Semiotika Bahasa Rupa KAJIAN TEORI

objek dan ruang. Tetapi apabila ada objek lain yang mengganggu “ruang bayangan” monumen, maka keseimbangan tersebut juga akan terganggu dan nilai monumennya akan turun drastis. Monumen jenis ini mempunyai ciri-ciri sederhana, bersih dan polos, tanpa perembesan atau penembusan. b Bangunan Monumen Kompleks Bangunan monument kompleks yaitu, bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain bangunan-bangunan yang dikelompokkan membentuk cluster. Apabila ada dua objek misalnya X dan Y berdiri membentuk cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang saling timbal balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X dan Y. Bangunan monumen ini mempunyai ciri ciri kompleks, permainan tegas dan jelas, merembes dan menembus dan menyangkut nilai-nilai kemanusiaan.

2. Skala

Utomo 2004:108 memaparkan bahwa skala dalam monumen menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Ada tiga macam skala, yaitu sebagai berikut: a Skala Manusia Skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak ruang manusia terhadap objek atau benda yang dirancang. b Skala Generik Skala ini perbandingan diarahkan pada penggunaan suatu elemen atau ruang terhadap elemen lain yang berhubungan di sekitarnya. c Skala GambarSkala Peta Perbandingan perbesaran atau perkecilan antara gambar atau peta yang dikerjakan dengan mempergunakan satuan ukuran angkanumeric atau grafik. Utomo 2004:113 menjelaskan bahwa sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangnya menjadi 1°. Ashiara dalam Utomo, 2004:113 menuliskan tentang perbandingan antara jarak antarbangunan D dan tinggi bangunan H, sebagai berikut: DH=1, ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya. DH1, ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa tertekan. DH1, ruang terasa agak besar. DH2, pengaruh ruang tidak akan terasa. Sedangkan menurut Spriegen dalam Utomo, 2004:113-114, bahwasannya perbandingan antara tempat dan seseorang berdiri D dengan objek tinggi bangunannya H, bila: DH=1 , cenderung memperhatikan detail daripada keseluruhan bangunan. DH=2 , cenderung untuk melihat bangunan sebagai sebuah komponen keseluruhan bersama dengan detailnya. DH-3 , bangunan terlihat dalam hubungan dengan lingkungannya.