Model gravitasi dan interaksi model of gravitation and interac-

52

e. Teori tempat yang sentral theory of cental place dari Walter

Christaller Teori ini didasarkan pada konsep range jangkauan dan threshold ambang. Range jangkauan adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold ambang adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1 Tempat sentral yang berhierarki 3 K = 3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal. 2 Tempat sentral yang berhierarki 4 K = 4, merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. 3 Tempat sentral yang berhierarki 7 K = 7, merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya. Teori Christaller akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah dataran rendah, sebab tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang. Contohnya pada sebuah daerah pedataran luas yang dihuni oleh penduduk secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tentu memerlukan berbagai barang dan jasa seperti: pakan makan dan minum, papan rumah dan perabotannya, sandang pakaian dan asesorisnya, pendidikan, dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan barang dan jasa tersebut, hanya ada pada tempat tertentu saja, sehingga ada jarak antara tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak tempuh dari tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut range. Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup dengan mengkamulkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik, melainkan lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen masyarakat harus menjadi perhatian. Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya sebagai berikut: 1 Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan. 53 2 Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian, kayu, dan batubara.

3. Kecenderungan lokasi industri

Penentuan lokasi industri sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memiliki beberapa alternatif atau kecenderungan yang didasarkan pada orientasi faktor- faktor produksi yang tersebar di berbagai lokasi. Faktor-faktor produksi dalam kegiatan industri, di antaranya dipengaruhi oleh: bahan baku, sumber energi, tenaga kerja, modal, transportasi, dan pasar. Kecenderungan lokasi industri berdasarkan jenis industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku

Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku adalah industri yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, bahan baku yang digunakan tidak rusakutuh, dan bahan baku yang diolah banyak mengalami penyusutan sehingga meringankan biaya pengangkutan. Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada bahan baku, di antaranya adalah: 1 Industri yang mengolah bahan baku yang cepat rusak atau busuk, misalnya: industri daging, industri ikan, industri bunga, dan industri susu. 2 Industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah besar atau barang curahan bulk goods dan biaya angkutannya cukup mahal, misalnya: industri kayu dan industri pengolahan minyak bumi. Industri kelompok ini memiliki perbandingan kehilangan berat weight loss mencapai 75 atau lebih. 3 Memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar. 4 Biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal daripada biaya pengangkutan barang jadi. 5 Volume produksi lebih kecil dari bahan mentah karena adanya penyusutan.

b. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran

Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran adalah industri yang biasanya tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan bahan baku atau mudah diperoleh di daerah sekitarnya. Misalnya: industri perakitan, industri makanan, dan industri konveksi. Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada daerah pemasaran, di antaranya adalah: