Tabel 50: Cara Wimba Relief 13 Cara Wimba
Membaca Bahasa Rupa
Ukuran pengambilan
Ada yang diperkecil Ada beberapa wimba yang diperkecil yaitu, pura, gunung
kelud untuk menandakan ruang perspektif.
Sudut pengambilan
Aneka tampak Beberapa wimba digambarkan dengan aneka tampak,
sebagian digambarkan tampak depan dengan ruang, jarak dan waktu yang berbeda.
Skala
Ukuran Wimba dibuat jauh lebih besar dari objek aslinya.
Penggambaran
Naturalis-perspektif Wimba yang direliefkan digambarkan apa adanya dan
nampak beberapa wimba memberikan kesan bangunan ruang dan komposisi letak.
Cara dilihat
Arah lihat mana saja Wimba bisa dilihat dari arah mana saja, hingga dapat
diceritakan.
Tata ungkapan yang dipergunakan pada relief 13 sebanyak empat cara yakni, menyatakan ruang, menyatakan gerak, dan menyatakan ruang dan waktu, dan
menyatakan penting lihat tabel 51.
Tabel 51: Tata Ungkapan Relief 13 Tata Ungkapan
Membaca Bahasa Rupa
Menyatakan ruang
Cara naturalis perspektif modern
Adegan upacara adat digambarkan natural dan mempunyai titik sudut pandang kesan trimatra.
Sejumlah latar
khas Ada empat latar wimba, pojok kanan atas, kiri atas,
tengah, depan dan samping kiri kana bawah. Masing- masing mempunyai matra waktu, jarak dan ruang berbeda.
Menyatakan ruang dan waktu
Kronologis, kilas
balik, kilas maju Wimba tidak still picture namu ada matra waktu, ruang
dan jarak. Bisa dibayangkan adegan sebelum dan sesudah.
Menayatakan penting
Tampak khas Wimba ditampakkan secara khas dari arah yang paling
mudah dikenali.
13. Relief 14
Gambar 42: Relief 14, Pembacaan Lontar
Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Wimba yang terdapat pada relief 14 adalah wimba manusia depan: Sri Aji
Jayabaya, belakang: Mpu Sedah, wimba saka tiang, dan wimba tirai. Penggunaan
cara penggambaran wimba ada lima yakni, ukuran pengambilan, sudut pengambilan, skala, penggambaran, dan cara dilihat lihat tabel 52.
Tabel 52: Cara Wimba Relief 14 Cara Wimba
Membaca Bahasa Rupa
Ukuran pengambilan
Medium close up modern
Wimba manusia digambarkan setengah badan. Detail wajah dan lontar serta kostum yang dipakai
menandakan ia adalah tokoh kerajaan.
Sudut pengambilan
Aneka tampak Wimba manusia yang membawa lontar terlihat tampak
samping. Di belakangnya wimba manusia tampak depan.
Penggambaran
Naturalis perspektif modern
Relief pembacaan lontar nampak naturalis, perspektif yang dimunculkan adalah menempatkan wimba di depan
lebih besar dari wimba di belakangnya. Ada fokus mata.
Skala
Ukuran Ukuran wimba manusia dan lontar dibuat lebih besar dari
objek yang sebenarnya.
Cara dilihat
Arah lihat kanan kiri Wimba bisa dilihat dari kanan depan sebagai awal langkah
cerita baru ke arah kiring belakang.
Tata ungkapan yang dipergunakan pada relief 14 sebanyak empat cara yakni, menyatakan ruang, menyatakan gerak, dan menyatakan ruang dan waktu, dan
menyatakan penting lihat tabel 53.
Tabel 53: Tata Ungkapan Relief 14 Tata Ungkapan
Membaca Bahasa Rupa
Menyatakan ruang
Identifikasi ruang Adegan wimba tiang dan tirai membuat adanya
identifikasi ruang. Ini berada dalam ruangan.
Menyatakan gerak
Ciri gerak Semua wimba berada pada ruang, waktu dan jarak yang
berbeda.
Menyatakan ruang dan waktu
Dismix modern
Saat pembacaan lontar adalah adegan yang freeze sehingga semua nampak dan dapat diceritakan.
Menyatakan penting
Tampak khas Tokoh dalam pembacaan lontar digambarkan nampak
samping dan depan, serta tiang dan tirai mengidentifikasi ruang yang perspektif.
14. Relief 15
Gambar 43: Relief 15, Kesenian Wayang Krucil yang Menceritakan Sri Aji Jayabaya Sedang Memberi Tugas Kepada Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
dalam Penulisan Kitab Bharatayudha
Sumber: Dokumentasi Wisnu Ajitama, 31 Maret 2015 Wimba yang terdapat pada relief 15 adalah wimba wayang Krucil dari kiri ke
kanan: Mpu Sedah, Mpu Panuluh, Sri Aji Jayabaya, dan selir, wimba amplop, wimba representasi pohon, wimba representasi pagar tembok, dan wimba saka. Penggunaan