiodrama yang
telah dilakukan
dalam bimbingan. 45‟
3. Penutup
a. Pembimbing
menarik kesimpulan
secara keseluruhan
b. Pembimbing
memberikan skala dan meminta peserta untuk
mengisi.
c. Pembimbing meminta
salah satu
peserta memimpin
doa dan
memberikan salam
penutup. a.
Mengisi skala yang diberikan.
b. Berdoa.
8‟
O. Penilaian
: Lisan maupun tertulis dengan melihat keaktifan Peserta.
P. Rencana Tindak Lanjut : Peserta yang belum paham dengan kegiatan
bimbingan akan diberikan layanan konseling kelompok atau indidual.
Q. Sumber Pustaka
: 1.
Boeree, Gerge. 2006.
Personality Theories Melacak Kepribadian
Anda Bersama
Psikolog Dunia.
Yogyakata: Prima Sophie. 2.
Sinurat, R.H.Dj.
1991.
Konsep Diri
dan Pengembangannya.
Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
Yogyakarta, 6 Agustus 2014 Mengetahui,
Pembimbing Panti Asuhan
Sr. M. Magda AK Kristituta Dwi Ambarsari
HANDOUT PENERIMAAN DIRI
A. Pengertian Penerimaan Diri
Penerimaan diri adalah melihat sebagaimana adanya dan menerima secara baik disertai rasa bangga. Berusaha untuk mengembangkan segala yang dimiliki
untuk kemajuan dirinya. Penerimaan diri juga diartikan sebagai menerima kelebihan dan kekurangan serta kekuatan yang kita miliki, namun bukan berarti
dengan kekurangan yang kita miliki menjadi penghalang untuk maju.
B. Manfaat Penerimaan Diri
Penerimaan diri memiliki manfaat untuk diri kita sendiri dan orang yang berada disekitar kita. Berikut ini beberapa manfaat penerimaan diri:
1. Kita dapat dengan jelas tahu kebutuhan, perasaan, dan sikap yang ada dalam
diri kita. 2.
Membantu orang lain dalam memahami diri kita. 3.
Membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam, saling membantu dan menguntungkan kedua belah pihak.
4. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
5. Memecahkan berbagai konflik dan masalah interpersonal.
C. Ciri-ciri Orang Penerimaan Diri Baik
Menurut John Powell ada beberapa tanda orang yang memiliki penerimaan diri baik, sebagai berikut:
1. Bahagia
Bahagia dalam hal ini diartikan sebagai tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
2. Mudah bergaul dengan orang lain.
Semakin besar rasa menerima diri sendiri, semakin senang kita berada di tengah-tengah orang lain. Dikarenakan kita merasa diterima ole hot=rang
disekeliling kita. 3.
Terbuka untuk dicantai dan dipuji Menerima ekistensi diri kita sebagai pribadi dan tidak merasa curiga terhadap
pujian atau hubungan yang dekat dari orang lain.
4. Mampu menjadi diri sendiri yang sejati
Kita akan memancarkan keunikan yang ada dalam diri kita saat kita benar- benar menerima diri.
5. Dapat menertawai diri sendiri dengan mudah
Serius dengan keadaan diri sendiri merupakan pertanda kita merasa tidak aman. Seseorang yang menertawai diri sendiri akan bisa menerima dan mengakui
kelemahannya. 6.
Mengenali dan mengurusi kebutuhan diri sendiri Mengenal kebutuhan baik kebutuhan fisik, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual.
D. Cara Penerimaan Diri
Beberapa cara mengembangkan menerima diri: 1.
Gunakan kacamata paradigm baru Mulailah untuk memandang diri secara berbeda. Tidak menilai diri sendiri dari
sisi negatif atau kelemahan. 2.
Tetapkan standar atau target yang realistis Target yang ditetapkan itu terkadang tidak realistis, terlalu muluk-muluk
sehingga sulit dicapai. Tetapkan target sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
3. Beri pujian pada diri sendiri
Memberikan pujian pada diri sendiri berarti kita mengahargai diri kita sendiri. 4.
Gunakan kata-kata yang positif 5.
Bersyukur dengan yang dimiliki 6.
Menggali potensi
Naskah Drama Aku dan Kelebihan
Sinta : berbakat bermain gitar Anto : pintar berbahasa inggris
Tinuk : pintar memasak Ela
: pandai menjahit Toni : pandai olah raga sepak bola dan futsal
Suatu hari di sebuah daerah yang bernama majurasa, ada sekolompok remaja yang sering berkumpul. Mereka bernama Sinta, Anto, Tinuk, Ela, Toni.
Tinuk : “aku ini tidak pandai sepertimu to, yang pandai berbahasa inggris.”
Anto : “kau ini, aku jadi malu lah”
Tinuk : “aku lah seharusnya malu, karena tak memiliki kelebihan apapun”
Ela : “ada apa sie?, kog pakai malu-malu segala Nuk.”
Anto : “ini lho si Tinuk, katanya dia tidak memiliki kelebihan apa-apa. Padahal setiap
orangkan pasti punya kelebihan.” Ela
: “oalah, dikirain aku apa. Nuk, coba deh kamu ingat-ingat apa yang menonjol di dalam diri kamu.”
Tinuk : “apa ya to, la?. Kayaknya ga ada deh”
Sinta : “Kamu ingat ga Nuk, kamu itu sangat pandai banget masak”
Tinuk : “itu sie bukan kelebihan Sin”
Toni : “Nuk, aku juga tidak pantai pelajaran apapun. Nilaiku pas-pasan nuk. Tapi aku
lumayan dalam bidang olahraga.” Ela
: “Nah….. itu Nuk. Toni benar”
Tinuk : “ tetap aja beda to”
Sinta : “ ingat tidak teman-teman?. Kita pernah ikut bimbingan di sekolah tentang
kelebihan.” Toni
: “Iya aku ingat Sinta” Tinuk dan Ela
: “Iya aku ingat” Sinta
: “Nah, ibu Rumi kan bilang pada kita untuk menulis kelebihan kita sebanyak- banyak.”
Anto : “Ehmmmm… itu aku tidak menemukan kelebihanku.”
Ela : “Aku ya sama, tidak bisa menemukan.”
Tinuk : “Karena kita sulit menemukan kelebihan kita, ibu Rumi nyuruh kita untuk
menempel kertas yang kita punya di punggung kita.”
Sinta : “Terus kita muter nyuruh temen kita nulis satu kelebihan kita kan”
Anto : “Ho‟o. ibu Rumi juga bilang kelebihan itu tidak selalu dibidang pelajaran.”
Toni : “Ibu Rumi juga bilang to Betapa sulitnya melihat kelebihan diri sendiri.”
Ela : “Terkadang orang lain yang dapat melihat kelebihan kita dan terkadang diri kita
sangat sulit melihat kelebihan kita.” Tinuk
: “Kita juga sering malas untuk mencari kelebihan yang terpendam, karena kelebihan kita ibarat gunung es.
Yang terlihat cuman pucuknya.” Sinta
: “Nah…….. kamu ingat ga Nuk Rina memiliki kelebihan suara yang keras. Suaranya yang keras membuat dia menjadi pemimpin upacara 17 Agustus dan
mendapat apresiasi dari bupati.”
Anto : “Ibu Rumi juga bilang kan apapun kelebihan yang kita punya harus selalu diasah
agar dapat bermanfaat.” Ela
: “aku juga ingat Nuk, masakan kamu pernah juara masak di kabupaten” Tinuk
: “iya ya… aku sekarang ingat” Toni
: “Nah kan… Bagaimana sekarang menerima kelebihan kita ini?” Anto
: “Kita juga perlu ingat bahwa setiap orang punya kelebihan masing-masing. Jadi, kita tidak perlu iri
akan kelebihan orang lain” Sinta
: “kaya aku ini.. gak pintar masak, gak pintar bahasa inggris, gak pintar olah raga, tapi aku lumayan dalam bidang musik. Jadi, aku kembangkan bidang musik
dalam bidang gitar” Toni
: “Kadang kelebihan yang kita punya tidak sesuai dengan keinginan kita. Yaa… kayak aku ini aku pengen banget bisa main gitar kayak Sinta. Ternyata aku main
gitarnya gak sebagus Sinta, tapi aku tidak berhenti untuk mengembangkan kelebihan gitarku.
Walau pas2an”
tertawa bersama-sama
Anto : “Kita kan bisa saling menyempurnakan dari kelebihan kita masing-masing.
Misalnya: aku bisa ngajarin kalian saat kalian tidak bisa pelajaran bahasa Inggris. Sedangkan kamu bisa masakin aku makanan Nuk, Ela bisa jahatin bajuku yang
sobek, Sinta bisa mainin gitar sebelum aku tidur”
tertawa bersama-sama
Sinta dan Ela : “mau kamu itu sie..”
Ela : “nahh… teman-teman mari kita terima kelebihan sebagai anugrah Tuhan terindah
dalam hidup kita.” Tinuk
: “makasih ya teman-teman sudah mengingatkan aku.”
================================================================
Kekurangan itu Kelebihan
Krisna : Memiliki tubuh yang pendek Santa : gagap bila berbicara di depan umum
Herman: kaki pincang Clara : Pendengarannya terganggu
Ibu dan Ayah : orang tua yang baik
Di sebuah rumah yang memiliki 2 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan. Suatu hari mereka duduk bersama dengan ayah dan ibu mereka.
Ayah : “kamu kenapa Clara?”
Clara diam saja
Ayah : “Clara
sambil menyolek Clara.
Kamu kenapa? Kok murung banget”
Clara : “Aku tidak apa-apa ayah”
Ayah : “Yang benar?”
Clara : “Benar ayah. Ini Clara senyum buat ayah yang ganteng”
Herman: “Bohong itu ayah” Clara
: “Mas Herman nie sok tahu deh” Herman: “Kalau aku tahu gimana?”
Clara : “Mas Herman mah gitu”
ayah dan Herman tertawa
Clara : “Kenapa ketawa sie mas sama ayah?, ada yang lucu?”
Herman: “Ada, muka kamu itu lho adikku yang manis, jadi jelek karena cemberut. Hahahahhahaha”
Clara : “iiiihhhhh… Mas Herman”
Ibu : “ada apa to anakku?, ceritalah”