Kekayaan Alam Kediri Pesan yang Terdapat pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri

Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri menyampaikan pesan lewat visual yang bersifat deskriptif sehingga memberikan eksplorasi pada detail cerita agar pembaca dapat menangkap suasana yang muncul dalam latar tempat ataupun waktu dimana cerita berjalan. Umumnya pesan visual lebih kaya akan deskripsi detail pada bagian cerita yang tidak diangkat oleh pesan tekstual sebagai bentuk eksplorasi pada cerita yang bersifat ilustratif deskriptif. Pesan yang terdapat pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri berupa nasihat-nasihat seperti menabung relief 5, menjaga sikap dan perilaku, adil, merakyat, toleransi relief 4, dan gotong royong, serta pesan berupa amanat seperti menjaga kelestarian alam dan budaya Kediri relief 13. Pesan tersebut didasarkan pada miotogi, sejarah, dongeng pada masa Kerajaan Kadiri dengan kata lain relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri merupakan sastra visual atau ajaran-ajaran yang divisualkan. Wajah-wajah tokoh pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri merupakan imajinasi dari kreator relief yang didasarkan pada mitologi daerah Kediri, sejarah Kerajaan Kadiri, dan dongeng masa Kerajaan Kediri, sehingga tidak dapat dipastikan kebenaran visual secara mutlak dikarenakan adanya salah tafsir antara perancang sket dengan pemahat relief. Sebagai contoh wajah Sri Aji Jayabaya dan Mpu Bharada saat melakukan pembacaan lontar relief 14 yang dirancang oleh Sunarto, proposi tubuh terlihat tidak harmoni dan terkesan gepeng, hal tersebut terjadi karena penafsiran bentuk oleh perancang sket dengan pemahat relief berbeda. Namun, yang terpenting dalam ilustrasi relief tersebut adalah mampu merepresentasikan sebuah pesan “di dalam kerajaan ada tokoh raja dan mpu sedang membacakan lontar sebagai peringatan hari lahirnya Kerajaan Kadiri ”. Sedangkan tokoh Raja Sri Aji Jayabaya sudah terwakili oleh aksesoris dan kostum yang dikenakan. Hal tersebut memberikan kesan bahwa Sri Aji Jayabaya adalah seorang petinggi kerajaan begitupula tokoh Mpu Bharada yang digambarkan mengenakan aksesoris dan kostum yang berbeda dengan Sri Aji Jayabaya. Dari uraian pesan visual tersebut, seorang kreator relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri memberikan bantuan visual kepada pengamat penghayat untuk selanjutnya pesan dan cerita dikembangkan sendiri oleh pengamat relief. Sedangkan pesan yang berupa teks tidak disampaikan oleh kreator melalui relief, merupakan cara dari kreator menyampaikan pesan dan selebihnya pengamat sendirilah yang menggali pesan tekstualnya. Secara keseluruhan, kreator telah menciptakan ruang imajinatif melalui panel relief berdasarkan local wisdom heritage sejauh yang dimilikinya berdasarkan sastra, mitologi, sejarah, dan dongeng Kerajaan Kadiri maupun Kediri.

B. Saran

Dengan adanya penelitian mengenai bahasa rupa pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri diharapakan dapat memberikan referensi bagi peneliti lain dan pemerintah daerah Kediri. Adapun saran yang disampaikan sebagai berikut. 1. Beberapa relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri tidak representatif dengan simbol identitas wilayah Kediri. Relief tersebut adalah, relief rebana, tokoh punakawan, dan tokoh perwira. Hal ini dikarenakan, masih banyak pilihan jenis kesenian dan sejarah yang bersifat kekayaan local wisdom heritage dan local genius Kediri, seperti cerita Panji yang mendunia, kisah Calon Arang Mbok Girah, Dewi Kilisuci, Raja Airlangga dan kesenian kentrung, krek ataupun kempling. 2. Bentuk arsitektural Monumen Simpang Lima Gumul Kediri secara kasat mata seperti Arc De Triomphe yang berada di Paris, sehingga tidak ada nilai orisinalitas dalam bentuk arsitektural Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Tidak adanya nilai orisinalitas tersebut karena local wisdom heritage dan local genius Kediri tampak kurang digali secara mendalam oleh pemerintah Kabupaten Kediri. 3. Bentuk Monumen Simpang Lima Gumul Kediri tidak memiliki korelasi dengan relief yang terdapat pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri sehingga menimbulkan ahistory atau tidak sesuai dengan mitologi daerah Kediri sejarah Kerajaan Kediri, dan dongeng Kediri. Bentuk-bentuk arsitektural klasik Kerajaan Kadiri tanpa mengikutsertakan bentuk arsitektural Arc De Triomphe maupun arsitektural Barat akan lebih mereperesentasikan local wisdom heritage dan local genius Kediri secara utuh. 197 GLOSARUM A Arc de Triomphe : Dalam bahasa Indonesia yang berarti “gapura kemenangan”. Monumen berbentuk Pelengkung kemenangan di kota Paris, Perancis yang berdiri di tengah area Place-Elyses. Bangunan ini dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte dengan tujuan untuk menghormati jasa tentara kebesarannya. Aren : Pohon enau. Art work : Dapat merujuk kepada sebuah karya seni visual, sebuah karya seni konseptual, dalam percetakan, penerbitan, dan iklan. Apapun, visual sebagai lawan bahan tekstual, biasanya dalam keonteks mempersiapkan untuk pencetakan. Asta brata : Delapan macam tindakan dalam simbol yang berhubungan dengan keluhuran. B Bahasa rupa : Bahasa rupa adalah teori yang menyatakan bahwa visual yang representatif dapat dirancang untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya dengan struktur tertentu. Sebuah visual dan bahkan sekuen visual dapat merupakan serangkaian informasi yang bukan sekedar menjelaskan apa yang tergambar secara deskriptif, tetapi juga dapat menceritakan informasi secara naratif.