Konseling perkabungan Pelayanan-pelayanan Orang Dewasa

502 jelaslah bahwa orang-orang dewasa muda akan menghadapi perubahan kebutuhan-kebutuhan orangtuanya yang lanjut usia. Walaupun beberapa kalangan orang dewasa muda tinggal berjauhan dari orangtuanya, nampaknya orangtuanya yang lanjut usia itu ditemani oleh sekurang-kurangnya seorang anak dewasa yang tinggalnya berdekatan. Suatu survei telefon berskala nasional yang diselenggarakan baru-baru ini terhadap sejumlah sampel acak rumahtangga di Amerika Serikat menemukan bahwa anggota-anggota dari satu dari empat rumahtangga memberikan pengasuhan kepada seorang kerabat atau teman yang berusia 50 tahun atau lebih pada suatu waktu selama 12 bulan terakhir National Alliance for Caregiving, 1997, dalam DuBois Miley, 2005: 409. Ini berarti bahwa lebih dari 22, 4 juta rumahtangga terlibat dalam tugas-tugas pengasuhan keluarga setiap tahun. Sekitar 5 juta rumahtangga memberikan penagsuhan kepada orang-orang yang mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan demensia. Perkiraan kasar menempatkan nilai pengasuhan informal sebesar 196 juta pada tahun 1997 Arno, Levine, Memmott, 1999, dalam DuBois Miley, 2005: 409. Studi berskala nasional juga menemukan bahwa 64 persen pengasuh adalah karyawan, sekitarnya setengahnya adalah karyawan purna waktu. Tidak terhindarkan, para pengasuh harus pintar-pintar mengatur enerji dan waktu antara tuntutan memberikan pengasuhan dan kewajiban pekerjaan.

4. Konseling perkabungan

Karena tempatnya di dalam siklus kehidupan, orang dewasa sering berhadapan dengan kehilangan dan perkabungan. Sebagai contoh, orang dewasa muda sering mengalami kematian orangtuanya atau pada akhirnya kematian pasangan, teman-teman sepekerjaan, atau teman-teman sebayanya. Orang-orang sering menggunakan sumberdaya-sumberdaya dari jejaring dikungan-dukungan sosial yang ada atau melengkapi sumberdaya-sumberdaya ini dengan dukungan dari kelompok-kelompok swabantu seperti arisan keluarga, arisan ibu-ibu PKK, atau arisan masyarakat sekampung. Di unduh dari : Bukupaket.com 503 Orang-orang yang berkabung karena kehilangan orang yang dicintainya harus menerima kenyataan kehilangan itu. Mereka dapat merasa mati rasa akibat kehilangan itu, menghadapi kepedihan atas kehilangan itu, mengalami disorganisasi kekacauan dan keputusasaan, dan pada akhirnya mereorganisasikan dan mengarahkan kembali enerji emosionalnya kepada relasi-relasi lain Parkes, 1998, dalam DuBois Miley, 2005: 411. Pada dasarnya, orang-orang tentu saja mengalami efek-efek fisik dan psikologis dari kehilangan itu selama suatu periode tertentu. Konteks sosial budaya—termasuk dimensi-dimensi spiritual, keadaan-keadaan ekonomi dan sosial, pengaruh-pengaruh kebudayaan, serta dampak- dampak penindasan dan diskriminasi yang memarjinalisasikan—juga mempengaruhi proses-proses perkabungan Berzoff, 2003, dalam DuBois Miley, 2005: 411. Kubler-Ross 1969, dalam DuBois Miley, 2005: 411 mengidentifikasikan lima respons emosional yang sering dialami dalam proses-proses perkabungan yaitu penolakan denial, tawar-menawar bargaining, kemarahan anger, depresi depression, dan akhirnya, penerimaan acceptance. Faktor-faktor seperti tingkat perkembangan, kondisi-kondsi kehilangan, dan makna pribadi dari kehilangan itu mempengaruhi bagaimana seseorang yang berkabung itu menjalani perkabungannya. Komplikasi tambahan dari perkabungan itu meliputi antara lain: x Kematian mendadak yang terlalu cepat, seperti bunuh diri, pembunuhan, bencana besar, dan kematian yang menimbulkan kehebohan atau malu x Kehilangan ganda yang mengakibatkan semakin beratnya perkabungan x Kurangnya dukungan sosial yang diterima Berk, 2004, dalam DuBois Miley, 2005: 411. Studi-studi menunjukkan terdapat persamaan-persamaan yang menyolok pada cara orang-orang menghadapi perkabungan antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lain yang berbeda; akan tetapi, ada juga Di unduh dari : Bukupaket.com 504 perbedaan-perbedaan yang tajam. Sebagai contoh, perbedaan-perbedaan terjadi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lain dalam sejauhmana keterbukaan mereka dalam mengungkapkan rasa berkabung mereka. Memahami perbedaan-perbedaan kebudayaan membantu mencegah asumsi-asumsi etnosentris bahwa pengalaman seseorang dengan perkabungan memberikan suatu landasan data yang valid untuk memahami pengalaman orang lain. Mungkin saja suatu kebudayaan menganggap normal tetapi kebudayaan lain menganggapnya sebagai penyimpangan.

5. Pekerjaan sosial