152 dengan tahap perkembangan anak dan memberikan kebebasan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan dengan cara masing-masing. Menurut John W. Santrock 2011: 60 bahwa tahap perkembangan siswa SMP menurut Piaget
termasuk dalam tahap operasional formal. Namun, dalam faktanya siswa SMP baru saja memulai tahap operasional formal dan sebagian besar masih dalam
tahap operasional konkrit. Oleh karena itu, penggunaan matematika realistik dipilih untuk memudahkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dari
masalah realistik. Selain itu, siswa dapat aktif dan berpikir secara luas dalam pembelajaran karena kemampuan berpikir tingkat tinggi berperan dalam
meningkatkan daya nalar siswa. Menurut Corebina, dkk Femmy Kawuwung, 2011: 158 bahwa keterampilan dalam berpikir tingkat tinggi dapat diketahui
dari kemampuan kognitif siswa pada tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan dalam tingkatan tersebut dapat meningkatkan daya nalar siswa
dalam berpikir.
3. Analisis Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Dalam implementasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan dilakukan tes kemampuan berpikir tingkat tinggi di akhir pertemuan. Hal
tersebut bertujuan untuk mengukur keefektifan dari perangkat yang dikembangkan. Berdasarkan tes kemampuan tersebut diperoleh data bahwa
dari total siswa sejumlah 22 anak yang mengikuti tes sebanyak 18 anak telah mencapai nilai minimal ketuntasan dari kemampuan berpikir tingkat tinggi
yaitu 70. Berdasarkan uji hipotesis pada tes kemampuan berpikir tingkat tinggi diperoleh nilai signifikansi 0,037
� = 0,05 dengan � ditolak artinya
153 bahwa nilai rata-rata tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa lebih dari
sama dengan 70. Hasil analisis data dari tes kemampuan berpikir tingkat tinggi diperoleh data keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Hal
ini menunjukkan bahwa karakteristik pendekatan matematika realistik dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir. Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan memiliki kriteria efektif dan layak digunakan. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
Tabel 26 diperoleh informasi bahwa kemampuan menyelesaikan soal tidak rutin diperoleh hasil yaitu 63,64. Hasil tersebut menunjukkan sebagian
siswa sudah dapat menyelesaikan soal tidak rutin dan beberapa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tidak rutin namun ada upaya
untuk menyelesaikan soal tersebut. Krulik Rudick 1995: 4 menyatakan bahwa penyelesaian soal adalah cara yang dilakukan seseorang dengan
menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari siswa yang tidak rutin. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa
mengerjakan soal tidak rutin dalam pembelajaran. Kemampuan menemukan hubungan antar konsep mencapai 65,91
dan kemampuan membuat hubungan hubungan antar informasi dan membuat keterkaitan antar gagasan matematis mencapai 75,55. Hal ini menunjukkan
siswa mengalami kesulitan menemukan hubungan antar konsep, namun kemampuan membuat hubungan antar konsep dan keterkaitan antar gagasan
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menemukan. Hal tersebut didukung dalam penelitian ditemukan bahwa siswa sering mendaftar
154 konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah rill, namun hanya
sedikit yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi tersebut Sugiman, 2008: 2. Sementara itu, kemampuan memberikan
argumen yang matematis mencapai 69,32 termasuk dalam kriteria baik dan kemampuan memberikan justifikasi dengan merujuk pada fakta secara
matematis mencapai 88,64 termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat lebih mudah memberikan justifikasi dengan
merujuk pada fakta secara matematis dibandingkan dengan memberikan argumen yang matematis. Kemampuan menyajikan informasi dalam berbagai
bentuk secara kreatif mencapai 68,18 termasuk dalam kriteria baik. Sedangkan, kemampuan melakukan pembuktian secara matematis siswa
mencapai 89,77 lebih tinggi dibandingkan dengan aspek penilaian yang lain. Siswa SMP Negeri 1 Galur lebih mudah dalam melakukan pembuktian secara
matematis dibandingkan dengan aspek penilaian yang lain. Berdasarkan hasil analisis nilai tes kemampuan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa pada tiap indikatornya memiliki kriteria minimum baik. Secara umum hasil analisis kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta telah memenuhi kriteria baik. Kemampuan mengevaluasi siswa diperoleh persentase sebesar
78,98 lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menganalisis dan mencipta. Sedangkan persentase kemampuan mencipta siswa tidak jauh
berbeda dengan persentase kemampuan menganalisis dengan selisih 0,75.
155 Diharapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya kemampuan
mencipta dan menganalisis dapat ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan yang dilakukan menghasilkan perangkat pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi
aritmatika sosial untuk siswa SMP kelas VII memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.
C. Keterbatasan Penelitian