Penggunaan Cara Wimba pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Penggunaan Tata Ungkap pada Relief Monumen Simpang Lima Gumul Membaca Bahasa Rupa pada Relief 1

Tata ungkapan pada relief 1, menggunakan tiga cara menyusun gambar yaitu dengan cara menyatakan ruang, menyatakan gerak, dan menyatakan penting lihat tabel 27. Tabel 27: Tata Ungkapan Relief 1 Tata Ungkapan Membaca Bahasa Rupa Menyatakan ruang:  Identifikasi ruang Ruang yang digambarkan wimba manusia yang duduk di atas karpet, membentuk sebuah ruang bermain untuk pemain rebana. Menyatakan gerak:  Ciri gerak Wimba digambarkan sedang bermain rebana, komposisi tangan dan letak duduk menimbulkan imaji bahwa wimba sedang bergerak seperti melakukan gerakan menabuh terbang Jawa dan melakukan gerakan naik turun yang dilakukan dengan tangan pemain rebana. Menyatakan penting:  Tampak khas Wimba pemain rebana dan terbang Jawa ditampakkan secara khas dari arah yang paling mudah dikenali. Sehingga kostum dan alat rebana mampu dikenali oleh penonton.

B. Analisis Bahasa Rupa Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri

Pemanfaatan cara wimba, tata ungkap dan membaca bahasa rupa akan diterapkan pada relief tunggal yang terdapat pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Relief yang akan diteliti berjumlah 16 buah dengan dua teknik visualisasi, yaitu teknik landscape dan teknik potret. Adapun keenambelas relief tersebut adalah sebagai berikut lihat gambar 30: Gambar 29: Relief Digunakan sebagai Bahan Analisis Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Analisis membaca bahasa rupa pada relief Monumen Simpang Lima ini dimulai dari relief 2 sampai relief 16, berikut adalah hasil analisis tersebut:

1. Relief 2

Gambar 30: Relief 2, Gemah Ripah Loh Jinawi, Kesuburan Bumi Kediri Bidang Pertanian dan Pengolahan Tanah Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Pada relief 2, terdapat 14 wimba diantaranya, wimba sawah, wimba gunung, wimba lumbung padi, dan wimba manusia cangkul, caping, padi, topi sekolah, tas sekolah, buku, keranjang, dan selendang. Penggambaran wimba pada relief 2 menggunakan lima cara wimba yaitu, ukuran pengambilan, skala, penggambaran, dan dilihat lihat tabel 28. Tabel 28: Cara Wimba Relief 2 Cara Wimba Membaca Bahasa Rupa Ukuran pengambilan  Ada yang diperbesar Ibu tani dan bapak tani diwujudkan lebih besar dari wimba yang lain seperti anak-anak, gunung dsb. Skala  Ukuran Wimba manusia dibuat jauh lebih besar dari objek aslinya. Penggambaran  Naturalis-perspektif modern Wimba yang direliefkan digambarkan apa adanya. Seperti apa yang dilihat oleh mata.  Aneka tampak Wimba manusia terlihat tampak depan. Cara dilihat  Arah lihat bawah atas Wimba bisa dilihat dari bawah ke atas. Tata ungkapan yang dipergunakan pada relief 2 sebanyak empat cara yakni, menyatakan ruang, menyatakan waktu dan ruang, dan menyatakan penting lihat tabel 29. Pada cara menyatakan ruang dan menyatakan penting masing-masing cara menggunakan dua unit tata ungkapan, dikarenakan pada relief 2, ukuran wimba manusia tidak proporsional. Tabel 29: Tata Ungkapan Relief 2 Tata Ungkapan Membaca Bahasa Rupa Menyatakan ruang  Cara naturalis perspektif modern Penggambaran keluarga petani dan wimba di belakangnya digambarkan secara naturalis perspektif mempunyai kesan meruang. Menyatakan ruang  Digeser Ibu tani dan bapak tani diwujudkan lebih besar dari wimba yang lain seperti anak-anak, gunung dsb. Menyatakan waktu dan ruang  Aneka waktu dan ruang Masing-masing wimba berada pada ruang, waktu dan jarak yang berbeda Menyatakan penting  Diperbesar Wimba manusia diperbesar menyatakan penting dalam cerita.  Tampak khas Wimba ditampakkan secara khas dari arah yang paling mudah dikenali.

2. Relief 3

Gambar 31: Relief 3, Tokoh Punakawan Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Pada relief 3, terdapat tiga wimba yaitu, wimba manusia Semar, Gareng, Petruk, Bagong yang disebut punakawan, wimba batu bata representasi dari dinding, dan wimba daun. Wimba-wimba pada relief 3 digambarkan dengan enam cara wimba yakni, sudut pengambilan, ukuran pengambilan, penggambaran, skala,