berkembang secara mandiri dan optimal sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kelompok. Bimbingan juga dapat menggunakan
berbagai macam metode dalam pelaksanaannya, metode tersebut seperti: sosiodrama, role playing, dan psikodrama.
2. Fungsi Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno, H. Erman Amti 1994: 196-217 fungsi bimbingan ditinjau dari keguanaan dan manfaat, ataupun keuntungan-
keuntungan apa yang akan diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi empat
fungsi, yaitu : a.
Fungsi pemahaman Pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh
klien dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.
b. Fungsi pencegahan
Pencegahan adalah proses menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien.
c. Fungsi pengentasan
Pengentasan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien. Upaya pengentasan masalah pada dasarnya
dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Memelihara segala sesuatu yang baik pada diri individu, baik hal
itu merupakan
pembawaan maupun
hasil-hasil perkembangan hasil belajar yang telah dicapai selama ini.
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan Kelompok
Prinsip merupakan panduan atau pedoman dalam pelaksanaan bimbingan. Beberapa prinsip bimbingan kelompok yang dikemukakan
Van Hoose Prayitno, H, Erman Amti 1994: 218, yaitu : a.
Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi
dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan potensinya.
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik,
seseorang anak berbeda dari yang lain. c.
Bimbingan merupakan bantuan pada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi
yang sehat. d.
Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukan untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan
kehidupan umumnya. e.
Bimbingan adalah pelayanan yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan
bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.
Prinsip-prinsip tersebut memiliki keterkaitan dengan sasaran pelayanan, masalah individu, program, dan penyelenggaraan pelayanan
bimbingan. Konselor atau guru BK terikat oleh prinsip-prinsip
tersebut, di sekolah maupun di luar sekolah.
D. Sosiodrama
1. Pengertian Sosiodrama
Drama dalam pendidikan adalah sebuah cara mamberikan keseimbangan pada pendidikan moral dan pendidikan budipekertti.
Sandiwara juga membantu bermacam-macam kepandaian dan pengetahuan,
seperti: kesastraan,
berbicara dengan
irama, menghafalkan, menghilangkan sifat malu, menyesuaikan kata dengan
pikiran, perasaan, dan kemampuan serta kemauan Brahim, 1968:155. Pendidikan yang menggunakan sandiwara dalam sebuah pelajaran
disebut sosiodrama. Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya Wina Sanjaya, 2006: 160-161.
Sosiodrama adalah permainan peranan yang membahas konflik- konflik sosial dan pribadi yang masih dalam batas normal Romlah,
1989: 36. Winkel Sri Hastuti 2004: 571 menjelaskan sosiodrama