353 pengangguran dan terbatasnya pendidikan di kalangan
para veteran turut menyumbang bagi merebaknya masalah-masalah ketunawismaan di kalangan para
veteran.
Bagaimana dengan ketunawismaan di daerah-daerah pedesaan? Suatu survei berskala luas pada tahun 1990
tentang ketunawismaan pedesaan dan perkotaan menunjukkan bahwa orang-orang yang tuna wisma di
daerah-daerah pedesaan ialah “orang-orang muda yaitu kaum perempuan lajang atau ibu-ibu yang sudah
memiliki anak, sedangkan orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung tidak menjadi
orang-orang cacat” First, Rife, Toomey, 1994: 104, dalam DuBois Miley, 2005: 296. Dari kelompok-
kelompok yang diidentifikasikan di dalam survei itu, 26,8 persen adalah keluarga-keluarga muda dan 31,2
persen orang-orang yang bekerja paruh waktu atau purna waktu. Penelusuran lebih lanjut terhadap data-data ini
menunjukkan perbedaan-perbedaan antara ketunawismaan perkotaan dan pedesaan. Kontras sekali
dengan daerah-daerah perkotaan, “banyaknya bantuan- bantuan sosial bagi kaum perempuan perkotaan dan
minimnya peran-peran yang dapat dimainkan oleh para penyandang masalah sakit jiwa dan penyalahgunaan
obat-obat terlarang di dalam episode-episode kaum perempuan pedesaan” Cummins, First, Toomey,
1998, dalam DuBois Miley, 2005: 297. Akan tetapi, konflik dan keretakan keluarga cenderung memperburuk
ketunawismaan baik di daerah-daerah perkotaan maupun di daerah-daerah pedesaan. Para peneliti menyimpulkan
bahwa suatu perekonomian pedesaan yang memburuk, meningkatnya angka pengangguran, ketidaksetaraan
jender yang nampak jelas pada rendahnya upah bagi kaum perempuan, dan meningkatnya tuntutan akan
perumahan yang bersewa rendah menyumbang bagi krisis ketunawismaan di daerah-daerah perkotaan di
Amerika Serikat.
3. Respons pemerintah pusat terhadap
ketunawismaan
Di unduh dari : Bukupaket.com
354 Peraturan perundang-undangan utama yang diterbitkan
oleh pemerintah pusat yang mengalamatkan ketunawismaan ialah Undang-undang Bantuan Tuna
Wisma pada tahun 1987 yang sekarang dikenal sebagai Undang-undang Bantuan Tuna Wisma McKinney-Vento.
Undang-undang ini memberikan mekanisme bagi suatu respons pemerintah pusat terhadap krisis ketunawismaan.
Undang-undang ini mengembangkan program-program seperti:
x rehabilitasi perumahan berkamar satu yang ditempati x perumahan transisional
x program-program perumahan bagi orang-orang cacat yang tuna wisma
x bantuan perawatan kesehatan x bantuan makanan
x tunjangan para veteran x program-program makanan dan rumah penampungan
darurat x program-program pendidikan, pelatihan, dan
pelayanan-pelayanan masyarakat. Sayangnya, undang-undang ini hanya indah di atas kertas
tetapi buruk di dalam kenyataan, yang mengakibatkan kurangya anggaran untuk membiayai implementasi
program-program tersebut di atas. Selain itu, program- program tersebut di atas dipecah-pecah di kalangan
lembaga-lembaga pemerintah pusat seperti Kementerian Kesehatan dan Pelayanan Sosial, Kementerian
Pengemangan Perumahan dan Perkotaan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Pertanian, Kementerian Urusan
Veteran, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Transportasi, Dinas Pelayanan Umum, dan Badan
Manajemen Darurat Pemerintah Pusat.
Untuk mengorganisasikan pelayanan-pelayanan kepada orang-orang yang tuna wisma di dalam masyarakat
secara lebih efektif, Undang-undang McKinney menyaratkan masyararat untuk meminta anggaran untuk
mengembangkan suatu strategi yang mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan darurat dan jangka panjang bagi
Di unduh dari : Bukupaket.com
355 orang-orang yang tuna wisma di dalam masyarakat, dan
strategi-strategi yang mereka sepakati untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang
yang telah diidentifikasikan itu. Strategi ini penting karena inilah pertama kali pemerintah pusat mengakui
secara resmi hubungan antara kurangnya perumahan yang terbeli dan krisis ketunawismaan yang melanda
Amerika Serikat akhir-akhir ini” Johnson, 1995: 1343, dalam DuBois Miley, 2005: 297.
4. Respons pekerjaan sosial terhadap