Pewilayahan berdasarkan fenomena vegetasi

194

b. Pewilayahan berdasarkan fenomena fauna

Tiap-tiap daerah di permukaan bumi memiliki hewanbinatang yang berbeda. Hal ini, karena dipengaruhi oleh kondisi iklim, geologi sejarah, dan vegetasi. Berdasarkan biogeografi dapat dibedakan menjadi wilayah Paleartik, wilayah Ethiopian Afrika, wilayah Oriental, wilayah Australia, wilayah Neoarctik, dan wilayah Neotropikal. Berdasarkan kelangkaan hewanbinatang dapat dibedakan menjadi wilayah hewan yang dilindungi dan wilayah hewan budidaya ternakpenggembalaan. Berdasarkan postur tubuh hewanbinatang dapat dibedakan menjadi wilayah peternakan besar, wilayah peternakan sedang, dan wilayah peternakan kecil. Berdasarkan habitat ikan dapat dibedakan menjadi wilayah ikan tawar, wilayah ikan payau, dan wilayah ikan laut.

5. Pewilayahan berdasarkan fenomena antroposfer

Fenomena antroposfer yang akan dijadikan dasar klasifikasi berdasarkan administratif, kependudukan, teknologi, dan lainnya.

a. Pewilayahan berdasarkan fenomena administratif

Tiap-tiap daerah di permukaan bumi memiliki luas dan batas administratif yang berbeda. Hal ini, karena dipengaruhi oleh kemampuan dan kekuasaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa. Berdasarkan administrasi pemerintahan dapat dibedakan menjadi wilayah negara, wilayah provinsi, wilayah kabupatenkota, wilayah desakelurahan, wilayah kampungRW, dan wilayah RT. Berdasarkan administrasi pengelolaan dan kerjasama internasional dapat dibedakan menjadi wilayah teritorial, wilayah landas kontinen, wilayah zone ekonomi eksklusif, wilayah laut bebas, dan wilayah jalur internasional.

b. Pewilayahan berdasarkan fenomena kependudukan

Tiap-tiap daerah di permukaan bumi memiliki fenomena kependudukan yang berbeda. Hal ini, karena dipengaruhi oleh jumlah, usia, dan jumlah pasangan usia subur PUS. Berdasarkan jumlah penduduk dapat dibedakan menjadi wilayah megapolitan, wilayah metropolitan, wilayah kota, dan wilayah kota kecil. Berdasarkan pendapatan dapat dibedakan menjadi wilayah kaya, wilayah sedang, dan wilayah miskin. Berdasarkan mata pencaharian dapat dibedakan menjadi wilayah industri, wilayah jasa, dan wilayah agraris. 195

c. Pewilayahan berdasarkan fenomena teknologi

Tiap-tiap daerah di permukaan bumi memiliki fenomena penguasaan teknologi yang berbeda. Hal ini, karena dipengaruhi oleh kemampuan, penguasaan dan ilmu yang dimiliki berbeda. Berdasarkan penguasaan teknologi dapat dibedakan menjadi wilayah berteknologi maju, wilayah berteknologi konvensional, dan wilayah berteknologi terbelakang.

D. PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN

Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan menjadi pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi perkembangan daerah-daerah di sekitarnya. Suatu wilayah dapat menjadi pusat pertumbuhan wilayah, apabila wilayah tersebut mempunyai berbagai aktivitas yang mampu mempengaruhi daerah sekitarnya. Pusat-pusat wilayah pertumbuhan tersebut dapat berupa wilayah kecamatan, kabupaten, kota, atau provinsi. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi suatu proses interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Sebagai contoh, Jakarta merupakan pusat pertumbuhan bagi Pulau Jawa; Kota Bandung yang berkembang sangat pesat, secara langsung mempengaruhi kota-kota yang ada di sekitarnya seperti Cimahi, Padalarang, Soreang, Ujung Berung, Rancaekek, Lembang. Bahkan lebih luas lagi Garut, Cianjur, Subang, Sumedang. Pesatnya pertumbuhan kota Bandung pada akhirnya harus memperluas wilayahnya ke Ujung Berung, sebagian wilayah Cimahi dan wilayah-wilayah lainnya yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten Bandung sebelumnya. Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan tingkatan atau skalanya berbeda-beda. Ada yang berskala nasional, regional atau daerah. Pusat pertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia contoh Kota Surabaya, Makassar dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia Timur. Medan sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia Barat. Pusat-pusat pertumbuhan regional atau daerah seperti “JABOTABEK” Jakarta-Bogor-Tanggerang-Bekasi, “BANDUNG RAYA” , Segi Tiga “SIJORI” Segi Tiga Singapura-Johor-Riau, “GERBANG KERTOSUSILA” Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan. Adapun pendekatan yang dapat kamu lakukan untuk mengenali lebih jauh pusat-pusat pertumbuhan tersebut sebagai berikut.

1. Teori Tempat yang Sentral Central Place Theory

Teori ini dikemukakan oleh Walter Cristaller pada tahun 1933. Menurut teori ini ada tiga pertanyaan yang harus dijawab tentang kota atau wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan banyaknya kota; kedua apakah