d. Memperoleh nilai-nilai dan etika sebagai pedoman tingkah
laku. e.
Peran social sebagai pria atau sebagai wanita. Apibila disesuaikan dengan tugas perkembangan masa remaja di
atas, dari 13 aspek tersebut terdapat 5 aspek yang sesuai. Dalam hal ini peneliti menggunakan 5 aspek untuk melihat aktualisasi diri dalam
masa remaja, yaitu: a.
Penerimaan diri Individu yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri dapat
menerima dirinya sendiri dengan apa adanya, individu tidak berpura-pura dan individu tidak menyalahkan diri sendiri
terhadap segala kegagalan, kekurangan, dan tidak terbebani rasa cemas atau rasa malu yang berlebihan. Individu yang
sudah mencapai tingkat aktualisasi diri juga dapat menerima orang lain dengan menerima kekurangan dan tidak merasa
terancam akan kelebihan orang lain. b.
Penghargaan Pengharagaan yang ada dalam diri individu yang sudah
mencapai tingkat aktualisasi diri dapat berupa adanya rasa bersyukur terhadap apa yang mereka miliki seperti:
pengalaman yang buruk maupun baik, potensi yang individu miliki, dan berkah yang didapatkan.
c. Humor
Humor yang dilakukan oleh individu yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri adalah lelucon yang bertujuan untuk
membuat orang lain tertawa dan memberi informasi. Lelucon yang individu buat juga bukan untuk menertawakan terhadap
kekurangan atau menyakiti orang lain, terkadang juga menjadikan dirinya untuk bahan lelucon. Lelucon juga tidak
dibuat-buat, bersifat spontan, dan tidak direncanakan. d.
Hubungan antar individu Individu yang sudah mencapai tingkatan aktualisasi diri
memiliki rasa sayang pada orang-orang disekitarnya, individu juga memiliki perasaan yang tulus untuk membantu orang yang
sudah dikenal dekat maupun kenalan jauh. e.
Kreativitas Kreativitas pada individu yang sudah mencapai tingkat
aktualisasi diri tidak semua ditunjukkan dalam bidang seni, tetapi mereka mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
diri individu. Aspek-aspek yang disebutkan di atas merupakan cerminan orang
remaja yang berada pada pencapaian kehidupan yang dapat mengaktualisasikan dirinya.
Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu
yang menyebabkan keberuntungan tersebut
4. Karakteritik Aktualisasi Diri
Menurut Maslow Bernard, 1997: 127, pribadi yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri adalah pribadi yang sudah memenuhi
tingkat kebutuhan, bukan seseorang yang sempurna. Ada beberapa karakteristik orang yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri adalah
sebagai berikut: a.
Persepsi yang efektif: individu maupun melihat dunia dan dirinya sendiri sesuai dengan realita.
b. Menjadi diri sendiri: mengekspresikan pikiran dan emosi yang
ada dalam diri individu atau dengan kata lain tidak menutupi kekurangan yang ada dalam dirinya.
c. Tidak menghindari emosi yang ada dalam diri individu.
Dalam Feist Gregory 2010: 343 dijelaskan juga beberapa karakteristik orang yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri,
sebagai berikut: a.
Individu yang bebas dari gangguan psikologis. b.
Individu yang sudah memenuhi tingkatan pada hirarki kebutuhan.
c. Individu yang menjujung nilai-nilai kehidupan.
d. Individu yang sudah menggunakan dan mengembangkan
potensi yang dimiliki.
B. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan St. Thomas Ngawen
1. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen
P anti asuhan menurut etimologi berasal dari dua kata yaitu: “panti”
yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, dan “asuhan”
yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai
pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.
Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui pelayanan pengganti atau
perwakilan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan
memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian generasi cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional Departemen Sosial RI, 1995
Panti asuhan anak BKPA: pedoman panti asuhan, 1979 adalah proyek pelayanan dan penyantunan terhadap anak-anak yatim, piatu,
yatim-piatu, keluarga retak bercerai, dan anak terlantar dengan cara
memenuhi segala kebutuhan, baik berupa material maupun spiritual, meliputi: sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Beberapa keadaan tertentu dapat membuat keluarga tidak mampu menjalankan fungsi dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan anak,
yang kemudian menyebabkan ketelentaran pada anak. Beberapa penyebab ketelantaran pada anak, antara lain:
a. Orang tua meninggal atau tidak ada sanak keluarga yang
merawatnya, sehingga anak menjadi yatim piatu. b.
Orang tua tidak mampu sangat miskin, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.
c. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan
fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif lama, misalnya: menderita penyakit kronis dan lain-lain.
Menurut Bab 1, pasal 1 UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, definisi anak
terlantar adalah “Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab, orang tua tidak dapat
menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial”
Ciri-ciri anak terlantar menurut BPAS 1986: 111 adalah sebagai berikut:
a. Kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua.
b. Lingkungan keluarga kurang membantu perkembangan
c. Kurang pendidikan dan pengetahuan
d. Kurang bermain
e. Kurang adanya kepastian tentang hari esok dan lain-lain.
Keterlantaran anak yang disebabkan fungsi keluarga tidak berjalan menjalankan secara baik tersebut dapat diatasi, salah satunya oleh
panti asuhan. Panti asuhan memiliki fungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia panti asuhan memiliki fungsi sebagai berikut: a.
Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan
berfungsi sebagai
pemulihan, perlindungan,
pengembangan, dan pencegahaan. b.
Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.
c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan yang merupakan
fungsi penunjang. d.
Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian
anak-anak remaja. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen merupakan lembaga yang
bernaung di bawah Yayasan Santa Maria yang dikelola oleh suster- suster Abdi Kristus. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen berdiri tahun
1940. Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen menampung 35 anak yang terdiri 7 laki-laki dan 28 perempuan, anak yang berada di Panti
Asuhan Santo Thomas berusia sekitar 12-19 tahun remaja.
Panti Asuhan St. Thomas Ngawen memiliki fungsi yang sama dengan panti asuhan yang lain. Beberapa fungsi panti asuhan St.
Thomas Ngawen: a.
Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlihat dalam memberikan pemulihan sekolah anak yang terputus
karena keluarga yang ekonomi kurang. b.
Sebagai pusat pengembangan keterampilan, terlihat dari para remaja yang berada di sana dibimbing dalam keterampilan
bidang musik, kerajinan tangan dari manik-manik yang dibuat tas cantik, kalung, rosario, gelang, dan sebagainya. Remaja di
sana juga diajarkan dalam pembuatan bio gas yang berasal dari kotoran sapi, dan remaja juga diajarkan dalam berkebun dan
beternak. c.
Sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak
remaja. Panti Asuhan St. Thomas Ngawen menjalankan segala fungsi yang
tertera di atas melalui tenaga pengasuh. Tenaga pengasuh Panti Asuhan St. Thomas Ngawen terdiri dari 4 suster dan 2 remaja panti
yang telah lulus dari jenjang SMK.
2. Aktualisasi Diri Remaja di Panti Asuhan
Remaja merupakan suatu masa perubahan yang dialami oleh individu. Perubahan yang terjadi ada 2 bagian yaitu perubahan yang