Relief 9, Penggambaran Mpu Bharada Menuangkan Air dari Kendi

c. Relief 11, Mpu Sedah dan Mpu Panuluh

Gambar 55: Mpu Sedah dan Mpu Panuluh sedang Bermusyawarah Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Pada relief 11, berjudul Mpu Sedah dan Mpu Panuluh berukuran 3 meter x 5 meter yang dibuat oleh Yunus Sunarto pada pertengahan tahun 2002. penggambaran wimba manusia terlihat tampak belakang atau membelakangi pembaca. Wimba digambarkan secara naturalis serta tampak utuh dari kepala sampai kaki meskipun kaki terlhat bersila, agar terlihat gesture dari tokoh. Penempatan tokoh berada di tengah panel yang menandakan tokoh tersebut penting dalam cerita. Buku atau kitab sekaligus sebagai pemisah antara Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dalam musyawarah pembuatan kitab Bharatayuda. Bebatuan yang berada di sekelilingnya menjadi setting bahwa musyawarah berada di tempat sepi. Skala tokoh dibuat lebih besar dari objek aslinya yang menandakan bahwa tokoh tersebut penting dalam cerita. Volume terlihat jelas dari lekukakn baju yang dikenakan oleh tokoh. Di lain hal, cerita dari relief tersebut dijelaskan oleh Suroso, Konon Mpu Sedah diutus oleh Sri Aji Jayabaya untuk menyadur lakon Bharatayuda yang diambil dari kisah Mahabarata. Lakon Bharatayuda yang telah dikarang oleh Mpu Sedah tersebut dianggap oleh Aji Jayabaya telah menyindir raja Kadiri, dikarenakan dalam lakon Bharatayuda tersebut terdapat adegan pembunuhan antar saudara. Karena Jayabaya telah membunuh kakaknya memperebutkan kekuasaan. Pembunuhan itu didukung oleh masyarakat Desa Katang. Setelah Jayabaya menang ada Prasasti Hantang. Yang menceritakan masyarakat sekarang orang Hantang atau Ngantang diperbolehkan mendirikan rumah dari kayu nangka, boleh mengawini dayang- dayang dari keraton. Mpu Sedah membuat lakon karna tanding yang tanpa sengaja menyinggung Jayabaya kemudian lakon tersebut diteruskan oleh Mpu Panuluh. Sehingga dalam mengarang Bharatayuda ini ada dua orang yaitu Mpu Sedah dan Mpu Panuluh wawancara pada 6 Desember 2015. Menurut Sunarto, prasasti Hantang dibuat oleh Raja Jayabaya sebagai ucapan terimakasih kepada penduduk Ngantang karena telah berjasa kepada Kerajaan Kadiri untuk mengalahkan Kerajaan Jenggala. Seperti yang diketahui setelah meninggalnya Airlangga, Kerajaan Kahuripan terpecah menjadi dau yaitu, Panjalu dan Jenggala. Dua Kerajaan ini saling berebut kekuasaan di daerah aliran sungai Brantas wawancara 6 Desember 2015. Menilik kembali menurut cerita sejarah yang diungkapkan oleh Suroso, Mpu Sedah merupakan pihak yang disingkirkan oleh Jayabaya karena kisah yang dibuat oleh Mpu Sedah menyinggung Jayabaya. Menurut Sugito, Mpu Sedah bukan nama asli tetapi nama samara, dalam cerita lain terdapat nama Ki Ajar Subrata yang kisahnya hampir serupa dengan yang diutarakan oleh Suroso. Bahwasannya, Ki Ajar dibunuh oleh Jayabaya ketika Jayabaya menyuruh Ki Ajar Subrata untuk menafsirkan mimpi tentang isyarat masa depan. Ki Ajar Subrata memberikan syarat kepada Jayabaya agar menyiapkan makanan yang diminta Ki Ajar Subrata. Makan tersebut merupakan cara Ki Ajar Subrata untuk menafsirkan mimpi Jayabaya. Isi tafsir tersebut menyatakan bahwa, tidak akan lama lagi Kediri akan runtuh dan kepemimpinan jayabaya akan jatuh. Mendengar hal itu, Jayabaya marah dan membunuh Ki Ajar Subrata wawancara 10 Desember 2015. Suatu peninggalan nyata yang dahulunya disertai integritas yang kuat dan diimbangi perkembangan inisiatif di Kediri tentu hanya dimungkinkan apabila pusat pemerintahan mempunyai kepemimpinan yang kuat dalam memajukan kebudayaan. Sejumlah karya nyata sastra yang bermutu unggul pada masa Kadiri semasa kepemimpinan Airlangga hingga Jayabaya adalah Arjunawiwaha, Bhatarayuddha, Smaradahana, Gatotkacasraya, Kresnayana, Sumanasantaka, Bhomakaurya Hariwangsa, dan lain-lain Sedyawati, 2012: 355. Sedyawati 2012:362 menjelaskan, keunggulan mutu kakawin Bharatayuddha dijunjung tinggi dan memengaruhi seni teater sehingga penggalan- penggalan kutipan kakawin tersebut hingga kini masih digunakan dalam sulukan wayang Jawa, baik yang berupa cakēpan ada-ada maupun pathētan.

d. Relief 12, Tokoh Perwira Menunggang Kuda Menggambarkan Kejayaan

Kerajaan Kediri Masa Lalu Setelah Penyatuan Panjalu dan Jenggala Gambar 56: Tokoh Perwira Menunggang Kuda Menggambarkan Kejayaan Kerajaan Kediri Masa Lalu Setelah Penyatuan Panjalu dan Jenggala Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015