Kriteria Keberhasilan Uji Hipotesis
kekurangan yang dimiliki. Sikap postif tersebut didapat dari orang lain dan diri sendiri. Seseorang harus memenuhi kebutuhan dicintai orang lain,
baru kemudian memenuhi kebutuhan harga diri. Penerimaan diri dan harga diri merupakan kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi sebelum seseorang sampai pada kreativitas. Kreativitas dalam penelitian ini merupakan titik tertinggi dalam aktualiasasi diri.
Contoh hal ini yang terjadi dalam penelitian ini, ada dua anak dari hasil data angket dan obeservasi tidak menunjukan peningkatan aktualisasi diri
yang sangat meningkat. Anak yang pertama berjenis kelamin perempuan, tubuhnya tidak sebanding dengan umurnya atau pendek, umurnya 17 tahun
namun dia masih duduk di bangku VII SMP. Dia sering diejek oleh teman- temannya, hal ini membuat dia menjadi pribadi yang sangat tertutup dan
pendiam. Sulit untuk dia berkreativitas karena merasa malu dan tidak percaya diri, hal ini menunjukan bahwa anak ini tidak memiliki
penerimaan diri dan harga diri yang baik sehingga menghambat dia untuk mengenali dan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam bentuk
kreativitas. Anak yang kedua berjenis kelamin laki-laki, berumur 14 tahun, dan satu-satunya anak yang berasal dari papua. Dia sangatlah sulit untuk
menerima bahwa harus tinggal di dalam panti asuhan, dan merasa berbeda dengan teman-teman yang lain. Hal ini menyebabkan dia tidak dapat
berkreativitas. Kedua contoh menunjukan bahwa penerimaan diri dan harga diri sangat dibutuhkan untuk berkeativitas sehingga dapat mencapai
aktualisasi diri.
Aktualiasasi diri remaja Panti Asuhan Santo Thomas terhambat dengan tidak adanya kesempatan untuk mengenali dan mengembangkan
potensi yang dimiliki, terhambatnya aktualiasasi diri mereka dikarenakan kurangnya pendampingan kepribadian di dalam panti asuhan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Frank 1987 bahwa aktualisasi diri juga diartikan sebagai proses perkembangan individu atau penemuan jati diri dan
berkembangnya potensi yang ada atau terpendam dalam diri individu. Penerimaan diri dan penghargaan dapat ditingkatkan dengan
perhatian positif kondisional. Perhatian positif kondisional memberikan rasa bahwa anak diterima, dihargai, dan cintai, seperti teori penerimaan
diri yang diungkapkan oleh Rogers di atas. Perhatian positif kondisional sesuai dengan pendapat Rogers Boeree, 2004: 321 faktor yang
mempengaruhi aktualisasi diri salah satunya adalah perhatian positif yang kondisional. Hal ini dapat dilakukan dalam pemberian pendampingan pada
anak-anak di masa remaja. Pendampingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama. Dimana bimbingan kelompok menggunkan sosiodrama bertujuan untuk pemberian membantu
remaja memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang mereka alami. Sosiodrama akan membantu remaja dalam memecahkan masalah
yang dialami secara mandiri dan menggukan kemampuan yang mereka miliki. Remaja dapat mencari jalan keluar dari masalah yang digunakan
dalam masalah yang mereka alami saat mereka memaikan, mendengarkan,
atau menyimak sosiodrama yang digunakan dalam bimbingan. Dimana sosiodrama mengangkat masalah yang sering atau pernah terjadi dalam
kehidupn sehari-hari mereka, maka remaja akan mendapatkan nilai-nilai positif yang dapat mereka gunakan.
Pendapat tersebut bedasarkan pendapat Prayitno, H, Erman Amti 1999 menyatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang
kita dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pendapat ini juga
bedasarkan pendapat Wina Sanjaya 2006 menyatakan bahwa sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Kedua pendapat tersebut didukung pula dengan uji hipotesis dalam
penelitian ini. Uji hipotesis menunjukan bahwa ada perbedaan aktualisasi signifikan antara bimbingan kelompok tanpa menggunakan sosiodrama
dengan bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama. Hasil penelitian ini menyumbangkan gagasan pada bimbingan dan
konseling khususnya pada bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok menggunakan sosiodrama dapat meningkatkan aktualisasi diri. Dimana
bimbingan kelompok
menggunakan sosiodrama
dapat memberi