Relief 15 Analisis Bahasa Rupa Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri

Menyatakan ruang dan waktu  Kronologis, kilas maju, kilas balik Tidak penting wimba mana dahulu, bisa dilihat kronologis, kilas maju dan kilas balik dari adegan tersebut cerita bisa diceritakan. Menyatakan penting  Di tengah modern Wimba wayang berada pada posisi tengah menandakan wimba itu penting, dikarenakan penglihatan manusia secara wajar objek yang berada di tengah selalu diperhatikan.  Tampak khas khas Wayang suluh dan ornamen di sekitarnya tampak khas dari samping. Kedetailan tubuh, hidung sampai kaki sudah mewakili perbedaan antara wayang dan manusia. 141

BAB VI PESAN YANG TERDAPAT PADA RELIEF MONUMEN SIMPANG LIMA

GUMUL KEDIRI Pada bab ini akan dijelaskan tema relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, pesan yang disampaikan oleh relief yang terdapat pada dinding Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Pengkategorian relief berdasarkan jumlah dan tema relief, sedangkan cerita dan pesan tersebut berdasarkan telaah kajian bahasa rupa sebagai ilmu tata rupa dan simbolisme budaya Jawa pada relief.

A. Tema Relief pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri

Dalam penelitian ini akan dijelaskan cerita dan pesan yang tercantum pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Relief yang terukir pada dinding Monumen Simpang Lima Gumul Kediri secara keseluruhan berjumlah 16 buah. Keenambelas relief tersebut terbagi dalam empat tema, yaitu kesenian di Kediri, keberagaman budaya di Kediri, sejarah Kediri, dan kekayaan alam Kediri lihat tabel 58: Tabel 58: Tema Relief pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri Nomor Kesenian Keberagaman Sejarah Kekayaan Alam 1. Relief 1 Relief 4 Relief 9 Relief 2 2. Relief 3 Relief 13 Relief 10 - 3. Relief 5 - Relief 11 - 4. Relief 6 - Relief 12 - 5. Relief 7 - Relief 14 - 6. Relief 8 - - - 7. Relief 15 - - - 8. Relief 16 - - - Jumlah 8 2 5 1 Pada tabel 58, hal yang paling nampak atas keberadaan Monumen Simpang Lima Gumul Kediri adalah kesenian dan sejarah yang terdapat di Kediri. Disertai dukungan dari keberagaman budaya dan kesuburan alam Kediri. Semuanya terangkum dalam relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri. Apabila dilihat dari gradasi menurun, pesan pertama yang disampaikan oleh Monumen Simpang Lima Gumul Kediri adalah kesenian di Kediri, sejarah Kediri, serta keberagaman budaya Kediri dan kekayaan alam Kediri. Apabila dicermati kembali, relief yang terdapat pada Monumen Simpang Lima Gumul Kediri sebagian besar bertema kesenian. Kesenian yang digambarkan merupakan kesenian tradisi lihat tabel 59, dimana kesenian-kesenian tradisi tersebut bagian dari khas Kediri yang keberadaannya hampir punah. Misalnya kesenian wayang krucil Mbah Gandrung yang berada di Desa Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Dikutip dari http:www.kediripedia.com pada 18 November 2015, pukul 12.00 WIB, bahwa usia wayang krucil Mbah Gandrung ini mencapai 300 tahun saat pertama kali ditemukan pada abad ke-17. Kini, wayang yang terbuat dari kayu pipih ini hanya dipentaskan satu tahun sekali di balai desa setempat punden. Beberapa kesenian khas Kediri lainnya seperti jemblung dan wayang suluh pun mengalami hal yang serupa. Tidak hanya kesenian yang disebutkan di atas yang hampir mengalami kepunahan, namun ada beberapa kesenian yang mengalami “disfungsional” dari esensi sebuah seni pertunjukan. Kesenian tersebut adalah kesenian jaranan, kesenian rebana dan kesenian tiban. Pada hakikatnya, kesenian-kesenian tersebut merupakan form following meaning bentuk yang mengikuti makna yang mana dari tindakan kesenian art work tersebut ditujukan kepada Yang Maha Kuasa dengan tujuan mengharapkan rahmat dan sebagai penyampai syiar-syiar agama. Misalnya kesenian tiban yang berada di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri kini menjadi ajang selebrasi yang kehilangan makna devosi kebaktian yang bukan lagi bersifat sakral namun menjadi sebuah hiburan semata. Perubahan tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor yakni, tingkat ekonomi masyarakat dan cara pandang masyarakat mengenai kebermaknaan kesenian tiban. Dalam hal ini, ada kemungkinan bahwa kesenian khas Kediri menjadi sorotan utama pihak pemerintah Dinas Budaya dan Pariwisata Kediri untuk dikembangkan menjadi objek wisata budaya Kediri guna sebagai bentuk antisipasi punahnya kesenian khas Kediri. Pada dasarnya tujuan tersebut sangat membantu terhadap keberlangsungan hidup kesenian khas Kediri beserta para senimannya.