Perolehan data SISTEM PENGINDERAAN JAUH
87 1 Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan
dalam bentuk kasar, sedang dan halus. Misalnya: hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.
2 Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Contoh: gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L dan U atau persegi panjang;
gunung api misalnya berbentuk kerucut. 3 Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala. Contoh, lapangan olah raga sepak bola dicirikan oleh bentuk segi empat dan ukuran
yang tetap.
4 Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai banyak objek bentukan manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh, pola
aliran sungai menandai struktur biologis. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang
teratur, yaitu ukuran rumah yang jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, dan kebun kopi
mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
5 Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Contoh: permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting
pantai, tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan; persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah; dan sebagainya.
6 Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan
yang penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh: lereng terjal tampak lebih jelas dengan
adanya bayangan; cerobong asap dan menara tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya
memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas.
7 Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Contoh, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta
api yang jumlahnya lebih dari satu bercabang. c
Ciri temporal Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman.
Misalnya; rekaman sungai pada saat musim hujan tampak cerah, sedangkan pada saat musim kemarau tampak gelap.
Pada dasarnya interpretasi citra terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu perekaman data citra dan penggunaan datanya untuk tujuan tertentu. Perekaman
data citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra
88 serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik, dan peta tematik. Urutan
kegiatan melalui tahapan sebagai berikut: 1 menguraikan atau memisahkan objek yang memiliki rona berbeda;
2 ditarik garis batasdeliniasi bagi objek yang memiliki rona sama; 3 setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya;
4 objek yang sudah dikenali, diklasifikasi sesuai dengan tujuan interpretasinya; 5 digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara;
6 untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya, dilakukan pengecekan medan
lapangan; 7 interpretasi akhir berupa pengkajian atas pola atau susunan keruangan
objek; 8 dipergunakan sesuai tujuannya.
Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, dan analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh; sedangkan untuk penelitian
terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu.
Pengenalan objek dalam menginterpretasi citra merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang
tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra.
Selain delapan unsur di atas rona, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, bayangan, dan asosiasi dalam menginterpretasi citra, juga tidak kalah pentingnya
mengenal bentuk fisik foto udara dan menentukan skalanya. Bentuk fisik foto udara adalah persegi dengan ukuran standar 23 cm × 23 cm.
Setiap lembaran foto udara memiliki informasi tepi, yaitu sebagai berikut. 1
Tanda fiducial , yaitu titik tengah pada setiap tepi foto udara.
2 Titik prinsipal
, yaitu representasi dari posisi kamera yang tegak lurus terhadap objek permukaan bumi. Titik prinsipal merupakan titik tengah
yang diperoleh dari pertemuan garis lurus yang ditarik dari setiap titik fiducial.
3 Waterpass,
untuk mengetahui tegak atau miringnyaobjek yang direkam. Jika dalam informasi waterpass terliht lebih kecil dari angka 3, foto udara
dianggap tegak. 4
Jam terbang, yaitu informasi tentang waktu pemotretan dilakukan. Jam
terbang dapat menunjukkan arah mata angin dari foto udara. 5
Fokus kamera, yaitu untuk mengetahui panjang fokus kamera yang
digunakan dalam menghitung skala foto udara. Fokus kamera dinyatakan dalam satuan milimeter.
89 6
Altimeter, yaitu informasi untuk mengetahui ketinggian pesawat pada
objek yang dipotret. Satuan yang digunakan yaitu meter dan kilometer. 7
Informasi lembaga, yaitu nama lembaga yang melakukan pemotretan.
8 Nomor foto udara,
yaitu untuk menyatakan lembar atau jalur terbang daerah pemotretan.
Agar lebih jelas tentang bagian-bagian dari bentuk fisik foto udara, kamu dapat mengetahuinya dari gambar 3.9 berikut.
Gambar 3.9 Bagian-bagian fisik dari foto udara di daerah Lembang Bandung
Sumber: Bakosurtanal, 1990
Untuk mengetahui skala foto udara yang akan digunakan, maka perlu diamati mengenai penggunaan kamera.
Gambar 3.10 Skala foto udara tegak di daerah datar
Sumber: Lillesand and Kiefer, 1990, halaman 99
titik fidusial titik prinsipal
informasi lembaga altimeter
jam terbang waterpass
fokus kamera nomor lembar
90 Gambar tersebut menunjukkan bahwa panjang fokus berbanding dengan
jarak kamera terhadap objek, panjang film berbanding dengan jarak datar di foto. Karena itu, skala dperoleh dari perbandingan antara jarak di foto
dan jarak datar di lapangan. Penentuan skala pada foto udara, dapat diformulasikan melalui rumus:
Keterangan: S
= skala foto udara f
= fokus kamera H
= tinggi pesawat h
= tinggi objek Contoh:
Perekaman objek dengan menggunakan kamera yang memiliki panjang fokus 14,7 mm f. Tinggi terbang pesawat 7000 meter di atas permukaan laut
H dan ketinggian objek 1200 meter di atas permukaan laut h. Berapakah skala foto udara tersebut?
Jawab: f
S = ––––– H – h
14,7 S = –––––––––––––––
7000000 – 12000 1
S = –––––– 475374
S = 1 : 475374 Perhitungan skala di atas, dilakukan dengan membandingkan panjang
fokus dengan tinggi terbang dari objek. Tetapi bila pada foto udara tidak dicantumkan ketinggian terbang, maka perhitungan skala dapat ditentukan
dengan membandingkan jarak di foto udara dengan jarak datar di lapangan, menggunakan rumus sebagai berikut.
f S = –––––
H – h
91 Keterangan:
S = skala foto udara
jf = jarak di foto
jl = jarak datar di lapangan