Theory of industrial location teori lokasi industri dari Alfred

50 6 Terdapat persaingan antarkegiatan industri. 7 Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional. Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari Alfred Weber dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor variabel penentu dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga kerja. Ketiga titik faktor ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak seperti pada gambar berikut ini. a b c Gambar 2.3 Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000 Keterangan: M = pasar P = lokasi biaya terendah. R1, R2 = bahan baku Gambar a : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak. b : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri. c : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

b. Teori lokasi industri optimal Theory of optimal industrial loca-

tion dari Losch Teori ini didasarkan pada permintaan demand, sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat industri volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan 51 barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.

c. Teori susut dan ongkos transport theory of weight loss and

transport cost Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa: 1 Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah bahan baku, dengan catatan faktor yang lainnya sama. 2 Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah pemasaran.

d. Model gravitasi dan interaksi model of gravitation and interac-

tion dari Issac Newton dan Ullman Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya tarik gravitasi untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang saling melengkapi regional complementarity, kemudian memiliki kesempatan berintervensi intervening opportunity, dan kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang spatial transfer ability. Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi economic connection antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya. Sebaliknya, makin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin kecil. Untuk menggunakan teori ini perhatikan rumus berikut. Keterangan: I = gaya tarik menarik diantara kedua region. d = jarak di antara kedua region. P = jumlah penduduk masing-masing region. P 1 P 2 I = –––––– d 2