430
Masalah-masalah relasional misalnya, masalah relasional pasangan
Masalah-masalah yang berkaitan dengan
penganiayaan atau pengabaian misalnya, penganiayaan anak secara fisik
Kondisi-kondisi tambahan misalnya, ketidaktaatan
terhadap perlakuan
Pembaca dirujuk kepada manual DSM untuk suatu tinjauan menyeluruh tentang kriteria atas kategori-kategori ini.
Pekerja sosial dapat menggunakan kategori “kondisi-kondisi lain” apabila:
1. Masalah merupakan fokus diagnosis dan perlakuan
serta individu tidak mengalami gangguan mental misalnya, V61.1, masalah relasional pasangan yakni
tidak satu pun pasangan mengalami gangguan mental.
2. Individu mengalami suatu gangguan mental, akan
tetapi gangguan itu tidak ada kaitannya dengan masalah misalnya, V61.20, ketika seorang pasangan
mengalami suatu fobia dalam kasus mana keduanya dapat diberi kode.
3. Individu mengalami suatu gangguan mental yang ada
kaitannya dengan masalah, akan tetapi masalahnya sangat parah sehingga membutuhkan perhatian klinis
yang independen misalnya, V61.9, individu dengan skizofrenia kronis yang sedang dalam proses
penyembuhan dapat mengalami ketegangan perkawinan.
C. Mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan
Sekali asesmen sudah dilakukan dan suatu diagnosis sudah ditetapkan, pekerja sosial dan klien bersiap-siap untuk
mengembangkan tujuan-tujuan perlakuan. Kami mengusulkan lima pedoman untuk mengembangkan tujuan-
tujuan perlakuan. Tujuan-tujuan sebaiknya: 1 bersumber dari asesmen dan diagnosis; 2 menyaratkan partisipasi
yang maksimum dari klien; 3 dinyatakan dalam istilah- istilah yang positif; 4 fisibel, realistik, dan sesuai dengan
sumber-sumber yang ada pada klien; dan 5 didefinisikan dengan baik, dapat diamati, dan dapat diukur.
Di unduh dari : Bukupaket.com
431 1.
Tujuan-tujuan perlakuan sebaiknya bersumber dari asesmen dan diagnosis masalah klien. Sebaiknya ada
suatu nexus antara asesmendiagnosis dengan tujuan- tujuan. Sebagai contoh, apabila asesmen dan diagnosis
menyatakan bahwa klien sedang mengalami kekurangan tidur sekunder sleep deprivation
secondary hingga suatu gangguan kecemasan, tujuan- tujuan perlakuan jangka pendek dan jangka panjang
sebaiknya berfokus pada penstabilisasian pola-pola tidur sambil tetap mengurangi kecemasan dan gejala-
gejalanya.
2. Pengembangan suatu tujuan perlakuan sebaiknya
meliputi partisipasi aktif dari klien. Suatu tujuan tidak boleh dianggap bersumber dari klien. Klien yang
berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan tujuan- tujuan perlakuan lebih termotivasi untuk mematuhi
rencana perlakuan. Partisipasi yang aktif meliputi pekerjaan rumah yang dikerjakan dan diselesaikan di
luar setting klinis. Perlakuan-perlakuan yang meliputi tugas-tugas pekerjaan rumah cenderung untuk
meningkatkan kepatuhan klien dan memfasilitasi penggeneralisasian perilaku yang berubah terhadap
linkungan lain.
3. Tujuan-tujuan perlakuan sebaiknya dinyatakan dalam
istilah-istilah yang positif. Sebagai contoh, klien lebih termotivasi untuk meningkatkan frekuensi dan
intensitas peristiwa-peristiwa yang menyenangkan daripada menghentikan peristiwa-peristiwa yang
mengakibatkan depresi. Persamaannya, seorang pengguna obat bius tidak hanya sekedar akan berhenti
menggunakan obat-obatan berbahaya akan tetapi untuk meningkatkan durasi antara penggunaan dan jumlah
hari bersih dan sober. Suatu tujuan yang dinyatakan secara positif memiliki manfaat inheren bagi
peningkatan kepatuhan terhadap rencana perlakuan dan mendorong klien untuk berpartisipasi dalam apa yang
mereka inginkan dan anggap baik.
4. Suatu tujuan perlakuan sebaiknya fisibel agar dapat
dicapai oleh klien. Apabila tujuan tidak jelas atau terlalu ambisius, hasilnya kemungkinan besar adalah
kegagalan. Alih-alih keberfungsian sosial meningkat, klien dapat mengalami suatu kurang berhasil,
Di unduh dari : Bukupaket.com
432 kekecewaan, dan erosi kepercayaan diri Wood, 1978.
Oleh karena tujuan tidak boleh terlalu ambisius, tujuan juga sebaiknya menantang dan realistik. Tujuan-tujuan
yang spesifik dan menantang kemungkinan besar lebih dapat dicapai daripada tujuan-tujuan yang tidak jelas
dan mudah. Pekerja sosial juga sebaiknya menguji sumber-sumber apa yang klien miliki untuk mencapai
tujuan-tujuan yang disepakati. Sebagai contoh, apakah klien memiliki ongkos bis atau bantuan rawat siang
day-care help untuk mengikuti kelompok terapi yang dijadwalkan?
5. Akhirnya, tujuan perlakuan sebaiknya dapat diamati.
Klien, pekerja sosial, atau orang-orang lain yang relevan sebaiknya dapat mengamati perubahan. Salah
satu cara terbaik untuk mengamati tujuan-tujuan ialah dengan instrumen asesmen yang membantu
merumuskan asesmen dan diagnosis.
Sebagai tambahan, banyak gangguan mental yang diklasifikasikan pada Aksis I diberi rentang keparahan
dengan asesmen yang dicatat sebagai digit kelima kode DSM. Ini dikenal sebagai koding digit kelima. Keparahan
severity didefinisikan sebagai 1 ringan, 2 sedang, 3 parah tetapi tanpa tanda-tanda psikotik, dan 4 parah dan
ada tanda-tanda psikotik. Salah satu tujuan yang tidak jelas dari setiap intervensi ialah mengurangi parahnya ketegangan
klien dengan tujuan mengubah beberapa perilaku. Dengan mengases keparahan sebelum, selama dan sesudah perlakuan
kode digit kelima memberikan suatu asesmen yang luas tentang efektivitas perlakuan.
Tujuan-tujuan perlakuan yang didefinisikan dengan baik, dapat diamati, dan dapat diukur memberikan sejumlah
keuntungan, termasuk mengurangi ketidaksepakatan antara klien dan klinisi, yang memberikan arah bagi rencana
perlakuan yang dengan demikian mencegah pemborosan waktu dan sumber-sumber, dan berfungsi sebagai.ukuran
suatu hasil yang efektif Hepworth, Larsen, Rooney, 1997; juga lihat bab 55, volume ini. Suatu definisi
operasional yang didefinisikan dengan baik tentang tujuan perlakuan ialah suatu kondisi yang penting bagi suatu
rencana perlakuan yang efektif. Lagi pula, jauh lebih mudah
Di unduh dari : Bukupaket.com
433 untuk mengembangkan suatu rencana perlakuan yang
nampaknya efektif apabila tujuan perlakuan itu sendiri didefinisikan dengan baik, eksplisit, dan dapat diamati.
D. Unsur-unsur suatu rencana perlakuan yang