Relief 4, Toleransi Antar Umat Beragama

setiap desa membawa sesaji, kenduri atau selamatan dan lain-lain wawancara 6 Desember 2015.

4. Kekayaan Alam Kediri

Gambar 60: Gemah Ripah Loh Jinawi, Kesuburan Bumi Kediri Bidang Pertanian dan Pengolahan Tanah Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Relief 2, berukuran 5 meter x 3 meter yang dibuat pada pertengahan tahun 2002. Penggambaran wimba manusia digambarkan utuh dari kepala sampai kaki, meskipun kaki terlihat blur dan penggambaran tampak karakteristik sehingga terlihat gesture dari tokoh yang menunjukkan hasil panen seorang petani dan aktivitas anak sekolah. Tokoh yang berada pada latar depan merupakan tokoh penting dalam cerita. Wimba yang berada di belakang latar depan digambarkan namapk perspektif untuk menimbulkan kesan jauh. Meskipun pada bagian kanan yaitu lumbung padi terlihat bertumpuk dan pada bagian kiri komposisi terlihat kurang efektif. Sehingga lumbung padi tampak bertumpukan dengan gunung. Pembaca dapat membaca panel ini dari bawah ke atas. Perspektif pada pabrik terkesan mengganggu bangunan ruang berdasarkan garis-garis yang dibentuk oleh sawah, garis objek pabrik bertabrakan dengan garis sawah sehingga ada dua titik hilang yang berlainan dan berlawanan arah. Volume terlihat jelas dari lekukan baju tokoh dan garis-garis dari wimba di belakangnya. Pada panel ini, kreator menyampaikan pesan bahwa gunung, lumbung padi, sawah dan pabrik merupakan bidang yang paling lekat sebagai objek mata pencaharian masyarakat Kediri untuk keberlangsungan hidup keluarganya dan yang paling penting adalah untuk biaya sekolah anak. Menurut Sunarto, penempatan relief tersebut untuk senantiasa mengingatkan kepada masyarakat agar tetap menjaga dan melestarikan kekayaan alam Kediri. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kediri adalah petani dan buruh pabrik, peternak, guru, dan pegawai negara wawancara pada 6 Desember 2015. Keluarga petani yang digambarkan pada panel relief di atas menunjukkan hasil pertanian berupa kacang panjang dan kedua anak sekolah mengangkat buku tulis. Hal tersebut menandakan dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam, petani mampu mengantarkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan. 192

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai bahasa rupa pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, maka dapat ditarik dua kelompok kesimpulan. Pertama, struktur komunikasi relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri ditinjau dari cara dan tata ungkap wimba. Kedua, pesan yang terkandung dalam relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri.

1. Struktur Komunikasi Relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri

Ditinjau dari Cara dan Tata Ungkap Wimba Cara dan tata ungkap wimba pada relief Monumen Simpang Lima Gumul Kediri menggambarkan waktu, ruang, penggambaran wimba, aneka arah, dan jarak dalam bidang gambar dua dimensi. Penggambaran wimba dengan cara modern dan cara khas sangat tampak pada relief. Frame merupakan teknik pengambilan gambar cara modern, sedangkan dalam cara khas tidak mengenal frame atau bebas bingkai. Frame atau bingkai tidak dilihat sebagai sebuah batas akhir dari wimba, akan tetapi frame dianggap sebuah jendela dalam menangkap wimba. Cara penggambaran wimba dari kepala-kaki menyebabkan adanya ruang gerak dan ruang imajinatif yang selebihnya diberi keleluasan pada pengamat untuk berimajinasi.