Relief 7, Kesenian Jemblung Kesenian

penonton tidak jenuh dengan pertunjukkan wawancara pada 10 Desember 2015. Sebagian besar pemain kesenian ludruk adalah laki-laki, dikarenakan pada saat itu pengaruh Islam sangatlah kuat yang mengatur batasan-batasan wanita dalam sebuah pertunjukan. Sehingga apabila pada pertunjukkan seni jemblung dibutuhkan peran wanita maka wanita tersebut diperankan oleh-laki-laki. Sugito menambahkan, wanita boleh bermain ketoprak hanya pada saat sandiwara radio wawancara 10 Desember 2015.

g. Relief 15, Kesenian Wayang Krucil

Gambar 51: Kesenian Wayang Krucil yang Menceritakan Sri Aji Jayabaya Sedang Memberi Tugas Kepada Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dalam Penulisan Kitab Bharatayudha Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Relief 15 yang berjudul Kesenian Wayang Krucil yang menceritakan Sri Aji Jayabaya sedang memberi tugas kepada Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dalam penulisan Kitab Bharatayudha, ukuran relief ini 5 meter x 3 meter yang dibuat pada pertengahan tahun 2002. Relief ini menggambarkan adegan menerima tugas yang diberikan oleh Sri Aji Jayabaya. Tugas tersebut diberikan kepada Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk merampungkan penulisan karya sastra berupa Kitab Bharatayudha. Latar tempat tersebut berada di dalam kerajaan. Hal tersebut dapat dilihat dari desain interior berupa tiang penyangga saka guru pada latar belakang, semua wimba digambarkan secara naturalis baik tokoh dalam cerita,tiang penyangga, pohon dan korden. Namun penggambaran pemberian pesan oleh Jayabaya terdapat transformasi bentuk menjadi sebuah amplop, sekaligus menjadi pemisah antara Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan Jayabaya dan selirnya. Dalam relief terlihat semua wimba digambarkan secara utuh dari kepala sampai kaki dan pada bagian atas dan bawah masih menyisakan ruang. Penggambaran utuh tersebut untuk memperlihatkan gesture dari atau posisi gerak dari semua wimba. Kesan trimatra terlihat dari perspektif ruang dan komposisi blocking dari pemain wayang suluh. Volume terlihat jelas dari tatahan-tatahan pada wayang krucil, lipatan korden dan tebal tipis relief. Cerita penting pada relief ini, pembaca dapat melihatnya dari amplop yang diserahkan oleh Jayabaya, karena posisi amplop tersebut terletak di tengah panel sehingga menjadi penting dalam cerita. Menurut kratonpedia.com yang diunduh pada 9 Desember 2015, dalam seni pertunjukan wayang krucil, cerita tidak diambil dari kisah Ramayana ataupun Mahabarata, melainkan kisah sejarah yang ada di negeri ini ataupun cerita Panji dan cerita perjalanan para SunanWali Songo. Suroso menambahkan, wayang krucil merupakan induk dari penciptaan wayang kulit maupun wayang purwa yang konon telah dimainkan sejak zaman kerajaan Majapahit semasa Jayabaya di Kediri wawancara pada 6 Desember 2015. Di lain hal, Sugito menjelaskan, wayang krucil merupakan bagian dari wayang kulit madya setelah lahirnya Parikesit. Konon dalam kitab Pustaka Raja Purwa, wayang krucil mencakup kisah dari Nabi Adam, Ramayana dan Mahabharata, Parikesit, Jayabaya sampai cerita Panji Kadiri wawancara 10 Desember 2015. Pesan yang terangkum dalam penggalan adengan wayang krucil tersebut pemberian perintah oleh Jayabaya kepada Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk membuat lakon Bharatayudha.

h. Relief 16, Kesenian Wayang Suluh

Gambar 52: Kesenian Wayang Suluh yang Menceritakan Kisah Perjuangan Trunajaya Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Relief 16 yang berjudul Kesenian Wayang Suluh yang menceritakan kisah perjuangan Trunajaya dengan ukuran relief 5 meter x 3 meter yang dibuat pada pertengahan tahun 2002. menggambarkan dua orang penjajah dan Trunajaya dalam bentuk wayang suluh. Dalam relief terlihat semua wimba digambarkan secara utuh